[08] Kembang Api

328 67 143
                                    

Update tercepat hehe~

Seratus persen Ray dan Pevita! Tanpa ada gangguan dari genk Barakallah eh yang sekarang menjadi Kzl.

Konfliknya baru dikit belum terlalu menggemaskan ya? Hehe, tunggu aja~

Comment dan klik gambar bintang ya:)

20/04/17

Happy Reading!^^

----------------------------------

"Walaupun hanya melihat kembang api dan makan semangkuk mie instan tanpa telur, jika itu denganmu aku senang." - Pevita Adriani

><

Senja sudah mulai menghiasi langit-langit biru. Warna biru kini telah berubah menjadi orange kegelapan. Ray semakin menambah kecepatan motornya agar segera sampai menuju rumah gadis yang ia kecewakan. Setelah sampai tujuan, ia melihat keadaan gerbang rumah tersebut sedang tertutup.

"Ah bego! Ini kan udah magrib. Yakali dateng rumah orang jam segini!" Ray berdecik dengan dirinya sendiri saat mendengar suara adzan magrib telah berkumandang.

"Kalau balik ya nanggung."

"Bismillah bantu Ray Ya Allah," kali ini Ray membatalkan niatnya untuk kembali. Ia memarkirkan motornya lalu menekan tombol 'bel' di samping pagar rumah Pevita.

Sudah tiga kali Ray membunyikannya, namun tidak ada seorang pun membuka pagar untuknya. Ray menyerah, ia membalikan badannya. Kakinya melangkah menuju kendaraan yang dari tadi di tinggalkan.

Saat akan menaiki motornya, ia mendengar suara decitan pagar terbuka. Wajah lelaki itu berubah dengan menyimpulkan senyuman di bibirnya. Ia segera turun lari menghampiri seseorang yang membuka pagar.

"Assalamualaikum, maaf ganggu Bi. Pevita ada?" tanya Ray dengan wanita paruh baya. Seingatnya ibu itu adalah pekerja rumah tangga di rumah Pevita.

"Iya ada Mas, masih sholat. Silahkan masuk dulu."

Sesuai perintah Bibi. Ray berjalan mengikuti ibu di depannya, dan duduk di ruang tamu setelah di persilahkan olehnya.

"Minum apa Mas?" tanya Bibi.

"Gak Bi, makasih." tolak Ray secara halus. Karena niatnya hanya satu yaitu bertemu Pevita. Lalu si Bibi meninggalkannya.

Ray mendengar suara pelonakan dari ruangan atas, sepertinya itu Pevita. Beberapa detik kemudian suaranya berhenti, digantikan oleh langkah kaki yang terdengar semakin dekat dengan pendengarannya.

"Ngapain lo kesini?!" Seru Pevita dengan pandangan memalingkan tamu di hadapannya.

Ray tertegun. Suara itu bukan yang Ray inginkan.

Ia berdiri lalu mendekati wanita di hadapannya. Ray hanya dapat menatapnya tanpa dapat berkata apa-apa.

"Maaf." Tidak tahan untuk berdiam diri, ia mulai membuka suara.

Tidak ada jawaban.

"Maaf, udah buat kamu nunggu."

"Maaf, udah bikin kamu gak senyum malam ini."

"Maaf, aku tadi lupa."

"Maaf-," saat akan menyelesaikan ucapannya. Pevita mulai mengarahkan pandangannya pada Ray, itu yang membuat ia menghentikan ucapannya. Senyum di bibir Ray mengembang, setidaknya gadis di hadapannya kini tidak menghiraukannya lagi.

Hello Ray!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang