The Ghost of Wind

Ingatan Part II

   "Ayah akan memberikanmu sebuah tugas."

   "Apa itu?"

   "Buatlah kekacauan didunia manusia, itu syarat untuk menjadi penerus Ayah."

   "Kekacauan?"

   "Sekaligus untuk menyenangkan Dewa Valac."

   "Aku suka sekali kekacauan Ayah, kirimkan aku ke pusat kota Ayah, aku akan membuat banyak kekacauan."

   "Ayah tahu, semua kekacauan disini karena ulahmu." aku mengingat-ingat, banyak kekacauan karena ulahku, seperti membunuh seorang iblis lemah tanpa pikir panjang. Takkan ada yang akan melawanku, karena aku seorang putri juga seorang pembunuh kejam. Ayah selalu berpesan, jadilah sang iblis sejati, buatlah kekejian dihatimu hingga mendarah daging ditubuhmu. Membunuh iblis lemah seperti menghancurkan sebuah boneka dari pasir, sangat mudah seperti bermain-main.

   "Tapi kau takkan dikirim disuatu pusat kota, tetapi.. Sebuah sekolah."

   "Sekolah?"

   "Rosaria akan ikut denganmu."

   "Ayah??" aku tak percaya dengan ucapan Ayah. Sebuah sekolah? Tempat kecil seperti itu?"

   "Rosaria akan menemanimu." Ayah mengacuhkan pertanyaanku.

   "Ayah, bisakah dipikirkan lagi."

   "Sekolah adalah tempat yang cocok untukmu untuk membuat kekacauan." Ayah tetap bersikukuh pada keputusan, bayangkan saja. Sebuah sekolah, apa yang bisa ku lakukan disana? Benar-benar sulit terkira.

   "Fyuh.." Aku menghembuskan nafas kasar, "Baiklah, sekolah."

   #off

   Aku membiarkan ingatan itu berputar-putar dikepalaku, membiarkanku selalu mengingatnya, seperti hujan yang merintik dari langit. Tugas Ayah, Perintah Dewa Valac, Kewajiban sebagai calon penerus Ayah, semestinya seperti seorang iblis. Iya, Iblis. Akan ku buat semua tertunduk, akan ku buat mereka ketakutan, akan ku buat bahwa aku adalah putri dari raja iblis.