21+Maaf bagi yang di bawah umur ada adegan dewasanya.
Selamat membaca.
★★★
Aku tak pernah peduli dengan apa pun karena kau adalah pusat duniaku_Evan_
★★★
Seorang laki-laki terus menggerutu melihat kemacetan di sepanjang jalan protokol kota Semarang pada saat office hour. Selain lelah pikiran karena masalah pribadinya yang semakin hari semakin rumit, kini tubuhnya juga lelah menghadapi kemacetan jalan.
"Kamu kenapa, Van? Dari tadi emosi terus?" tanya Alex, teman Evan yang kebetulan menumpang mobilnya karena mereka searah. "Kamu lagi ada problem sama istrimu?"tanya Alex sekali lagi.
"Nggak!" jawab Evan singkat.
"Cobalah melihat ke depan, Van! Sampai kapan kamu terus meratapi masa lalu? Apa kamu nggak kasihan sama Annica? Aku lihat, dia wanita baik-baik, jadi udah saatnya kamu bahagiain Annica," saran Alex kepada sahabatnya.
"Kamu tak tahu apa-apa, Lex!!!"
"Aku tahu semuanya, Bro ... semua tentang kamu dan Annica. Bahkan aku tahu alasan kamu membencinya. Karena kamu masih mencintai Vannia, 'kan?" Perkataan Alex membuat Evan terdiam.
"Sulit bagiku untuk tidak membencinya."
"Kamu belum mencobanya. Dia wanita yang baik dan kalian berhak bahagia! Pikirkan kata-kataku Evan, jangan sampai suatu saat kamu menyesal!" saran Alex tulus.
"Van, aku turun di depan Hotel Pandanaran saja. Thanks tumpangannya, "ujar Alex lalu turun dari mobil Evan. Kemudian Evan pun melajukan mobilnya untuk menemui Vannia seperti janjinya tadi.
Selama perjalanan menemui Vannia, Evan selalu memikirkan perkataan Alex. Ia merasa geram mengapa semua orang peduli dengan wanita itu. Bahkan Alex, sahabatnya yang selama ini terlihat diam pun, ikut bicara.
★★★
Tok ... tok ...
Suara ketukan keras di pintu memaksa pemilik rumah untuk berlari tergesa membukanya. Tidak perlu menunggu lama, wanita cantik yang sejak beberapa hari ini ia rindukan telah hadir di hadapannya.
"Hai ... " Vannia menyapa Evan sambil tersenyum dan mempersilakannya masuk. Bagai pungguk merindukan bulan, dalam sekejap Evan telah menyudutkan tubuh Vannia ke tembok, menatapnya penuh rindu, dan mencium bibirnya. Ciuman Evan begitu kasar, rakus, dan tanpa kelembutan sama sekali, seakan-akan dengan begitu semua beban yang selama ini dipikulnya, hilang seketika. Vannia menikmati ciuman itu dan membalasnya dengan gerakan senada. Saat merasa sudah kehabisan napas, Evan pun menghentikan ciumannya.
"Evan ..."
"Aku merindukanmu, Vannia! Aku sangat merindukanmu." Evan mengatur napas yang memburu, kini tangannya mengelus pipi mulus Vannia. "Aku tidak bisa terus berpura-pura hidup bahagia dengan wanita lain saat hatiku masih sangat menginginkanmu, Van!" Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Evan. Ia ingin melepaskan semua beban di hatinya dan lari dari semua masalah yang membelenggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Baby to Love
RomanceRomance Dewasa 21+ Kenapa harus menyakiti jika sesakit ini akhirnya. _Evan_