Tiga

2.1K 57 4
                                    

Ting!

Pradhinka menutup novel yang sedang asyik dibacanya saat ponselnya yang berada di atas meja berdenting. Ia meraih benda yang berada di sampingnya tersebut dengan wajah agak sebal, siapa pula yang mengganggu santai indah di Hari Minggunya ini?

Isti (14.30)
Ka! Kamu nggak lupa kan? Sore ini Rohis ada acara di Sekolah. Jam 3 ya! Aku cuma ngingetin lhoh 😉

Pradhika menepuk jidatnya, ia hampir saja lupa jika tak ada pesan singkat dari si Ketua Rohis tersebut. Hari ini mereka ada acara untuk memperingati hari jadi organisasi tersebut yang ke 2. Kalau kata Isti sih, acaranya nanti bakalan seru nggak sekedar pengajian tapi ada outbond dan permainan lainnya, biar para anggota baru nggak bosen aja. Itu penjelasan Isti beberapa hari lalu.

"Ka! Ada temenmu tuh!"lamunan Pradhinka seketika buyar saat mendengar suara Mamanya,"Eh siapa, Ma?"

"Hai Ka! Kita dateng kesini buat ngerecokin Hari Minggu loe nih,"Mamanya belum sempat menjawab ketika Pradhinka telah memperhatikan dua makhluk astral yang kini telah berdiri di depannya. Si Putra sama Tika.

"Nih!,"Tika yang dari diam melempar kantong kresek berwarna putih, di dalamnya berisi kotak makanan yang dibelinya di perjalanan tadi,"Itu martabak telor plus cabai 10 kesukaan loe. Gue beli di dekat indomaret tadi, buat kita makan rame-rame."

Pradhinka melirik jam dindingnya. 14.35, Ia kemudian meletakan novel yang tadi ditutupnya sembarangan di atas meja lalu berjalan buru-buru ke arah kamar mandi, melewati Putra dan Tika begitu saja.

"Sorry ya, gue ada acara rohis nih bentar lagi,"Pradhinka menyambar handuk yang tergantung pada gantungan baju di daun pintu kamarnya. Meninggalkan Putra dan Tika yang masih melongo.

"Yah..., gagal lagi nih modus gue buat ngedeketin bang Bumi,"Tika bergumam pelan, namun Pradhinka masih sempat mendengarnya walaupun ia sudah beberapa langkah keluar dari kamarnya.
Pradhinka sudah benar-benar melesat ke kamar mandi saat Si Putra memandangi Tika dengan tatapan heran. Seolah-olah menanyakan,"Loe seriusan naksir sama Abangnya Pradhinka?"

"Ngapa loe natap aneh ke gue gitu?"Tika melotot,"Ya udahlah martabaknya gue kasih ke Bang Bumi aja."

***

Acara Rohis itu selesai pada jam 5 sore, Pradhinka berniat untuk mampir dulu ke toko buku yang berada di dekat sekolahnya. Ternyata benar kata Isti, acara pengajiannya ngga terlalu ngebosenin. Materinya seru-seru, lagi pula penceramahnya si Ibu Yuliamah sendiri, pembina Rohis mereka. Dulu sebelum mengenalnya lebih jauh Pradhinka menganggap beliau adalah pribadi yang kaku dan tak menyangka bahwa beliau bisa sesupel itu.

Pradhinka meneliti satu persatu judul buku yang berderet rapi dalam rak buku saat ia sudah memasuki toko buku kecil yang berada tepat di samping sekolahnya, hanya dipisahkan oleh sebuah kedai makanan kecil. Yup! Tangannya menggapai-nggapai buku yang berada pada deretan paling tinggi.

"Butuh bantuan?"Pradhinka seketika berhenti dari kegiatan "melompat-lompatnya". Ia menolehkan kepalanya kesamping tapi tak mendapati siapapun, barulah ia melihat seorang cowok bersarung gitar saat membalik-kanankan tubuhnya ke belakang.

"Pradhinka yang temennya Putra itu 'kan?"

"Eh i-i-ya,"Pradhinka tergagap menanggapi pertanyaan tersebut. Ia masih terpaku pada wajah di depannya. Mendadak dadanya seperti tersengat beberapa volt aliran listrik.

Ketika Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang