Part Six : The Underland Vow

7 3 0
                                    

Pintu itu terbuka dengan perlahan, membuat pria yang berada di dalamnya meletakkan cangkirnya dan berdiri.

"Seingatku aku mengunci pintunya, Kongo."

Pria yang berdiri itu terkekeh, dan berbalik, melangkah ke arah Renee, membuat wanita itu menghela napasnya, dan menatap Fantasma itu dengan tatapan membunuh.

"Tak pernah berubah, Kak, dingin dan lurus," ucapnya merentangkan tangan seakan meminta pelukan.

"Dan kau juga, Kongo, selalu tidak menunjukkan adab seorang Raja di depanku, bayangkan apa yang akan saudariku katakan saat melihatmu," ujar Levioska memandang pria berpakaian rapi itu dari atas, ke bawah. Matanya merah darah, namun berbeda dari Fantasma biasa, ia memiliki sepasang bola mata berwarna hitam, dan tidak ada ukiran apa-apa di wajahnya. Pria inilah, Fantasma pertama di Dunia, dan penerus Raja Safron mengubah dirinya menjadi sebuah Kristal yang bisa melawan hukum alam.

Mendengar ucapan Renee, Zlaveen mengubah bobot tubuhnya. Mood santai sang Raja sepertinya hilang mengingat saudari dari Levioska.

"Jangan buat aku mengingatnya sekarang, ini bukan saat untuk berbicara tentang itu," bisiknya menatap ke arah mata Levioska dengan tatapan yang sulit di artikan. Ada amarah di sana, tapi juga ada kerinduan, dan kekecewaan. Renee yang melihat mood swing Zlaveen hanya menatap Zlaveen dingin melangkah ke arah mejanya, mendapati sebotol anggur dan dua gelas berisi cairan gelap itu sudah dihidangkan.

"Menarik, kau sudah memiliki rencana untuk pembicaraan hari ini," ujar Renee, membuat Zlaveen meletakkan mood swingnya, dan berbalik menghadap Renee.

"Tentu saja, seorang Raja harus punya rencana," ucapnya sembari melangkah duduk di depan Renee. "Seperti yang kau ajarkan."

"Jadi, apa kau datang untuk membicarakan tentang Kristalnya?" tanya Renee, membuat Zlaveen tersenyum lebar.

"Selalu berhasil menebak, kak, keren sekali." Zlaveen menyeringai dan menuangkan segelas anggur untuk Renee, membuat wanita itu tersenyum angkuh dan meraih gelas yang diberikan Zlaveen.

"Tentu saja, it's in my blood," jawabnya sembari menyesap minuman itu, dan meletakkan gelasnya. "Lagipula, mengapa kau tidak memberitahukan aku beritanya sendiri, aku tidak menyukai Zeef keparat itu."

"Dan Zeef keparat itu, adalah partner suamimu, jika kau ingin tahu." Zlaveen mengedipkan matanya, membuat Renee menatapnya aneh.

"Dia pernah menyelamatkan Carlos dari dikirim ke Underland, sekali. Lagipula, bukankah kita akan bicara tentang Kristalnya. Apa kau sudah memiliki tebakan tentang pemiliknya sebenarnya?"

"Sudah sebenarnya, tapi aku berharap aku salah." Zlaveen menatapnya bingung sebelum Renee melanjutkan ucapannya. "Tebakanku jatuh ke salah satu dari empat anak yang bisa dibilang aneh, tapi sepertinya hanya tinggal tiga karena Rottendare dan Ravenson menakuti yang satu lagi."

Zlaveen mengangguk paham. Rottendare dan Ravenson memang yang paling peka daripada yang lainnya, seharusnya ia sudah menduganya.

"Apa kau akan membantu mereka melakukan pembukaannya?" tanya Zlaveen membuat Renee mengangkat alisnya. "Kau tahu, membantu mereka mencari kristalnya? Kalau kupikir-pikir, jika mereka menemukannya, kita masih bisa menjaga mereka di bawah kendali, mereka siswa-siswimu."

"Benar juga sih, Kongo, aku masih bisa menakuti mereka," ujarnya, dijawab dengan anggukan Zlaveen.

"Namun begitu, aku masih khawatir jika pemberontak sialan itu mengejar Kristal mati-matian, dan merasakan keberadaan siswa-siswiku ini saat mereka dekat. Mereka bisa membunuh siswa-siswiku!" Renee berdiri, dan menatap wajah Zlaveen yang kini tampak berpikir.

The Immortality CrystalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang