Hai Guys ...
Mocisa kembali lagi. Maaf lama nggak publis karena habis mengistirahatkan otak. Ha ha ha ha ha ha ...
Saya sudah update lagi. Bagi kalian yang kangen dengan Annica dan Evan. Yuk cus di baca. Ingat sebelum baca jangan lupa vote dan sesudah baca juga jangan lupa comentnya di tunggu. Selamat membaca Guys. 😘😘😘😘
Kecup jauh
Mocisa.
☆☆☆
Entah kebahagiaan atau kepura-puraan semata yang membuatku tetap bertahan meski ia tak pernah menganggapku ada.
-Annica-
***Annica membutuhkan kesabaran ekstra untuk menghadapi sikap tak acuh Evan. Hanya kepada Tuhanlah ia mengadu, berharap semua luka segera berakhir dan hidupnya kembali normal. Sudah seminggu lebih Evan tak pulang ke rumah. Entah apa yang ia kerjakan di luar sana.
Semenjak kejadian di restoran waktu itu, Evan tak lagi pulang dan setiap malam Annica selalu menunggunya. Ia terus berharap bisa bertemu lagi dengan lelaki itu. Tapi semuanya terasa sulit karena Evan telah memutuskan semua kontak dengannya. Evan selalu mengabaikan telepon dari Annica dan pesan yang ia kirimkan pun tak pernah dibaca oleh lelaki itu. Hanya ada laporan pesannya terkirim tanpa Evan buka.
Harus berapa lama aku menahan rasa sakit ini? Seorang suami yang aku andalkan untuk melindungiku tak pernah menganggapku ada. Haruskah aku berkorban atau menderita lebih dari ini agar Evan menganggapku istri dan bersikap layaknya suami? gumam Annica dalam hati.
Annica menatap cermin di hadapan, terlihat jelas lingkaran hitam pada bagian bawah matanya. Penampilannya tampak mengenaskan, efek kurang tidur selama berhari-hari. "Aku seperti orang bodoh. Bagai pungguk merindukan bulan, pengorbananku selama ini tak pernah berbalas. Untuk apa aku mengharapkannya?" gerutu Annica pada pantulan dirinya di cermin.
"Aku terlihat seperti hantu." Annica tertawa getir.
Bagi Annica, Evan adalah suaminya. Annica kerap berpura-pura tegar, walau hatinya menangis. Jauh di lubuk hatinya, ia mendambakan lelaki itu. Ia tidak pernah lelah berdoa agar mereka dipersatukan dalam ridho-Nya dan Evan bisa berubah. Ia percaya, akan tiba saat di mana mereka bersama dalam satu payung cinta karena ridho-Nya.
'Ceklekkk '
Suara pintu yang terbuka membuyarkan lamunan Annica. Ia mengarahkan pandangan ke sumber suara dan di sanalah ia melihat sosok lelaki yang membuatnya khawatir selama seminggu ini. Evan dengan wajah datar dan bengisnya.
Annica lari ke arah lelaki itu dan spontan memeluk Evan karena rasa bahagia atas kepulangannya. "Evan, kamu pulang? Kamu sudah makan? Aku buatin kopi, ya?" tanya Annica beruntun dengan sumringah.
"Lepaskan aku!" bentak Evan, lalu melepas kasar pelukan Annica.
"Maaf," ujar Annica lirih sembari menundukkan kepala. "Kamu kenapa? Ada masalah di kantor?" tanyanya lagi. Annica khawatir, tapi ia harus memberanikan diri untuk bertanya walau ia tahu jawaban apa yang akan keluar dari mulut Evan.
"Tunggu!" Cegah Annica saat melihat lelaki itu hendak membuka mulut."Bisakah kita bicara?" tanya Annica pada Evan sembari menyembunyikan buku-buku jarinya dengan cemas.
Evan menatap Annica sekilas dan berjalan ke arah sofa. Ia pun bertanya saat sudah duduk nyaman di tempatnya. "Mau bicara apa?"
"Kamu mau minum apa? Aku buatin minum dulu.” Annica tersenyum. Ia berusaha mengulur waktu untuk mencari suasana tepat agar Evan tak merasa jengah dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Baby to Love
RomanceRomance Dewasa 21+ Kenapa harus menyakiti jika sesakit ini akhirnya. _Evan_