Telah Kembali

29 2 1
                                    

Lampu disekitar komplek yang redup tak menggentarkan keinginan Celine untuk lari pagi. Celine terus berlari mengelilingi komplek sampai dia sadar kalau banyak orang yang berlari pagi di komplek itu.

Celine senang karena dia tidak sendirian, banyak orang disana. Walaupun belum ada orang yang dia kenal saat itu.

Disana mereka tidak hanya berlari saja ada juga yang mengendarai sepeda dan jenis olahraga lainnya.

"Celine.... Celine...."
Celine menoleh kebelakang, dia melihat temannya Laras. Tapi wajah Laras kelihatan pucat, Celine langsung menghampiri Laras.

"Laras kamu kenapa ?? Kenapa wajahmu pucat ??" tanya Celine

"Aku nggak apa-apa. Aku hanya kecapekan aja. Karna itu aku pergi lari pagi ke sini biar badanku fit kembali. "

"Baiklah, ya sudah kita lari kesana aja yuk" sambil menarik Laras

Mereka berdua berlari mengelilingi taman, karna tidak banyak orang yang berlari disana. Saat beberapa kali lari Laras kelelahan dia pergi duduk di kursi taman itu.

Celine memberikan air minumnya pada Laras. Dia juga berhenti dan duduk bareng Laras. Dia nggak mau membuat temannya itu kesepian kalau dia tinggalkan berlari.

Hush.... Hush....
Suara angin berhembus, walaupun langit mulai terang tetap saja cuacanya dingin. Daun-daun juga basah karena embun, suara kayuhan sepeda juga menemani saat itu.

Hari yang tidak sepi karna banyak suara-suara dari waktu ke waktu.

Tapi kesenangan itu sirna saat orang-orang pulang. Celine dan Laras merasa ada yang kurang, mereka tidak ada mengobrol saat itu. Celine bingung harus mulai membicarakan apa, dia merasa canggung.

Entah kenapa dia canggung dengan temannya sendiri . Padahal tadi masih baik-baik saja pikir Celine.

Saat dia menoleh kesamping, Laras sedang tidur. Melihat Laras yang tidur dia merasa aneh. Dia merasa asing berada didekat Laras saat itu.

"Laras... Laras bangun..."

Laras belum bangun juga , dia tetap tidur padahal dia sudah membangunkannya berulang kali. Dia juga menggoyang- goyangkan tubuh Laras sampai ingin menarik badan Laras dari kursi itu.

Celine mulai khawatir, dia meletakkan tangannya di kening Laras untuk mengecek kondisinya saat itu.

Celine terdiam dia menjauhkan tangannya dari kening Laras. Tubuhnya sangat dingin dia mulai cemas lagi. Dia takut terjadi sesuatu padanya.

Celine menggendong Laras menuju rumahnya. Rumahnya memang cukup jauh dari tempatnya sekarang tapi dia tak memikirkan hal itu lebih jauh lagi. Dia harus cepat membawa Laras pulang, mungkin dia memang sakit pikir Celine.

"Laras ayo bangun.. Padahal wajahnya tadi tidak pucat lagi"

*sampai dirumah Celine

Dia membaringkan Laras di atas tempat tidurnya. Dia pergi ke dapur mengambil kompres dengan air hangat.

Dia bergegas lari membawa kompres itu. Tapi saat dia kembali dari kamar Laras sudah bangun. Dia berdiri di depan jendela yang terbuka.

Saat itu anginnya sangat kencang, sampai banyak daun yang berterbangan dan masuk ke kamar Celine.

Celine menarik Laras.

"Apa yang kamu lakukan ? Kamu kan sedang sakit ngapain berdiri di depan jendela. Anginnya kan kencang nanti badanmu makin panas tahu !!"

Laras melepas paksa genggaman Celine. Dia kelihatan marah dan sangat geram pada Celine.

Laras menoleh kebelakang dan Celine melangkah mundur. Dia takut melihat Laras karna dia bukan Laras.

Matanya putih tidak tampak bulatan hitam ditengah matanya. Tatapannya yang tajam membuat Celine gugup dan tak bisa berbuat apa-apa selain melangkah mundur menjauhi Laras.

Badannya gemetar dia ingin menangis karena takutnya. Laras berbalik dan mengikuti langkah Celine yang mundur. Dia tak berhenti menatap Celine, Celine hampir menangis karna ketakutan. Dia sangat gemetar dan bulu kuduknya berdiri.

Langkah Celine terhenti saat ia sadar kalau jalannya buntu. Di belakangnya adalah dinding , pintu kamar jauh dari sana. Dia tidak tahu harus lari kemana lagi, dia tidak bisa berpikir dengan jernih.

BogosipdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang