8 - Mess

650 119 11
                                    

"Dan harus kuakui, aku menyukaimu. Tak masalah kalau kau tidak menyukaiku juga. Waktu terus berjalan, kan? Semuanya bisa berubah," ucapnya. Surai cokelat laki-laki yang baru menyampaikan perasaannya itu berterbangan seraya angin menerpa. Dia tersenyum kikuk, setengah gugup setengah malu, lalu menggaruk tengkuknya.

"Maaf, Jack, aku —"

"Tidak perlu meminta maaf! Itu bukan salahmu sama sekali. Semuanya tentang perasaan, jadi kalau hatimu tidak menyukaiku lebih dari teman, aku tak bisa menyalahkanmu, Allie. Tapi ... apa kau bisa memikirkan semuanya lagi?"

Alisha membayangkan wajah Jack, sahabatnya sejak ia pertama kali bersekolah di Ilvermorny. Dia membayangkan semua memori yang pernah mereka berdua ukir bersama. Dan saat itu, ia pikir ia bisa menyukai sahabatnya dengan cara yang berbeda, "Tentu."

"Terima kasih," ujar Jack sambil tersenyum.

Alisha terdiam, tetapi tatapannya penuh dengan rasa bersalah. Melihat hal tersebut, senyum Jack melebar. "Kita masih akan berteman, kan?"

"Tentu," balas Alisha mantap.

Adegan di dalam kepala Alisha berubah.

Alisha dan Jack terus berteman, meskipun rasa di dalam dada laki-laki bermanik biru langit itu masih ada. Dan dia juga berharap Alisha akan mengubah pikirannya.

Namun kenyataannya, Alisha hanya menganggapnya sahabat. Tak lebih dari itu. Hal tersebut membuat harapan Jack runtuh, karena pada awalnya ia pikir perasaan Alisha akan berubah untuknya.

Jadi, setelah menyatakan perasaan untuk yang kedua kalinya, hatinya hancur. Berkeping-keping, dan membuatnya berhenti peduli.

"Jack, aku benar-benar meminta maaf, tapi aku tak bisa —"

"You could just tell me from the start."

"Aku pikir aku bisa menyukaimu, Jack. Aku hanya ... ingin memberikan diriku kesempatan untuk menyukaimu."

"Nyatanya? You're just playing, Allie. Kau hanya bermain dengan perasaanku. Kau hanya berniat untuk menyakitiku."

"Tidak!"

"But that's exactly how it feels like!" jawab Jack cepat. Napasnya terengah-engah, seakan-akan ia baru saja berlari maraton, bukan sedang berbicara dengan seorang gadis yang sudah hampir ingin menangis. "Kalau kau katakan semuanya sejak awal, rasanya tak akan semenyakitkan ini."

"Kau yang memberikanku waktu," ucap Alisha pelan.

"Dan kau tak menolaknya," sahut Jack. Dia menyisir rambutnya ke belakang, lalu berbisik, "You know what? I'm in pieces, and you will never understand."

Setelah berkata demikian, Jack meninggalkannya. Meninggalkan Alisha yang hanya terpaku sambil menatap punggungnya yang kian mengecil.

[+]

Alisha terbangun kaget. Dia langsung berada di posisi duduk dengan detak jantung tak karuan. Hatinya sakit setelah mendapatkan mimpi itu untuk yang kesekian kalinya sejak dia memutuskan hubungan pertemanan dengan Albus.

FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang