Part Seven : Keep running!

6 3 0
                                    

Velinda melangkah pelan, membawa peta yang didapatnya di perpustakaan. Ia berhenti ketika melihat Diana, gadis itu tengah bicara dengan dua pemuda itu, tampaknya mereka tengah bicara tentang Kristalnya. Saat ia sudah yakin atas pendiriannya, ia berlari ke arah ketiganya.

"Diana! Brian! Albert!" panggilnya, membuat ketiga temannya itu menatapnya.

"Aku ingin memberikan kalian ini." Velinda meletakkan petanya di tangan Albert, membuat ketiganya mengerutkan alis.

"Aku tahu, aku sudah tidak masuk ke rencana kalian, tapi menurutku, kalian memerlukannya lebih dari aku." Brian meraih peta itu dari tangan Albert, dan meletakkannya di atas batu. Matanya terbelalak ketika mendapati peta apa ini.

"Velinda, kau jenius!"

"Apa ini?" tanya Diana pada Brian. Pemuda itu tersenyum lebar dan menatap Linda dengan mata birunya.

"Ini adalah peta jalanan bawah tanah rahasia dari dan menuju ke seluruh asrama, kau dapatkan ini dari mana?" Diana terbelalak, dan menatap Velinda tidak percaya. Senyum tersungging di bibirnya, dan ia melangkah ke arah gadis itu.

"Terima kasih," ucapnya sebelum memeluk Velinda. Gadis yang tidak menduga gerakan Diana itu, terdiam, sebelum akhirnya membalas pelukan Diana.

"My pleasure."

"Sekarang, satu-satunya hal yang perlu kita lakukan adalah, menentukan waktunya, dan mencarinya!" ucap Albert, dijawab dengan anggukan Brian.

"Kalau begitu, aku tinggal dulu," ujar Velinda, mengambil langkah untuk menjauh sebelum tangannya di tahan oleh Albert.

"Siapa bilang kau boleh pergi begitu saja?"

{~}

"Jadi, terlepas dari peringatan Madame Renee, kita akan tetap masuk?" tanya Diana pada Albert dan Brian yang di depan mereka. Albert memegangi obor untuk menerangi langkah mereka, sementara Brian memegangi petanya, untuk di pastikan oleh Velinda yang bertugas sebagai pemandu.

"Tentu saja, Diana, bagaimana bisa kita tidak masuk?" Diana menggigit bibir bagian bawahnya, menatap sekitar dengan waspada.

"Entahlah, karena aku tidak yakin di mana kita sekarang," ujarnya membuat Velinda tersenyum tipis dan menggeleng.

"Tak usah khawatir, Diana, kita tepatnya berada di bawah aula, sedikit lagi kita sampai di tower Levioska." Diana mengangguk paham mendengar kata-kata Velinda itu, sampai akhirnya mereka melihat sebuah tangga.

"Tangga apa ini?" tanya Albert pada Velinda, yang memandangi petanya.

"Ini menuju ke halaman tower, kita berhenti di sini," jawabnya dan menaiki tangganya. Menyusul Velinda, Albert naik, diikuti oleh Diana yang dibantu oleh Brian. Setelah naik, Diana dapat melihat tujuannya. Sebuah tower yang tinggi, dibangun dengan batu, dan lumut ada di beberapa bagiannya, membuat kesan horor di benaknya.

"Ayo."

Mereka melangkah ke tower Levioska, dan masuk ke dalamnya, mendapati anak tangga, dan beberapa lahan kosong. Dari bawah sini, mereka bisa mendapati cahaya yang hidup namun redup dari dalam tower.

"Kita berpencar, aku yakin jalan menuju kristalnya ada di sekitar sini," komando Brian, dijawab dengan anggukan teman-temannya. Sembari berusaha tidak mengeluarkan suara, mereka mencari, menggunakan ranting dengan api kecil di ujungnya sebagai pencahayaan.

Diana memandang sekitarnya, tempat ini besar, ia yakin. Entah, berapa diameter lingkaran tower ini, tapi ia kagum, walau dari luar tampak tidak terawat, ia tidak bisa menyangkal bahwa tempat ini memang bersih, dilihat dari debu yang tidak ada.

The Immortality CrystalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang