Aku tak mengalihkan kedua mataku pada Jimin, namja yang menggandeng erat tanganku saat ini. Kedua sudut bibirku tertarik membentuk senyuman yang rasanya enggan untuk segera kulenyapkan.
"Geumanhae," ujar Jimin yang menyadari tingkahku.
Tertangkap basah telah memfokuskan seluruh perhatian padanya, aku memilih untuk menunduk. Masih tersenyum, tentu saja.
"Bagaimana kau melakukannya?" tanyaku pada Jimin. Ia menghela nafas panjang. Dengan wajah sumringah ditambah senyuman yang menawan, Jimin menatapku. "Kau benar-benar cerdik Jimin ah. Seorang Kim Taehyung bisa kau kelabui. Pantas saja kau selalu mendapatkan nilai seratus di sekolah."
"Apa hubungannya dengan sekolah..." gumam Jimin. Ia menengadah, menatap rembulan yang bersinar terang di langit. "Disini sudah sangat malam, Alice. Bagaimana kita bisa kembali?"
"Kita akan menemukan Min Yoongi! Baru pulang, oh?"
"Min Yoongi?"
"Ehm..." gumamku. Aku memgetukkan ujung sepatuku di tanah yang sedikit basah. "Namjoon Oppa mengatakan bahwa Min Yoongi adalah The Oracle. Satu-satunya yang membuat ramalan mengenai doppelganger. Aku dan Annalise."
"Benar, tapi dimana dia?" tanya Jimin. "Kita sudah berputar-putar di sekitar hutan ini. Apakah kita harus menemui kucing aneh tadi siang?"
"Ehm...tidak-tidak! Kurasa tidak perlu. Aku sedikit ngeri melihatnya," kataku.
"Aneh sekali. Alice, kau benar-benar menyukai kucing sejak dulu!" ujar Jimin tanpa ragu. Jantungku berdetak tak karuan mendengar ucapan Jimin. Ia mulai bersikap netral, seolah-olah telah menerima keadaanku yang seperti ini. Ah, aku bersalah padanya.
"Bukan tak menyukai kucing. Geunyang... kucing itu tersenyum begitu lebar. Itu sangat mengerikan bagiku."
Jimin mengangguk. Ia mengedikkan dagu ke arah deretan pohon dengan ukuran menjulang. Jika bulan tak bersinar terang malam ini, aku yakin tak akan bisa melihat apapun disini.
"Tapi Jimin ah...bagaimana kau bisa melakukan hal tadi di Kasino? Bagaimana kau bisa menipu Taehyung?" tanyaku penasaran.
"Ehm...bagaimana menjelaskannya..." gumam Jimin. "Dia sama sekali tidak menunjukkan isi kartunya. Aku tak yakin apakah itu adalah kartu yang sama dengan apa yang biasa kumainkan. Ia begitu yakin menyuruhku memilih kartu. Ia sama sekali tidak menampakkan raut kekhawatiran jika dia akan kalah. Jadi...ketika aku mengambil salah satu kartunya, aku memilih untuk tidak menunjukkan kartu itu padanya,"
"Aku yakin itu adalah kartu kematian. Semuanya! Isi kartu itu. Permainan itu bukan hanya mengenai keberuntungan," tambah Jimin. "Jadi, aku menyembunyikan kartu yang kupilih di balik lengan jaketku. Aku meminta Taehyung untuk menunjukkan kartunya terlebih dulu. Jika disana adalah kartu As, berarti aku memiliki kartu kematian. Dan sebaliknya, jika kartunya menunjukkan kartu kematian maka kartu yang kusembunyikan adalah kartu As."
"Ahhh...seperti itu," kataku sambil manggut-manggut.
"Ehm...dan ini..." Jimin menarik sesuatu dari balik lengannya. Ia menunjukkan lembaran kartu emas dengan gambar mengerikan. Kartu kematian. "Jika aku tidak menyembunyikan ini darinya, aku akan kehilangan dirimu bukan. Aku tak ingin hal itu terjadi."
"Kau melakukan semuanya dengan baik!" kataku senang. Jimin membelai puncak kepalaku. "Tapi...apakah Taehyung baik-baik saja? Dia begitu murka ketika kau mendapatkan seluruh kartu emasnya. Dia sangat marah, Jimin ah."
"Yah...dia begitu menyukai emasnya. Tapi...Namjoon dan Jungkook akan menanganinya bukan."
"Ehm...kurasa demikian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alice In The Weird Land
FanficBTS FANFICTION Suatu ketika Alice dan Jimin menemukan lubang aneh di hutan belakang sekolahnya. Kemanakah lubang itu akan membawa mereka?