"Ya Tuhan, apa aku tidak salah lihat tadi. Dia juga bicara padaku, dan yang dia katakan itu aku tidak salah dengar" pikirku
Sinta dan Laras sudah sampai dirumah Celine, mereka tidak menyadari kalau Celine sudah tertinggal. Celine masih berada disana, dia tidak bisa melanjutkan langkahnya.
"Naneun boassda. Dangsin-i bongsul. Annyeonghaseyo chingu" lanjutnya
Celine tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya terdiam, dia sangat ketakutan. Baru kali ini ada sosok seseram itu yang dia lihat. Dia masih belum yakin apakah sosok itu adalah manusia atau . . .
"Siapa kamu ? Apa kamu manusia ?" jawabku sambil merintih ketakutan
"Kamu lupa ? Aku temanmu"
"Temanku hanya Laras dan Sinta. Hanya mereka berdua !!" bentakku
"Kau menerima pesankukan. Dan kau menepatinya . Berarti kau adalah temanku, kau menepati janjimu."
"Jadi pesan itu dari mu? Jadi selama ini aku salah sangka. Bukan Laras yang aku temui kemarin bukan dia tapi kamu ?"
"Ya teman"
Bruk. . .
Celine jatuh, dia pingsan.
Esoknya Celine terbangun, dan ia sadar kalau dia berada di kamar. Celine yakin bahwa semalam itu bukanlah mimpi, dia masih keringatan membayangkan yang terjadi padanya semalam.Laras dan Sinta merasa bersalah karena meninggalkan Celine semalam sendirian. Celine menceritakan yang dialaminya, mereka berdua merinding. Tapi mereka tak mau menambah beban Celine. Mereka menenangkan Celine bahwa dia hanya mimpi. Celine tahu kalu temannya hanya mau membuatnya melupakan itu semua. Tapi Celine masih penasaran siapa sosok itu sebenarnya .
Siang harinya Celine pergi ke taman itu. Dia mau mengklarifikasi semuanya, siapa sosok itu dan apa maunya. Celine memberanikan diri untuk pergi ke taman itu. Celine pergi diam - diam dia tidak mau jika temannya mengikutinya , dia tak ingin kalau temannya berada dalam masalah yang sama dengannya.
Teng . . .teng . . .
Suara jam taman berdentang menunjukkan pukul 12.00 Wib.
Celine teringat saat kejadian tengah malam, dan sekarang juga tengah siang."Jika kamu memang ada keluarlah. Jika kamu manusia jawablah aku" kata Celine
Tidak ada tanda-tanda apa pun, Celine merasa jika dia hanya bermimpi semalam. Mimpi yang terlihat nyata, sosok itu tidak muncul suara itu juga tidak terdengar. Celine sedikit kecewa karna dia tak dapat membuktikan apa yang dia katakan.
Di sisi lain, Sinta dan Laras sedang mencari Celine. Mereka takut terjadi apa-apa padanya.
"Celine. . . Celine . . . Kamu dimana ??" teriak Sinta dan Laras
Tidak ada jawaban. Sama sekali tidak ada, mereka pun mencari Celine ke taman. Karena Celine sangat suka menyendiri kesana. Mereka pun pergi, dan ternyata Celine memang benar ada disana. Celine sedang berdiri disana, membelakangi pohon itu. Kelihatan jika dia ingin pergi dari sana.
Sinta dan Laras menunggu Celine di samping air mancur. Mereka tak mau menggangu pikiran Celine. Mereka tahu kalau Celine masih memikirkan yang terjadi padanya. Laras memandangi pohon itu, dia melihat sesuatu. Laras memang punya kemampuan melihat . Dan itu memang benar buktinya dia bisa melihat orang.
Tapi ini serius, dia memiliki indra keenam. Laras melihat sosok itu bersembunyi di balik pohon. Kelihatannya seperti ingin menemui Celine. Matanya menatap ke arah Celine, dan sekarang menatap ke arah Laras. Sepertinya sosok itu tahu bahwa Laras dapat melihatnya.
Laras menundukkan kepalanya, dia takut menatap sosok itu. Tapi Celine menyadari keberadaan mereka dan menjumpai mereka.
"Apa uang kalian lakukan disini ? Kalian mebuntuti ku ya ??" tanya Celine
"Maaf Celine, kami tidak bermaksud. Kami hanya khawatir padamu, benarkan Laras ? "
Laras diam, dia tidak berkata apapun. Sinta dan Celine menatap Laras, kelihatannya Laras ketakutan. Dia berkeringat, dan jatuh pingsan.
Badannya panas, dia sangat berat. Sepertinya ada sesuatu dalam tubuhnya. Sinta dan Celine membawa Laras pulang, mereka menopangnya walaupun sungguh berat. Tidak biasanya Laras seberat ini, mereka takut terjadi sesuatu padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bogosipda
Mistero / ThrillerTragedi dibalik misteri atau misteri dibalik tragedi. Celine adalah seorang gadis remaja yang merasa kesepian dia hidup sendiri tapi hari-harinya selalu ada yang menemani tanpa dia ingini. "Aku mendengarmu dan tak bisa melihatmu. Dan akhirnya . . ."