Tunas pohon cherry blossom, atau kita lebih mengenalnya dengan nama sakura, baru memunculkan kepalanya di atas permukaan bumi. Masih segar dan belum tercemar. Ia adalah pendatang di bumi yang belum tahu apa-apa. Beberapa tahun ke depan, hari demi hari, ia akan menjalani hidupnya. Ia akan dibimbing oleh alam sekitarnya. Ia akan dipelihara oleh semua makhluk yang hadir menyapa hidupnya. Ia akan berkembang bersama makhluk di muka bumi ini.
Hingga suatu hari nanti di musim semi, ia akan mekar, memperlihatkan bunganya yang berwarna merah muda yang menenangkan hati bagi yang memandangnya. Ia juga akan menghasilkan buah ceri yang banyak manfaatnya. Namun suatu saat nanti, semua itu akan berakhir. Ia akan menemui 'titik' dalam perjalanan hidupnya. Yang tersisa dari itu, sebuah biji yang akan memulai kehidupan yang lain.
*
29 Desember 2002
Pagi yang cerah, langit yang biru. Sinar matahari yang hangat, burung yang terbang bebas. Bunga-bunga liar yang bermekaran dengan indah di pinggir jalan. Semuanya terlihat bergembira bersamaku. Bersama keluargaku.
Suatu pagi di bulan Desember. Hari ini adalah hari dimana aku, kedua orangtuaku, dan dua orang adikku harus berpindah dari tanah air tercinta menuju negara yang terkenal dengan Gunung Fuji-nya untuk jangka waktu yang menurutku akan lama. Keenggangan tinggal berpisah dari ayah yang akan menuntut ilmu di sanalah yang menyebabkan kami sekeluarga harus terbang melintasi laut hari ini.
Umurku masih lima tahun, masih TK, masih tergolong 'pendatang' dalam menghadapi kerasnya kehidupan di dunia ini. Namun aku belum mengenal kehidupan yang sebenarnya. Semua hal yang terjadi kusambut dengan gembira. Keberangkatanku ke Jepang memberikan banyak pengalaman baru disaat umurku yang masih belia ini. Aku begitu excited melihat besarnya pesawat terbang jika ditinjau dari dekat. Kepalaku yang tak henti-hentinya bergerak mencoba melihat seluruh isi pesawat. Kata "wow" yang kuucapkan setiap kali melihat keindahan relief bumi dari dalam pesawat. Semuanya pasti akan selalu membekas di benakku.
Perjalanan pesawat kami kira-kira tujuh jam. Kami juga sempat transit di Bali selama satu malam untuk menunggu pesawatnya bisa digunakan kembali. Walau harus menunggu tujuh jam di dalam pesawat, aku dan adik-adikku tak pernah merasa bosan. Kebetulan penumpang selain kami hanya sedikit, jadi pesawat yang berukuran besar itu terasa sepi. Kami sekeluarga menempati lima kursi berjejer yang ada di tengah. Tiga kursi berjejer di kanan kiri kami kosong. Hal ini membuat aku dan adik-adikku bahkan bisa bermain kejar-kejaran di dalam kesawat.
Pesawat yang dilengkapi dengan televisi dan games, pramugari dan pramugara yang ramah, makanan pesawat yang enak dan sering diberikan ke penumpang. Tak terasa sudah tujuh jam berlalu. Inilah akhir dari perjalanan pesawat kami.
Chuubu Airport di Prefektur Nagoya. Luas, bersih, teratur, dan lingkungan yang ramah. Bangunan pertama yang kuinjak di negeri ini. Suasana pertama negeri ini yang pertama kali kulihat dengan mata kepalaku sendiri. Jujur, aku langsung tertarik dengan semuanya. Seluruh bandara ini terasa hangat, padahal salju sedang turun menyelimuti negeri ini.
Aku dan keluargaku dijemput oleh seorang kenalan kami menuju daerah yang akan menjadi tempat tinggalku selama...entah lah, aku akan tinggal di negeri ini selama berapa lama.
Salju, suatu hal yang baru bagiku. Aku tidak pernah membayangkan akan tiba hari dimana aku melihat langsung salju yang selama ini hanya kukenal lewat televisi dan buku-buku. Rasanya sejuk, teksturnya lembut, dan langsung meleleh setelah disentuh. Bagi anak Indonesia yang berumur lima tahun seperti aku tentu ini adalah sesuatu yang sangat menarik minat. Aku terus saja memandangi indahnya kota Jepang yang berselimut putih dari dalam mobil.
Beberapa jam berikutnya, akhirnya kami tiba di depan sebuah apartemen yang besar, di Prefektur Gifu. Disinilah semuanya akan dimulai. Banyak hal baru yang akan aku alami. Banyak warna yang akan menghiasi skenario hidupku. Meninggalkan lingkungan tanah kelahiranku, menyambut negara ini yang akan membesarkanku dengan kemajuannya yang semua orang di dunia mengetahuinya. Hari ini, Desember yang penuh dengan salju....
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Empat Musim
Non-FictionSatu di antara sekian untaian kalimat dari beragam kenalan yang kuterima saat usiaku genap dua puluh tahun. Ucapan selamat beserta doa tulus dari seseorang yang telah banyak membagikan ilmunya kepadaku. Skenario hidup manusia memang tidak bisa diteb...