"I love to eat - Kit Kats or cookies-and-cream ice cream."
><
Sudah dua hari badan Pevita menggigil. Ia tidak keluar dari kamarnya. Hanya makan bubur dan minum teh, itu pun jika lambungnya ingin menerima bubur yang Pevita masukan melalui kerongkongannya.
Ada keuntungannya ia sakit. Karena ia tidak perlu mengikuti upacara wajib di hari senin. Tidak perlu pusing mendengarkan rumus-rumus fisika dan matematika. Ya, Pevita memutuskan untuk izin tidak masuk sekolah.
"Kak, ada Kak Zella nih," Kiya masuk ke dalam kamar Pevita di ikuti oleh Zella dengan mengenakan seragam putih abu-abu.
"Ngapain lo kesini? Gak sekolah?" Tanya Pevita yang menyadari bahwa ini bukan hari libur.
"Sekolah bego. Mana surat izinmu? Biar aku bawa sekalian," tanya Zella.
"Hahahaha terbaik kau!" Pevita menepuk-nepuk pundak Zella. Pelan, namun Zella rasa agak nyeri sedikit tidak banyak.
"Tenaga badak!"
***
"Bang Ray ngambeknya lama banget sih," goda Wisnu karena hingga saat ini Ray belum ingin bergabung dengan grup line BARAKALLAH.
Ray memandang sinis ke arah teman-temannya "Bakso, nasi goreng, mie ayam, es milo dua gelas. Di jamin gak ngambek lagi." Kapan lagi Ray dapat memalak genknya. Kesempatan emas tidak boleh di sia-siakan.
"Tai kura!"
"Tai Mbak Ruroh!"
"Astagfirullah."
"Deal gak?" Ray memastikan teman-temannya menuruti keinginannya. Walaupun ia tahu, kepastiannya 0,01 persen.
"Ok. Asal bagi id-line Wati ya?" Wisnu pun tidak ingin menghilangkan kesempatan. Karena hanya Ray yang punya kontak Wati. Entah dari mana mendapatkannya.
"Wisnu aja yang bayar. Kita hanya numpang. Ya gak Al?" celetuk Naufal dengan memberi kode kepada Alvino agar mau bekerja sama dengannya.
"Gini yang di bilang sohib?" Wisnu menoleh ke arah Alvino dengan tatapan ancaman.
Alvino memasang cengiran "Haha. Ku bayar dengan doa aja ya Nu."
Berdebatan mereka tidak berlangsung secara lama. Karena suara Bu Denok telah menggelegar di gendang telinga seluruh siswa yang belum menuju lapangan.
"Ray! Wisnu! Naufal! Alvino! Mau ke lapangan sendiri sekarang, apa ibu gandeng?" Teriak Bu Denok yang mendapati genk tersebut masih duduk santai di gazebo dekat kelas.
"Gandeng aja deh Bu. Biar kita gak kelihatan jomblo lagi," jawab Wisnu dengan menahan tawa melihat ekspresi Bu Denok seperti ingin menerkam mangsanya. Menggemaskan.
"SAYA HITUNG SAMPAI 1 SAMPAI 10 KALAU BELUM KE LAPANGAN—!" Bu Denok memang guru bahasa inggris. Namun suaranya dapat mengalahkan guru vokal di sekolah mereka. Intonasinya sangat tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Ray!
Teen Fiction[DI REVISI SETELAH SELESAI] Berawal dari pertemuan lelaki bernama Ray yang tidak miliki aturan berpapasan dengan wanita cantik Pevita Adriani. Siapa sangka ternyata mereka sekelas. Dan perlahan Ray mulai menggoda Pevita dengan sikap jahilnya. Akank...