Kamar itu berantakan bak kapal pecah. Buku-buku berserakkan di sana-sini, sehabis membaca digelatakkan begitu saja tak dikembalikan ke rak asalnya. Si empunya kamar sedang malas dan uring-uringan. Sudah 3 hari ini Nando belum mendapat jawaban apapun dari Pradhinka. Padahal, menurutnya ia sudah mengumpulkan nyali 'sangat besar' untuk menyatakan perasaannya tersebut.
Meskipun itu hanya lewat sebuah chat. Cih! Sungguh tidak gentle, pikirnya. Malah akhir-akhir ini juga ia melihat sosmed Pradhinka yang sepertinya sengaja di-off-kan untuk menghindarinya.
"Aduh! Aduh! Ngapa lagi ini si penggila Hujan Bulan Juni* kamarnya jadi berantakan gini? Wah! padahal liburan ini Kakak tu pengen cari suasana ceria bersama keluarga lho."
Setya Wiranti. Kak, Ranti. Ia adalah kakak perempuan Nando, seorang mahasiswi jurusan keperawatan di salah satu universitas negeri yang berada di Pulau Jawa. Karena termasuk salah satu siswi yang cerdas, Kak Ranti diterima melalui Tes di universitas tersebut. Meskipun, sebenarnya ia bisa saja masuk tanpa tes dan mendapatkan beasiswa karena prestasi-prestasinya, namun ia menolak karena merasa keluarganya masih mampu secara finansial. Lebih baik beasiswanya buat yang lebih membutuhkan saja.
"Kak Ranti liburannya berapa minggu di rumah?"Nando masih telungkup sambil bergulung di selimutnya, mengabaikan senampan makanan yang dibawa oleh kakaknya.
"Anak cowok kok hari Minggu gini malah cuma di rumah, aduh! Main ke mana gitu kek, hangout sama temen-temen. Pakai acara mogok makan pula!"
Ia hanya merengut mendengar omelan kakaknya. Nalurinya sebagai cowok enggan membalas omelan itu dan Nando hanya menjawab dengan seruan pendek,"Males."
"Napa emangnya? Lagi patah hati dek? Putus cinta atau kayakmana gitu?"ledek Kakaknya sambil berjalan ke arah pintu.
"Sialan loe, kak!"Nando melempar bantal ke arah kakaknya, namun meleset.
Kakaknya itu malah tertawa. Puas membikin adek pertamanya itu semakin jengkel. Nando tak acuh, ia ingin tidur. Merasa tak sabar menanti pagi untuk menemui Pradhinka di sekolah. Biarlah kakaknya liburan sendirian. Salah siapa liburannya ngga bareng anak sekolah!
"Jangan recokin gue napa! Recokin Bumi sana, dia 'kan adek kak Ranti juga!"
"Males ah! Bumi belom ngerti patah hati kayak loe. Eh by the way, makan gih kasian Mbak Ninung** sama Bunda tadi udah repot-repot masak."
***
Senin, 19 Mei 2014.
"Ka! Tumben nih, anak serajin kamu kirim surat izin? Biasanya lagi sakit juga kamu masih tetep paksain buat masuk sekolah,"heran Putra ketika sampai di rumah tetangga depan rumahnya tersebut.
Seperti biasa ia akan menunggu Pradhinka untuk ke sekolah bareng. Nanti, habis dari rumah Pradhinka mereka juga akan bareng dengan Tika yang sudah menunggu di depan. Rumah Tika memang lebih dekat ke sekolah dibanding rumah Putra dan Pradhinka.
"Hari ini badan gue terasa nggak fit betul, gue serius!"Pradhinka masih bergulung dengan selimutnya.
"Mama sama Abang loe udah berangkat ngajar. Mereka ngga tau loe sakit? Loe ngga takut di rumah sendirian? Loe udah ke dokter belum?"
Menyebalkan sekali rasanya mendengar serentetan pertanyaan dari sahabatnya tersebut. Itu tandanya perhatian sih, tetapi Pradhinka sedang tidak mood untuk mendengar apapun hari ini.
"Mereka taunya gue berangkat sekolah,"ia bergumam. Membuat Putra menarik selimut Pradhinka dan mendapati anak itu sudah memakai seragam Putih-Putihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Jatuh Cinta
Teen FictionHaruskah cinta itu diekspresikan dengan melanggar aturan-Nya? Dilema hati ketika jatuh cinta, mana yang harus dipilih Dia atau dia? [Novelet/Novel mini] [Tamat]