Setelah menjalani seleksi Quidditch dan segala macamnya, Alisha pun akhirnya menjadi anggota Quidditch Gryffindor. Lebih tepatnya, dia akan mengisi bagian Chaser bersama James dan Lily Potter.
Dengan Rose sebagai Kapten Quidditch sekaligus Seeker Gryffindor, mereka cukup yakin dengan kondisi tim sekarang. Kendati demikian, Rose tetap menekankan latihan keras kepada mereka semua karena bulan di mana pertandingan Quidditch akan dilaksanakan sudah hampir tiba.
"Lebih cepat!" teriak Rose dari pinggir lapangan. Siang ini mereka mengambil alih seluruh Lapangan Quidditch untuk latihan.
Menuruti perintah sang kapten, Alisha mempercepat kecepatan terbangnya. Tanpa sadar, kedua tangannya mengerat pada sapu yang ia kendarai sekarang.
Setelah sekitar dua jam berada di udara, Rose pun memberikan dua puluh menit untuk beristirahat. Alisha dan Lily melesat turun berdampingan. Mereka mengambil minum masing-masing sambil duduk di salah satu tribun, jauh dari anggota Quidditch lainnya.
"Untuk seseorang yang baru mencoba Quidditch, kau sangat luar biasa," puji Lily sembari mengelap peluh yang menuruni pelipisnya.
Alisha tersenyum. "Aku sering menonton Quidditch, jadi permainan ini tidak begitu asing lagi bagiku."
Lily menyipitkan matanya tak setuju. "Albus juga sering menonton Quidditch, tetapi dia payah."
"Jangan begitu," ujar Alisha. Dia menutup kedua matanya dan merasakan angin yang menerpa wajahnya.
Setelah beberapa lama dalam keheningan, tiba-tiba Lily memekik kencang sehingga membuat Alisha terlonjak kaget dan membuka matanya.
Begitu menoleh, dia mendapati James Potter — kakak laki-laki pertama Lily — yang sedang tertawa sambil duduk di samping Lily, sementara sahabatnya sudah memasang tampang kesal.
Sudah pasti James baru saja mengerjai Lily. Potter yang satu itu memang terkenal akan ketampanan sekaligus kejahilannya.
"James! Sudah berapa kali aku bilang jangan pernah mengagetiku lagi?! Aku bisa mati karena kau, tahu!" omel Lily dengan nada suara tinggi. Kali ini dia benar-benar marah.
James meringis. "Maaf, adikku sayang, aku hanya suka mengganggumu."
"Oh, maaf, kakakku sayang, tapi aku tidak suka diganggu olehmu. Kau tahu seberapa menyebalkannya dirimu, kan? Aku jauh lebih suka kalau kau tenang untuk sehari saja dan berhenti menggangguku. Terutama saat kau —"
"Hey, Alisha," sapa James. Dia tidak mendengarkan ocehan adiknya dan sapaannya barusan membuat Lily berhenti berceloteh dan sekarang merengut kesal.
Alisha tersenyum. "Hai, James, seharusnya kau tidak memotong ucapan Lily dan mendengarkannya."
"Dan membuat gendang telingaku pecah? Oh, ayolah," candanya, yang langsung mendapatkan pukulan keras di lengan kanan.
"Shut up, Potter!" pekik Lily di telinga James.
"You are a Potter too, Potter!" balas James sembari menyubit kedua pipi Lily.
Lily meringis kesakitan setelah James melepaskan cubitannya.
"Aku bersumpah akan mengutukmu dengan —"
"Lils, kau tidak boleh begitu," potong James dengan wajah kecewa palsunya. Setelah berkata demikian, James mengalihkan tatapannya ke arah Alisha. "Kerja yang bagus, Allie. Kau sangat berbakat bermain Quidditch."
"Terima kasih," balas Alisha dengan senyuman tipis. Kedua pipinya bersemu merah karena pujian tak terduga tersebut.
Lily menirukan gaya bicara James sambil bergumam. James yang menyadari hal tersebut pun melirik adiknya itu jengkel.

KAMU SEDANG MEMBACA
First
Fanfiction[After the Cursed Child; Albus Potter x OC] Albus baru saja selesai berurusan dengan segala kekacauan yang ia perbuat bersama sahabatnya. Namun setelah hubungannya dengan ayahnya membaik, setelah ia sudah kembali ke dirinya yang lama dan menjadi pem...