Apakah hantu itu nyata?
Kalaupun iya, apakah ada yang mampu membuktikannya?
Akan menjadi suatu kebodohan jika memercayai hantu di era zaman seperti ini. Seperti mimpi yang akan tetap menjadi mimpi..
Karena ini dunia nyata, bukan dunia fantasi ataupun dunia khayal.
Mungkin aku akan memercayainya, jika aku melihatnya langsung oleh mataku, meskipun dirasa aku akan sulit memercayainya.....
Seorang pria berambut hitam dengan mata manik hitam kecoklatan tengah berjalan bersama orang-orang yang tengah memulai aktivitasnya.
Hari baru saja dimulai, pria itu memakai pakaian seragam sekolah berjalan pelan dengan tas hitam menggantung di bahu kanannya. Matanya dengan lincah mengamati sekitarnya.
Baru saja hari ini dimulai, suasana sudah seramai ini, bisakah satu hari saja suasana ramai ini berganti sepi? Aku sangat menantikannya.
Tak heran, ini Seoul, kota padat dan pusat negara, sudah sepantasnya suasana seramai ini, hari cerah ataupun hujan deras dengan badai dan petir, ini takkan menghentikan mereka untuk memulai aktivitas mereka dan berjuang hidup di kota sepadat ini.
Pria itu bernama Rael, seorang siswa kelas dua SMA di salah satu sekolah ternama di Seoul, dia selalu memulai harinya dengan berjalan pelan menuju sekolah tanpa perlu menunggu bis di halte. Wajah yang tenang tanpa ekspresi apapun, pendiam, dan sangat tertutup ini menjadi salah satu siswa yang terkenal di sekolahnya.
Dia tak pernah mengenal apa itu Cinta, seperti apakah Cinta itu, dia tak pernah tahu, dia terlalu menutupi dirinya. Hari-harinya disekolah hanya dinikmati dengan membaca dan mendengarkan musik. Tak seperti orang lain, sikapnya yang dingin dan menyendiri membuat hidupnya tenang. Seseorang yang sulit diajak bercengkrama, dia hanya memiliki seorang teman yaitu Arrend.
Baginya, memiliki satu teman sudah cukup baginya, kekayaan dan kemewahan dari orang tuanya tidak membuatnya menjadi sosok yang manja. Bahkan kini dia mencoba melangkah ke dunia yang diinginkannya, ketenangan dan tanpa rasa khawatir ataupun rasa cemas, tanpa merasa kesepian. Baginya ketenangan adalah hal yang berarti dalam hidupnya. Bersikap dingin dan berwajah datar, inilah caranya.
...
Kini Rael telah berdiri diambang pintu kelas, suasana lebih bising daripada biasanya. Semuanya beriuh ria seraya mengelilingi salah satu meja dan ditengahnya ada seorang gadis tengah menceritakan sesuatu hingga ekspresi wajahnya sendiri nampak serius.
Seperti tak memiliki kesibukan.
Rael melanjutkan langkahnya kearah mejanya yang berada dipojok belakang samping jendela jauh dari riuh ria mereka. Seperti biasa, dia mengambil buku referensi yang berada dalam tasnya. Tak lupa dia juga mengambil earphone berwarna putih yang wajib dibawanya kemana-mana lalu memasangkannya pada kedua telinganya dan disambungkan pada sebuah handphone.
Sekitar 5 menit Rael membaca, seseorang berambut coklat dengan mata manik hitam berdiri disampingnya dan mulai menepuk-tepuk bahunya namun dia menghiraukannya.
"Rael.. Rael.." namun Rael tidak mendengar panggilan itu karena asyik dengan musik yang didengarkannya dengan volume yang tinggi.
"Rael! Hei!" kini orang itu menguncang-guncangkan bahu Rael.
"Pergilah." seraya mengibaskan tangannya tanpa mengalihkan pandangan.
Orang itu mulai kesal, dia menarik kursi yang ada didekatnya lalu duduk didekat Rael dan menarik salah satu earphone yang terpasang ditelinga kanan Rael. "Hei!"
"Arrend, Apa hidupmu ini hanya untuk mengganggu?" ucapnya malas. Arrend terkenal orang yang tak bisa ditolak, mau tak mau Rael harus mengikuti kemauan Arrend.
"Ada hal harus kau ketahui." ucapnya dengan nada semangat, usahanya berhasil membuat Rael mau mendengarkannya.
"Apa kau tak lihat aku sedang membaca?" Rael mencoba bersabar.
"Tapi kau harus tahu hal ini, Rael. Apa hidupmu hanya untuk membaca dan menyendiri seperti ini? Kau ini terlihat menyedihkan, Rael."
"Baiklah." seraya mendesah lemas.
"Kau tahu, belakangan ini ada teror hantu disekolah kita."
"Kau menggangguku hanya untuk mengoceh? Asal kau tahu, aku tak tertarik dengan apa yang kau bicarakan."
"Ini lain soal! Ini soal teror hantu disekolah kita, Rael."
"Dasar bodoh."
Bletak!!
Sebuah jitakkan kecil mengarah mulus kearah kening Arrend."Kau ini dingin sekali." keluh Arrend, tangannya mengusap-usap kening berharap keningnya masih baik-baik saja.
"Kau bodoh atau apa? Apa ada hantu di zaman seperti ini? Kau bahkan masih percaya tentang hantu."
"Lain masalah, ini soal sekolah kita." tegas Arrend.
"Apa kau pernah melihat seperti apa hantu yang meneror sekolah kita?"
"Tidak."
"Apa kau pernah diteror oleh hantu itu?"
"Tidak, aku hanya mendengar kalau ada beberapa siswa yang diteror hantu seminggu belakangan ini."
"Kau bodoh sekali."
Bletak!!
Satu jitakan mengarah mulus di kening yang sama."Sadis sekali kau!" rengek Arrend, "Kau menjitakku ditempat yang sama." seraya mengusap-usap.
"Apa kau tak bisa gunakan akalmu itu? Pikirkan baik-baik. Kalau kau tahu hanya dari mendengarnya, apakah itu bisa dipercaya? Bisa saja itu hanya tipuan untuk menarik perhatian." Rael menutup buku yang sedari tadi dibiarkannya, "Aku akan percaya saat aku melihatnya langsung dengan mataku, meskipun sulit rasanya untuk percaya." sambungnya.
Nekat nulis di Wattpad.
Acak-acakan, semoga suka.Gomawo 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ghost of Wind
Fantasy"Sepertinya aku mencintainya." Gumam pria berambut hitam dengan mata manik hitam kecoklatan di sebuah balkon seraya merasakan setiap tiupan nada alunan angin yang mengalunkan rambutnya. #Disisi lain.. Aku ingin bersamamu sekarang.. Orang yang...