Second Chapter : 'Getting Used To It' Phase

22 4 0
                                    

Daripada membuang waktunya, Diana memilih untuk memasuki aula, mendapati keseruan tertera jelas di sini. Ada beberapa anak bercanda, tertawa bersama, berkenalan dan kejar-kejaran. Diana terdiam, ini terlalu ramai, bagaimana bisa ia memunculkan diri dengan sebegitunya?

Menyadari bahwa gadis itu terdiam, Albert melangkah ke arah Diana, membuat gadis itu mengangkat wajahnya. Diana tersenyum saat Albert menyodorkan tangannya, membuat gadis itu mengangkat pundaknya, dan menjawab tangan pemuda itu. Keduanya melangkah ke arah kursi yang diisi beberapa anak yang kurang dikenalnya.

"Diana, ini Zack Marden, dia temanku saat acara bisnis orang tua kita," ujar Albert, membuat Zack dan Diana bersalaman. Saat itulah, Diana mendapatkan Velinda tengah melangkah pelan.

"Hei, apa kita bisa mengajak seorang siswi asrama api ke sini?" tanya Diana, sembari berdiri. Albert mengiyakannya pelan, membuat Diana tersenyum dan melangkah ke arah gadis berkaca mata itu. Saat ia cukup dekat, ia menggenggam tangan Velinda. Ia tersentak ketika tangan itu menyentuhnya.

"Ayo, kau duduk bersamaku," tarik Diana, membuat Velinda mengikutinya. Saat mereka sampai di meja, ada empat mata yang terbelalak memandang Velinda, ada Albert dan Zack yang memandangnya.

"Zack, ini Velinda, kami berkenalan tadi di kereta," ucap Diana, sembari berjalan untuk duduk di samping Zack. "Ayo duduk, itu di depanmu kosong."

Mau tidak mau, Velinda duduk di depan Diana. Di sampingnya, Albert mengangkat alisnya. Kenapa ia terlihat ragu? Apa gadis ini takut dengannya?

Ting! Tong! Ting! Tong!

Keempatnya mengalihkan perhatian ke arah meja di tengah aula, mendapati seorang pria berdiri. Pria itu berambut pirang dan bermata biru, dan pakaiannya mewah. Pria itu terlihat tidak asing, dari patung yang berada di depan bangunan sekolah. Ya, itu adalah sang kepala sekolah, Sir Reynald Magnus. Saat pria itu yakin perhatian seluruh murid-murid berada padanya, ia menurunkan gelasnya dan mulai berbicara.

"Terima kasih atas perhatiannya," ucapnya, sebelum melanjutkannya. "Saya sangat senang untuk menyambut kalian di sini, di makan malam bersama setelah tahun ajaran baru di mulai. Kegiatan belajar mengajar akan dimulai dalam dua hari, jadwal akan di bagikan di asrama masing-masing besok. Sekarang, daripada kita membuang-buang waktu, kita akan memulai sajiannya."

Sir Reynald mengangguk pada seorang pelayan, yang memencet sebuah tombol. Bagian tengah dari meja terbuka, dan apa yang di dalamnya terangkat, menunjukkan sajian makanan. Decak kekaguman menggelegar, membuat Sir Reynald tersenyum.

"Sebelum sajian dimulai, mari kita mengangkatkan gelas masing-masing." Seluruh guru, dan murid berdiri menggenggam gelas masing-masing, termasuk empat guru yang berada di sisi sang kepala sekolah. "Untuk EIBS yang lebih baik."

"Untuk EIBS yang lebih baik!"

Diana pun duduk, dan memakan makanannya dengan nyaman. Saat ia tengah makan, ia merasa tengah di perhatikan. Ia memandang sekitarnya, tidak mendapati apa-apa. Iapun menggeleng, dan mengalihkan pandangan ke arah depan. Di sana, ia mendapati dua guru perempuan yang berada di sisi kiri sang kepala sekolah tengah berdebat dengan pelan, sampai sang perempuan yang berambut hitam berdiri. Ia berbicara dengan sang kepala sekolah sebelum hilang melalui pintu khusus guru..

"Itu siapa?" tanya Diana kepada Velinda. Ia yakin gadis ini bisa menjawabnya, karena ia sudah membaca buku tentang EIBS yang dibagikan di kereta, buku yang sama dengan buku Brian. Gadis itu menunjuk pada guru perempuan yang tadi berdebat dengan wanita yang keluar. Jujur, ia penasaran.

"Itu? Yang rambut pirang?" Diana mengangguk, membuat Velinda mulai menjelaskan. "Itu madame Veriosna, dia guru Self Defense sekaligus kepala asrama angin. Tenang saja, kita belum mendapatkan kelas self defense, mungkin tahun depan. Dia terkenal ingin menjadi kepala asrama tanah, mungkin karena prestasi asrama itu. Guru yang tadi di sampingnya bernama Madame Levioska, mereka bersaingan secara ketat."

The Immortality CrystalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang