Tujuh

1.6K 34 1
                                    

Pradhinka sedang duduk melingkar di Mushola sekolah bersama Isti dan anak-anak Rohis lainnya. Di situ juga ada Bu Yuliamah, mereka sedang membicarakan acara Isra Mi'raj yang akan dilaksanakan dua hari lagi. Rabu, 25 Mei besok. Anak-anak Rohis cowok juga ikut duduk dengan membentuk kelompok sendiri tak jauh dari mereka.

Mereka sedang membicarakan soal susunan acara yang rencananya akan mengundang salah satu band sekolah untuk membawakan lagu-lagu religi Islami. Biar ada hiburan sedikit lah..., usul mereka. Bu Yuliamah menyetujuinya.

"Hmm..., kayakmana kalau Dandelion-band aja? Band mereka 'kan paling bagus,"usul itu datang dari kelompok cowok. Si Candra, cowok berambut keriting itu yang menyampaikannya.

Isti terdiam sejenak sambil memandang ke arah Pradhinka dengan tatapan tidak enak. Yang lainnya mana paham soal itu, mereka hanya mengangguk-angguk sambil bergumam, "Hmm..., boleh juga."

"Eh tunggu,"itu adalah suara Isti yang seolah tertahan, "Bukannya vokalisnya, si Yoga itu 'kan Kristen apa dia mau?"

"Kayakmana kalau kita suruh mereka bawain lagu yang bersifat kemanusiaan atau apa gitu? 'Kan sekolah kita ini multi-etnis. Jadi ngga ada salahnya dong nyuruh mereka untuk bawain lagu yang bersifat positif?"usul itu datang dari kelompok cewek. Renian, seorang cewek berkacamata yang duduk di sebelah Pradhinka.

"Tapi kenapa musti Dandelion band?"suara Pradhinka terdengar ragu-ragu. Ia sudah mengumpulkan nyali sebesar mungkin untuk menanyakan hal ini. Walaupun suaranya tetap saja pelan.

"Karena Band mereka 'kan yang paling bagus Ka,"itu suara si Candra lagi.

"Tapi si Yoga apa mau dia?"Pradhinka berkata dengan ragu. Sebenarnya bukan itu alasan dia. Tapi..., dia.

"Entahlah."

Ruangan Mushola itu hening beberapa saat sebelum akhirnya Bu Yuliamah menengahi mereka, "Ya biar Ibu tanyakan saja dulu secara baik-baik ke mereka, mau apa nggak?".

***

Pak Ihsan menghentikan arahannya ketika mendengar pintu ruang musik diketuk. Ekstrakulikuler musik itu sedang istirahat, ada 2 band yang sedang kebagian jadwal latihan hari ini. Dandelion-band dan Sai Wawai-Band.

"Assalamu'alaikum,"Bu Yuliamah mulai mengucap salam. Beliau lalu masuk setelah mereka menjawab salam dan mempersilakannya masuk.

"Maaf jika saya mengganggu waktu kalian,"ia memulai pembicaraan. Mengutarakan maksudnya untuk meminta Dandelion band mengisi acara beliau, "Ya itu pun jika kalian tidak ada acara dan ngga keberatan,"beliau mengakhiri kalimatnya.

"Acaranya jam berapa Bu?"Yohanes Prayoga. Sang vokalis mereka yang bertanya duluan. Sementara band yang satunya lagi ngedumel, "Kenapa bukan band kita aja sih? Tapi wajar sih, Dandelion band 'kan yang paling bagus di sekolah ini." Pikir mereka.

"Jam 3 sore, itu acara sekolah juga kok untuk yang beragama Islam. Tapi, karena sekoah kita ini multi-etnis ya acara ini nantinya akan terbuka untuk umum juga. Kita akan membahas tentang hal-hal positif dan bagaimana pandangan Islam dalam menjaga kerukunan dengan umat beragama lain,"lanjutnya menjelaskan.

Itu adalah usul briliant dari Isti yang didiskusikannya bersama anggota-anggota rohis lainnya seminggu lalu. Mereka semua menyetujuinya karena menurut mereka jika membahas tentang kewajiban sholat pada Isra Mi'raj itu sudah terlalu sering dan biarlah kesadaran untuk itu tumbuh pada nurani mereka sendiri. Toh! Mereka semua sudah diajarkan bahwa sholat adalah ibadah yang paling pokok dalam Islam dan tidak dapat diganggu gugat.

"Jadi bagaimana pendapat kalian?"Bu Yuliamah bertanya sekali lagi. Ruangan itu hening beberapa saat. Mereka tampak berpikir dan menimang-nimang keputusan.

"Sebenernya saya sih bisa aja dan ngga keberatan sama sekali,"Yoga si vokalis mereka mulai bersuara, "Tapi saya ada acara paskah pada hari itu."

"Nan, gimana kalau loe nyanyi juga. Loe kan bisa juga gitar sambil nyanyi?"

Nando yang sedari tadi diam pun terperanjat dari lamunannya. Jika ia mengiyakan maka itu akan membuatnya bertemu Pradhinka nantinya, tapi ia tak punya alasan kuat untuk menolaknya. Lagi pula ini 'kan acara yang positif?

"Kayakmana Nan?"ia mendengar Yoga yang kembali menanyainya. Nando menjawabnya dengan nada yang gugup, "Eh iya, boleh deh."

***

Pradhinka terdiam di sudut Mushola sekolah. Ia sengaja menyendiri, duh! Kenapa musti band-nya Nando sih? Batinnya. Ia merasa butuh menghindar setidaknya sampai beberapa hari ke depan.

"Ka! Ngapain ngelamun?"ia mendapati Isti yang telah bertanya di hadapannya.

"Kenapa musti Dandelion band sih?"gumamnya. Namun masih terdengar oleh Isti.

"Kayakmanapun juga 'kan kamu nggak harus ngehindar terus Ka. Ayolah, mulai bersikap biasa ke Nando. Kamu ngga harus memutus sillaturahim 'kan?"Isti dengan lembut menjelaskan,"Aku cuma bisa nyaranin itu doang sih."

"Ya dulu salahku juga sih, dari awal harusnya aku ngga usah ngebuka diri sama dia. Dulu aku masih awam sih, jadi pikirku 'kan ngga pa-pa deket asal status kita ngga pacaran."

Dulu ia mengira selama tidak ada status "pacaran" itu tidak apa-apa mereka selalu dekat. Tapi ia baru paham bahwa pemikirannya itu keliru, toh! Allah bakalan tau 'kan maksud hati kita yang sesungguhnya itu sama saja? Menjalin hubungan sebelum halal. Itu hukumnya sama saja 'kan?

Begitu penjelasan Bu Yuliamah saat itu. Banyak raut-raut yang masih ngeyel, mengingat budaya menjalin kisah cinta seperti ini sudah dianggap wajar dikalangan mereka. Tapi beliau hanya menanggapinya dengan tersenyum,

"Nah! Itulah tantangan baru kita, jangan membenarkan yang sudah biasa. Tapi, biasakanlah yang benar."

Mereka kembali sibuk dengan pikirannya masing-masing, menunggu Bu Yuliamah datang dari ruangan musik.

***

♡♡♡
To Be Continue
Huaa baru ada waktu buat ngetik 😂
Mohon maaf bila ceritanya gaje atau kayakmana, saya cuma mau corat-coret doang kok. Thanks yg udah beri masukan di part2 sebelumnya 😉

Ketika Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang