Asuka's lost memory

274 9 0
                                    

*Asuka's lost memory : the golden boy*
Hari itu, turun salju amat lebat. Dan sialnya, aku terjebak dalam hujan salju tanpa memakai payung ataupun jas hujan. Cih, ramalan cuaca hari ini meleset! Katanya hari ini 100% cerah, hanya udaranya saja yang dingin. tapi apa buktinya?! Inilah akibatnya kalau stasiun televisi itu hanya peduli untuk memakai gadis seksi, dan mereka mengesampingkan bahwa yang benar2 dibutuhkan oleh penonton adalah keakuratan perkiraan cuacanya! Huh, kusumpahi stasiun televisi itu terkena badai salju dan rubuh!
Aduh.... Brrr~ dingin sekali.... Huh, kalau saja aku tadi menuruti ibu untuk membawa jas hujan, pasti aku takkan basah begini deh. Dan parahnya lagi, jaketku ini sudah basah kuyup karena salju. Jadi sebenarnya, pakai jaket-pun percuma saja. Karena hanya membuatku tambah kedinginan. Sudah tahu dingin begini, kenapa juga sih sekolah tidak diliburkan saja?! Kan kasihan muridnya harus pulang di tengah hujan salju yang lebat begini! Mana hujan saljunya tidak berhenti2 lagi, jadi kalau tak mau menginap di sekolah, harus diterobos... -__-
Ukh, hari ini benar2 mengesalkan. Biasanya aku tidak benci pada salju, tapi kalau begini caranya, aku benci sekali!!
Aku memasukkan tanganku ke dalam kerahku berusaha mencari2 benda yang menggantung di leherku. Aku menemukannya dan aku menggenggamnya dengan erat. Ya, kalung pemberian nenek ini memang selalu sukses dalam menenangkanku. Entahlah, dengan menggenggamnya aku bisa merasakan kehangatan nenek seolah2 mengalir ke seluruh tubuhku. Bukan berarti aku menggunakannya sebagai jimat, aku benci sekali benda2 mistis seperti itu. tapi kalung ini selalu kupakai karena memang ini bukti cinta dari nenekku dan aku amat menghargainya. Yak! Dengan begini aku jadi semangat lagi! aku harus menembus hujan salju ini secepatnya! Dan sesampainya di rumah, aku akan langsung berendam di air hangat sambil minum segelas cappuccino. Ah! Sempurna sekali! Hehehe, aku harus cepat2 pulang nih!
Akhirnya aku berhasil, sebentar lagi sampai! Ayooo Asukaaa! Percepat jalanmu...! Kau pasti mau cepat2 sampai di rumah dan berendam air hangat bukan?? Ayo Asukaa.. tinggal sedikit lagi... oh???! 7eleven? Aku mampir sebentar ah, untuk membeli beberapa penghangat yang bisa digenggam. Memang sudah tak berguna sih untuk sekarang, karena memang rumahku sudah dekat. Yah, tapi kan bisa kupakai untuk besok. Tak ada salahnya sedia payung sebelum hujan. Aku masuk ke dalam 7eleven dengan keadaan basah kuyup. Dan aku sedikit lega karena aku tidak diusir oleh penjaga toko walaupun aku bisa mengotori seluruh lantai dengan air yang menetes dari tubuhku. Sepertinya dia iba melihatku yang basah kuyub ini.. tapi tak apalah...
+duakkh+ seseorang menyenggolku dengan kencang sekali.
"hei! Hati2 kalau jalan!" protesnya.
Hati2 kakiku! Jelas2 kau yang menabrakku dasar muka unta! Mau jadi apa kau sudah besar nanti! Masih SMA saja sudah meresahkan warga seperti itu! Kuharap ada orang yang cukup bijaksana untuk melucuti seragam SMA yang menempel di badanmu itu!!!
Si muka unta keluar dari took bersama teman2nya. Cih, aku benci sekali dengan mereka. Mereka suka merokok lalu membuang rokoknya sembarangan, mereka juga suka minum bir sampai mabuk dan kencing sembarangan! Dan yang paling parah, mereka itu beraninya keroyokan. Aku pernah melihat mereka mengeroyok 1 orang dan menggebukinya sampai setengah mati, tapi ternyata orang yang mereka keroyok itu membawa pasukannya dan datang untuk membuat perhitungan dengan mereka. Tetapi mereka ketakutan dan kabur dengan gaya selangit. Cih, anak2 jaman sekarang... ckckck
Aku mengambil beberapa penghangat dan 2 kaleng cappuccino dari dalam lemari penghangat. Tapi mau penghangat atau cappuccino itu sama2 tidak hangat, melainkan dingin. udaranya terlalu dingin, sampai2 lemari penghangat-pun tidak berfungsi. Tapi ya sudahlah, ini bisa kuhangatkan di rumah dan kupakai besok kok. Tapi yang penting, sekarang beli saja dulu. Aku membawa penghangat dan Cappucino itu ke kasir, lalu membayarnya. Aku sedikit terkejut melihat uangku ternyata ikut basah juga. Tapi semua uangku basah, jadi mau tak mau aku membayarnya dengan uang yang basah itu. Sekali lagi, sang penjaga toko yang baik hati membiarkanku membayar dengan uang yang basah itu, aku sangat bersyukur padanya.
Aku keluar dari 7eleven sambil menenteng belanjaanku riang. Aku senang sekali membayangkan dalam waktu beberapa menit lagi, aku sudah berada di dalam bak berisi air hangat sambil meminum segelas cappuccino. Uuh, musim dingin yang sempurna.
+buakh! Buak! Duakhh!!+
Huh? Suara orang berkelahi? Siapa orang sinting yang berkelahi di tengah hujan salju begini? Cih, ternyata kelompok si muka unta itu. Entah kenapa aku harus bertanya2 siapa yang berkelahi, sudah pasti mereka yang tidak waras itulah yang berkelahi di tengah hujan salju ini. Bodoh sekali aku sampai harus bertanya2, padahal jawabannya sudah tertebak. Nah, kali ini, siapakah manusia tidak beruntung yang jadi bahan keroyokkan mereka..?
Huh?! Apa2an itu?! Itu mah anak seumuranku!! Grrr!! Beraninya mereka mengeroyok yang lebih muda! Seharusnya mereka malu mengeroyok anak SMP seperti itu! Dan, oh ayolah, anak itu sudah tergeletak tak berdaya begitu, dan mereka masih saja menggebukinya?! Dasar tak punya otak!!
Kalau melawan mereka seorang diri, aku pasti takkan menang. Jadi sebaiknya aku mengumpulkan senjata dulu. Aku mulai memunguti batu2 yang berada di tanah dan mengumpulkannya jadi satu di dalam plastik belanjaanku. Nah, sepertinya ini sudah cukup banyak untuk melawan otak udang seperti mereka.
"sudah, tinggalkan saja." Kata si muka unta meninggalkan anak itu sambil memberinya tendangan terakhir. Sepertinya anak itu sudah tak sadarkan diri. Cih, dasar manusia2 hina! Aku kesal sekali pada pengecut macam mereka!!!
Kuambil 1 batu yang sudah kukumpulkan sebelumnya dan kulempar tepat ke kepala si muka unta. +tukk!!!!+ yeah!! Bulls eye!! Tepat, dan kencang mengenai kepalanya!!!
"hei muka kuda!! Beraninya keroyokan! Dasar pengecut berkaki belah!!" teriakku kepada si muka unta.
Si muka unta dan teman2nya membalikkan badan berusaha untuk menemukan pelaku pelemparan tersebut.
"aku disini jelek!!" kataku sambil melempari mereka dengan yang kupunya satu per satu. Semua batu yang kulempar tepat mengenai mereka dan membuat mereka amat kesakitan. Tapi yang paling membuatku bahagia, adalah pada saat aku melempar batu berukuran amat besar dan tepat mengenai 'senjata masa depan' si muka unta. Wuaaahh, tak ada yang lebih memuaskan dari pada itu!! Ahahaaahaaaa!!!!
"he- hei!! Apa2an kamu?! Dasar cewek gila! Apa maksudmu melempari kami?!!" protes si muka unta.
"tentu saja untuk menghukum kalian, Dasar bego! Ini balasan atas perbuatan kalian selama ini!!!" teriakku sambil terus melempari batu yang kupunya kearah mereka.
"apa2an kau?! Hei! Sini kalau berani!! Hadapi kami! Jangan berani2nya Cuma melempari batu! Ayo lawan kami!!" tantangnya.
"kata ayahku, cara pengecut harus dilawan dengan cara pengecut juga! Untuk apa aku bunuh diri dengan menyerahkan diriku dikeroyok banci macam kalian?!"
"a- apa?! Banci katamu?! Teman2! Seraanggg!!!" pertintah si muka unta kepada teman2nya. Entah mereka terlalu bodoh atau tidak sadar, tapi aku masih punya banyak batu untuk melukai mereka. Dan mereka yang menyerbu ke arahku, Cuma mempermudah aku melempar batu ini lebih akurat ke sasaranku.
"hahaha!! Rasakann!!" teriakku puas melihat perbuatan bodoh mereka yang berusaha menyerangku. Lemparan batuku begitu akurat dan lebih bertenaga karena jarak yang lebih dekat. Bisa kulihat mereka sudah bersimbah darah akibat lemparan batuku.
"hosh, hosh , hosh, cewek sialan....." maki si muka unta sambil berusaha mengatur nafasnya. Aku hanya tersenyum puas.
"bagaimana ini bos?! Dia masih melempari kita dengan batu!" Tanya salah satu anak buah si muka unta.
"tenang saja! Dan lihat- hahaha! Batunya sudah habis! Hahaha! Sekarang apa yang akan kau lakukan gadis kecil???" kata si muka unta sambil tertawa puas. Sungguh, wajahnya jelek sekali kalau tertawa begitu. Seharusnya dia melihat dirinya di cermin sekarang, dan aku yakin dia pasti akan kena serangan jantung karena melihat wajah jelek bersimbah darah itu.
"nah, ayo! Serang!!!!!!!!!!!" teriak si muka unta. Dan teman2nya mengikuti komandonya dan berlari ke arahku.
Cih, hehehe, mereka bodoh sekali. Mereka pikir aku menantang mereka tanpa persiapan disaat batuku habis? Hahaha! Mereka terlalu naïf!
Mereka menyerbu ke arahku dengan kecepatan cahaya, kalau saja gerakan mereka bisa diatur dalam gerakan slow motion, kalian pasti akan tertawa melihat betapa jelek ekspresi mereka itu.
Dengan cekatan, aku mengeluarkan cappuccino-ku dari dalam plastik belanjaanku. Maafkan aku cappuccino... bukan maksudku membuangmu, tapi saat ini Cuma kau satu2nya senjata yang kupunya. Untuk menambah efek dramatis, aku mengocok2 cappuccino-ku sampai kupikir sudah cukup berbusa (yah, ini hanya untuk efek dramatis saja, tidak akan menyembur seperti soda sih... -__-) dan aku membuka penutup kalengnya. Dengan kuda2 ala bruce lee, saat kupikir mereka semua sudah cukup dekat, aku menyiram semua isi cappuccino-ku kearah mereka sambil berteriak,"jurus semburan nagaaaaa!!!"
+BYURRR!!+ cappuccinoku sukses membasahi mereka semua sesuai harapanku.
Mereka terdiam di tempat setelah menerima 'jurus semburan naga'ku dengan mulut menganga. Tak lama setelah itu, mereka semua mulai berteriak,"DINGIIIINNNNNNNNNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" ya, tentu saja dingin. Pasti dingin sekali disiram air di cuaca sedingin ini. Pasti mereka serasa ditusuk2 jarum saking dinginnya.
"uwahh!! Dingin!!!!!!!" satu per satu dari mereka mulai berlari pontang panting karena kedinginan. Hahaha, rasakan itu. Itulah akibatnya karena telah berani macam2 disini!!!!
"rasakan itu!! Asal kalian tahu, keluargaku sering membunuh kalau sedang iseng!!!" teriakku dengan suara keras yang kuyakin mereka pasti dapat mendengarnya. Nah, dengan begini, mereka pasti takkan berani lagi datang kesini..
Aku bermaksud pulang sampai akhirnya kakiku menyandung sesuatu. Oh ya ampun!! Bagaimana bisa aku melupakan anak ini saking asiknya mengerjai bandit2 itu?! Oh ya ampuun!!!
"hei! Hei! Kau tidak apa2?? Sadarlah! Hei!" kataku sambik mengguncang2 tubuhnya.
"hei.. hei.. sadarlah.." kataku sambil menepuk2 pipinya.
"ukh... uh...." Dia mengerang sambil mencoba membuka matanya. Saat itu, rasanya aku tak bisa bernafas dan jantungku bergedup kencang, sangat kencang. Co-cowok ini cakep sekali... walaupun wajahnya babak belur, tapi luka2 di wajahnya ini malah membuatnya tampak macho. oh ya ampun, belum pernah aku melihat cowok secakep ini. Dan lebih parahnya lagi, kulitnya benar2 lembut! Bahkan lebih lembut daripada kulitku, padahal aku perempuan. Juga, rambut hitamnya begitu halus (sama halusnya dengan rambutku. Rambutku adalah salah satu yang kubanggakan dari diriku lho..). oh ya ampun... dia benar2 karya seni. Wajahnya, rambutnya, kulitnya, dan yang paling mematikan adalah rahang super sexy-nya! Aaah! Dia pasti cakep sekali kalau sudah besar nanti.. hehehe
"hei? Kau mendengarku? Siapa namamu, dan dimana kau tinggal??" tanyaku.
"bunuh..... bunuh aku......" Gumamnya.
Bunuh...? Apa maksudnya? Dia pikir aku pembunuh???
"tolong... bunuh saja aku... aku tidak mau sendiri lagi.... biarkan aku mati.... Biarkan aku mati........." isaknya. Air mata mulai berlinang dari matanya yang terpejam. Apa maksudnya? Kenapa dia berkata begitu?
"ukh... ayahku.. meninggalkanku dan berkeluarga lagi.... Ibuku..tidak menginginkanku.... Teman2ku...hanya tertarik pada hartaku...." Gumamnya.
"jadi, bunuhlah aku..... aku tidak mau sendiri lagi... tolong, tolong aku.... Biarkan aku mati...." Gumamnya lagi. Airmata masih terus mengalir deras dari matanya yang terpejam. Aku tidak tahu apakah cowok ini berkata begitu dalam keadaan sadar atau tidak. Tapi yang pasti, aku tahu kata2nya barusan berasal dari hatinya yang terdalam. Dan dia benar2 mengharapkan itu. Entah seperti apa yang telah dilaluinya sampai dia berharap untuk mati saja. Untuk anak seumuranku berharap untuk mati, pasti dia sudah terlalu kesepian dan menjalani kehidupan yang berat.
"bunuh aku... bunuh aku...." Gumamnya lagi.
Tanpa sadar, dia sudah berada didalam pelukanku. Dan aku menangis merasakan kepedihannya. "jangan takut.... Kau tidak sendirian lagi di dunia ini... ada aku disini.." bisikku ke telinganya.
Mendengar perkataanku, airmatanya berhenti mengalir dan isakkannya juga berhenti. Perlahan, nafasnya mulai teratur dan dalam. Saat itu aku tahu, bahwa dia sudah tertidur.
*********************************************************************
Satu... dua.... Tiga...!!
Uffhh... huh... huh.... Huh.....
Se..di..kit lagi...! ayo Asuka! Berjuang!
Sedikit lagi...!! huh, fuuuh.... !!!!!
"haaaahhh!!!!!" aku menghembuskan nafas lega setelah berhasil menaruh cowok ini di bangku taman yang berjarak tak terlalu jauh dari rumahku.
Fuh! Haaaah! Sial, bisa juga aku...
Bahkan aku saja kagum atas kekuatanku sendiri yang sudah bisa menggendong cowok ini sampai kesini. Huuufff... untung saja tubuhku masih lebih besar dari cowok ini. Ternyata memang benar, cewek lebih dulu puber dari pada cowok. Untung saja pertumbuhan cowok sedikit lebih lama disbanding cewek, Tak bisa kubayangkan kalau cowok ini sudah berukuran yang seharusnya dan aku menggendongnya sampai kesini. Aku yakin pada saat itu akulah yang mati. Heeeehhh, aku capek sekali..... aku butuh minum, minum... ingin rasanya aku meminum cappuccino yang barusan kubeli, tapi aku tak bias, karena cappuccino yang kubeli sudah setengah beku.
Setiap kali aku menarik nafas lewat hidungku, begitu menyiksa tenggorokkanku saking dingin hawa yang kuhirup. Aduh... dingin sekali..
Aku mengangkat kepala cowok ini dan menidurkannya di pangkuanku. Aku sedikit memajukan badanku, untuk menghalangi salju yang turun agar tidak jatuh ke cowok ini. melainkan Aku tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Coba kalau aku bisa menghubungi orang tua atau kenalannya, pasti aku takkan sebingung ini.... Oh iya!! Menghubungi!! Ya ampun! Kau bodoh sekali sih Asuka?! Pasti cowok ini punya Hp kan?! Bodoh!! Bodohh!!!
Aku mulai mengorek2 kantongnya dan menarik benda yang kucari. Uh sial, ini Hp model terbaru yang kuidam2kan! Cih, dia pasti anak orang kaya. Nah, sekarang siapa yang harus kutelepon... coba kita lihat....
Ah! Ini ibu! Ya, ini pasti nomor telepon ibunya, nah akan kutelepon dia.
+tu~t tu~t tu~t tu~t+
Tidak diangkat2 juga. Huh, coba lagi deh.
Ukh, tetap saja tidak diangkat. Cih, ibu macam apa sih dia?! Tidak perhatian banget!
Oh iya- kalau tidak salah tadi cowok ini bilang,' ibuku tidak mennginginkanku'.... Berarti menelpon ibunya adalah keputusan yang salah. Jadi, siapa nih yang harus kutelepon? Bagaimana kalau ayah? Ah, ya... ayahnya....
"nomor yang anda hubungi berada di luar area" begitu mendengarnya, langsung kumatikan teleponnya. Cih, ayahnya juga sama saja..... jadi bagaimana ini?! Apa yang harus kulakukan?!!!!!!
+bzzzttt+
Hpnya bergetar. Sms ternyata.... Maaf ya, ganteng.. aku membuka sms-mu.. tapi tak ada jalan lain lagi, aku tak tahu siapa yang harus kuhubungi.. jadi maafkan aku yang sudah sembarangan membuka sms-mu....
Kubuka smsnya,"hei, kami mau pergi kumpul di rumah Yusuke. Kuharap kau mau ikut. -Taiki-"
Sepertinya orang ini temannya.. yah, tak ada salahnya menghubungi orang ini. Habis tak ada pilihan lain...
Aku menghubungi orang yang sms sebelumnya, kalau tidak salah... namanya Taiki ya tadi? Uh, ingatanku memang jelek.
"halo?! Kazuma ?! kau mau ikut?!" tanyanya riang begitu mengangkat teleponnya. Hmmm... sepertinya nama anak ini adalah Kazuma. nama yang bagus.
"ehm... halo? Maaf, sayangnya aku bukan Kazuma." Jawabku.
"halo? Kau siapa?! Bukankah ini Hp Kazuma?!" tanyanya kesal. Dia pikir aku mencuri Hp-nya apa?! Iih, curigaan sekali...
"hei, tenang dulu... aku mau bertanya, apakah kau bisa menjemputnya? Dia babak belur, dan dia pingsan sekarang."
"a- apa?! Apa yang terjadi padanya?!"
"ada sekelompok anak SMA mengeroyoknya tadi. Tapi kau tenang saja, mereka sudah kubereskan."
"dimana kalian sekarang?!"
"kami berada di taman di jalan XXX"
"baiklah, aku akan segera kesana! Jangan kemana2!" Setelah berkata begitu, orang itu menutup teleponnya.
Sepertinya orang tadi benar2 mengkhawatirkan cowok ini. Apakah dia temannya? Tapi cowok ini tadi bilang bahwa teman2nya hanya mengincar hartanya. Tapi, apakah teman yang hanya peduli hartanya bisa se-khawatir itu mendengar bahwa cowok ini babak belur? Kurasa, ada kesalahpahaman disini.
"tolong aku... keluarkan aku dari kesendirian ini.." gumam cowok ini tiba2. Huh?? Dia sudah sadar?? Oh ya ampun, syukurlahh!!!
"tidak apa2... kamu tidak sendirian lagi... aku ada disini bersamamu." Kataku mencoba untuk menenangkannya. Aku yakin sebenarnya cowok ini sebenarnya dikelilingi orang yang memperhatikannya. Tapi dia sudah terlalu banyak terluka untuk percaya. sehingga dia menutup dirinya dari orang lain, berharap dengan begitu dia takkan terluka lagi. cowok yang begitu jujur, tulus, dan juga naïf... kuharap dia dapat membuka matanya, dan sekali lagi mengizinkan orang lain masuk dalam kehidupannya.
"kamu tidak sendirian.. dan teman2mu juga memperhatikanmu, mereka tidak mendekatimu karena hartamu. Tapi mereka benar2 sayang kepadamu. Dan ayahmu juga pasti merindukanmu walaupun dia sudah punya keluarga sendiri.. tak mungkin dia dapat melupakan anak seperti kamu. Ibumu-pun pasti menyayaingimu, aku yakin itu." Kataku tulus. Aku yakin ayah dan ibunya pasti sayang pada cowok ini. Bagaimanapun, dia adalah anak mereka, bohong kalau mereka sedikitpun tidak mengasihi cowok ini. Kemungkinan, cara penyampaian kasih sayang mereka beda dari biasanya, atau bisa juga mereka hanya kurang komunikasi dengan cowok ini. Semua orang dewasa-kan begitu... ayahku juga sibuk kok. Tapi aku tahu dia sayang padaku.
"teman2ku? Mereka mendekatiku bukan karena hartaku...?" tanyanya seakan tidak percaya.
"mereka benar2 menyayangimu. Kau harus membuka dirimu pada mereka, mereka itu bukan semata2 mendekatimu karena hartamu. sebentar lagi mereka datang, mereka semua datang kesini karena mendengar kau tergeletak di jalan.. aku menelpon mereka dengan HPmu tadi.." Kataku untuk membenarkan bahwa temannya tidak mendekati dia semata2 untuk harta saja. Tentu saja, mana mungkin orang yang kutelepon tadi (aku lupa namanya) bisa sebegitu khawatirnya dan rela menjemput dia kesini ditengah2 hujan salju, kalau dia tidak benar2 menyayangi cowok ini. Hahaha, sebenarnya cowok ini banyak dicintai dan sangat mudah untuk dicintai. Tapi sayangnya, cowok ini tidak sadar akan hal itu. Buktinya, entah mengapa saat berada disamping cowok ini, aku merasakan kehangatan yang tak wajar. Hmmm, seperti apa ya....? Aah! Seperti saat aku menggenggam kalung emas-ku ini! Ya! Itu dia! Rasanya aku tenang sekali kalau berada disampingnya.
"orang tuaku... benarkah mereka menyayangiku...?" tanyanya lagi berharap bahwa semua omonganku benar adanya.
"tentu saja mereka menyayangimu! hei, kau tahu? kau mengingatkanku pada emas saat aku melihatmu pertama kali. kau begitu bersinar dan semua orang menginginkanmu begitu melihatmu. jadi, tidak mungkin orang tuamu tidak menginginkan anak yang begitu hebat dan bersinar seperti kau! aku yakin itu"
ya, mungkin kata2ku terdengar muluk, tapi hanya kata2 itu yang bisa mewakili perasaanku dengan tepat. Cowok ini begitu melambangkan emas. Hanya saja, dia tidak dapat melihat sinar dari kilauannya sendiri. Suatu saat nanti, pada waktu dia sudah bisa melihat kilauannya sendiri, dia pasti akan tumbuh menjadi orang yang begitu hebat dan dicintai siapa saja.
"kamu... suka emas...?" tanyanya lemah.
"hahaha, aku bukan suka emas.. tapi aku suka sekali warna emas!" jawabku. Benar kok! Aku sangat suka sama warna emas. tapi aku biasa saja sama emas. buktinya, aku memang punya banyak barang berwarna emas, tetapi emas asli yang benar2 kupunya hanya kalung pemberian nenek ini.
Angin dingin berhembus, dan salju yang meleleh dari bajuku menetes ke wajah terluka cowok ini. Dia mengerang. Badannya bergidik saking dinginnya, dan aku memegang tangannya dengan harapan dapat menghangatkan tangan dinginnya.
"tenanglah, aku disini bersamamu.. kau tidak sendirian lagi." kataku untuk membuatnya tahu bahwa aku masih ada disampingnya. Mendengar perkataanku, tubuhnya menjadi rileks, dan dia kembali tertidur.
Wajah tidurnya begitu tenang dan polos. Siapapun takkan menyangka bahwa anak ini telah menjalani hidup yang begitu berat bila melihat wajah polosnya ini. Huh, rasanya aku tak ingin meninggalkan dia. Entah mengapa, rasanya begitu tepat. Dan aku menikmatinya. Tapi........ oh ya ampun, DISINI DINGIN SEKALI!!! Huh! Bisa2 kami mati kedinginan nih! Mana saljunya tidak berhenti2 lagi. bajuku dan baju anak ini juga sudah basah kuyup. Oh ya ampun... ayolaaaahhh!! Mana sih orang yang ketelpon tadi itu?! Katanya mau dating menjemputnya?! Kok gak datang2?! Aku sudah gak tahan nihh... brrr~ dingin sekali!!
"lho? Itu Fujiwara kan??" Tanya seseorang. Aku mengangkat wajahku untuk melihat siapa pemilik suara itu. Ternyata pemilik suara itu adalah seorang gadis. Gadis yang sangat imut, imut sekali. Sungguh, belum pernah aku melihat gadis secantik- seimut dia. Matanya besar, hidungnya kecil-mancung, bibirnya pink, ah pokoknya tanpa cela!!! Apakah aku melihat malaikat? Jangan2, sebenarnya aku sudah mati kedinginan dan gadis ini akan membawaku ke surga??
"hah? Uh? Siapa?" tanyaku bingung.
"dia. Cowok itu. Yang tidur di pangkuanmu." Katanya sambil menunjuk cowok ini.
"oh dia?" tanyaku lagi.
"iya, dia. Dia Fujiwara Kazuma , bukan?"
Kazuma... Kazuma....? Ah! Oh iya! Itu nama cowok ini! Tadi orang yang di telepon menyebut nama Kazuma!
"kamu kenal cowok ini?!" tanyaku semangat, karena akhirnya ada juga yang menjemput cowok ini.
"iya. Aku pacarnya." Jawabnya.
Pacarnya...? Apakah benar gadis ini pacarnya? Kalau benar pacarnya, kenapa tadi dia bertanya ,"lho itu Fujiwara kan?" seperti orang baru kenal saja. bukankah biasanya kalau sudah pacaran akan memanggil nama kecil? Dan bukankah kalau pacaran berarti sudah kenal lama dan dia pasti akan langsung menyadari cowok ini adalah pacarnya tanpa harus bertanya dulu...? Aaahh! Aku mikir apa sih?? Aku saja bingung sama pikiranku sendiri. Untuk apa aku bertanya2, sudah pastilah gadis secantik-seimut ini pacarnya! Mereka begitu serasi!
"ooh, jadi begitu. Tolong jangan salah paham, aku hanya membantunya karena tadi dia dikeroyok sekelompok anak SMA. Dan aku juga sudah menelpon temannya untuk menjemputnya." Kataku berusaha agar cewek ini tidak salah paham.
"tidak apa2, tenang saja. terimakasih sudah membantunya." Jawab gadis itu. Benar2 gadis yang baik!
"ehm, bagaimana kalau aku saja yang menjaganya sampai temannya datang?" Tanya gadis itu lagi.
"oh! Ohh! Oh iya, maaf! Silahkan, ini silahkan duduk disini!" kataku panik sambil memindahkan kepala cowok ini dari pangkuanku. Duh, bodoh sekali sih aku !!!
"terimakasih.." katanya manis sambil menidurkan kepala cowok itu di pangkuannya.
+nyuut+
lho? Apa ini? Kenapa hatiku rasanya seperti diremas2? Apakah hatiku sakit melihat cowok itu tertidur di pangkuan pacarnya? Apakah.... Aku cemburu?? Tidak, tidak Asuka!! Lihatlah pasangan yang begitu serasi itu!! Cowok itu terlalu jauh untuk kau gapai, jangan bermimpi!!
+shuuuuu+ angin dingin berhembus, mengingatkanku inilah saatku untuk pulang. Aku membalikkan badan dengan berat hati untuk berjalan pulang. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan.
"ehm, hei. Kalau boleh tahu... siapa namamu?" tanyaku kepada gadis imut itu yang sedang mengusap wajah cowok itu dengan sapu tangan pink-nya.
"boleh. Tentu saja boleh. Namaku.... Hyori." Jawabnya sambil tersenyum. Hyori... nama yang begitu cantik.
"terimakasih. Tolong, jaga dia baik2." Kataku sebagai pesan terakhir sambil berlari pulang.
Ya... kuharap cowok tadi bisa bahagia bersama gadis imut itu. Mereka benar2 pasangan yang amat serasi, kuakui itu. Nah, Asuka. Kamu harus berjalan maju dan melupakan semuanya. Biarlah cowok tadi tinggal di sudut hatimu yang paling dalam sebagai cinta pertama yang takkan pernah sampai.
"hhhhmmmmmffff........" aku menarik nafas dalam2.
"nah Asuka! Lupakan semuanya, dan..... AYO BERENDAM DI AIR HANGAAATTT!!!" Kataku sambil berlari pulang.
*****************************************************************
Aku memperhatikan kalung itu dalam2. Berusaha menggali ingatanku yang sudah kabur untuk mengingat dimana aku pernah melihat kalung ini sebelumnya. Rasanya aku pernah melihat kalung ini. Dulu... duluuu sekali.. tapi kapan ya? Cih, ingatanku memang lemah! Dan kepalaku suka sakit kalau berusaha mengingat sesuatu. Tapi kalung ini terlalu familiar, terlalu special untuk dilupakan. Tapi entah dimana aku pernah melihatnya... entah dimana aku pernah mendapatkannya... mendapatkannya?! Ah!! Ya!! Aku ingat sekarang!! Aku ingat!!!
Ya!! Kalung ini adalah milikku! Kalung pemberian nenek yang kuhilangkan bebarapa tahun lalu! Aku tak ingat bagaimana aku bisa menghilangkannya, tetapi aku ingat aku menangis selama berhari2 karena kehilangan kalung ini! Tapi, bagaimana bisa kalung ini berada di tangan Kazuma?! Dan lagi, dia bilang ini adalah benda kenangannya bersama Hyori. Tapi aku yakin sekali ini adalah milikku! Aku yakin sekali!
"hei! Darimana kau mendapatkan ini?! Ini milikku tahu!!" teriakku pada Kazuma.
"a- apa katamu?! Tidak mungkin ini milikmu!" bantah Kazuma sambil menarik kalungnya dari tanganku.
"tidak, sungguh! Itu milikku!!" teriakku sambil merebut kalungnya dari tangan Kazuma.
"kalau kau percaya, coba lihat ini!!" kataku sambil menunjukkan bandul dadu itu di depan mata Kazuma.
"sisi dadu bermata 6 ini, berlian imitasi di bagian kiri paling atas tidak ada bukan?? Berlian itu copot karena pada saat itu, aku gigit2 karena lapar!" jelasku.
"dan ini, lihat ini!"kataku sambil memutar sisi dadu di paling atas.
"kau pasti tidak akan menyangka bukan, kalau kaitnya diputar, dadunya akan terbuka??" jelasku lagi sambil memutar kait penyambung antara dadu dan rantai kalung. Dan sesegera itu, bandul dadu itu terbuka sesuai dengan ucapanku.
"dan lihat ini! Di dalamnya ada tulisan dengan huruf hiragana bukan?? Coba baca apa tulisannya! "kataku menunjukkan huruf yang kumaksud di depan mata Kazuma.
"A....SU....KA....." baca Kazuma dengan suara kecil.
"nah? Apakah masih kurang bukti bahwa kalung ini benar2 milikku?! Cepat kembalikan!" teriakku marah.
"tapi... itu tidak mungkin......." Gumam Kazuma sambil menatapku tidak percaya.
".....? apa yang tidak mungkin....?" Ledekku dengan menaikkan sebelah alisku. Semoga saja aku bisa meniru Kazuma dengan benar.
Tiba2 Kazuma memegang bahuku dengan kedua tangannya. Aku tersentak kaget.
"ka- kamu ngapain sih?!" tanyaku bingung. Kini Kazuma memandang wajahku lekat2 dengan tatapan tidak percaya.. sebenarnya dia kenapa sih?! Kok tiba2 memegang bahuku seperti orang sinting. Dan apa2an dia itu?! Melihatku sudah seperti melihat setan saja, sebenarnya apa salahku??? Aku-kan hanya meng-klaim benda milikku, apa itu salah???
"bagaimana bisa kalung itu milikmu?" Tanya Kazuma tidak percaya.
"ya tentu saja bisa. Memang kenapa tidak bisa?!" tanyaku bingung.
"bu- bukan itu maksudku. Bagaimana kau bisa mendapatkannya??"
"eh, uhm... aku dapat dari nenekku?"
"lalu, bagaimana kau menghilangkannya?!" Tanya Kazuma lagi. kali ini dia meremas bahuku dengan kuat sekali.
"iih! A- apa sih maksudmu?! Lepaskan aku! Aku tidak tahu!!" teriakku sambil menampik tangan Kazuma.
"coba diingat, bagaimana kau menghilangkannya???" kali ini Kazuma mengambil tanganku dan menggenggamnya dengan erat. Matanya bergetar mencoba mencari2 jawaban dariku.
"aku tidak tahu! aku benar2 tidak ingat!" jawabku jujur.
Memangnya Kazuma mengharapkan jawaban apa sih dariku? Dia aneh sekali sekarang. Sudah seperti maniak saja, memandangku sampai keringatan begitu.
Kazuma memegang wajahku dan mendekatkan wajahnya padaku. Dia memandangku lekat2 dengan tatapan memelas lalu berkata,"tolong diingat.... Kumohon?"
+deg!+
rasanya jantungku berhenti berdetak melihat apa yang dilakukan Kazuma barusan. Cih, sial... bagaimana caranya dia melakukan itu?? Sial, pandangan mata yang memelas seperti anak anjing itu, bagaimana caranya melakukannya? Siapa yang bisa menolak permintaannya bila dia seperti itu? Ukh, jantungku rasanya seperti mau pecah! Dan wajahku panas sekali!
"uh... oh- oh, ba- baiklah..." kataku sambil menelan ludah.
Jarak kita terlalu dekat! Uh, sial...!!! Kazuma selalu saja dapat menyerang titik lemahku!!
Aku memejamkan mataku supaya aku tidak perlu melihat wajah memelas Kazuma. Aku berusaha lagi untuk menggali ingatanku akan kalung itu.
Uuughh, waktu itu nenek memberikannya padaku. Lalu aku selalu memakainya kemanapun aku pergi. Kalung itu juga tak pernah kulepas walaupun aku sedang tidur ataupun mandi. Tapi suatu hari aku sadar kalau ternyata kalung itu sudah tak ada lagi di leherku dan aku mencari2nya kesana kemari. Padahal waktu itu sedang turun hujan salju....... AAAAKHH!! Sekeras apapun aku berusaha mengingat, aku tidak bisa! Aku tidak bisa mengingatnya!! Aaah!!! Lagipula untuk apa sih Kazuma perlu tahu???!
Aku membuka mataku dalam keputusasaan. Tiba2 wajah Kazuma menjadi cerah dan dia bertanya,"bagaimana? Kau ingat sesuatu?? Dimana kau menghilangkannya??!"
"di..... sekolah?" jawabku. Sepertinya jawabanku lebih mirip pertanyaan dari pada jawaban -___-
"tolonglah Asuka.... Tolong diingat...." Paksa Kazuma dengan wajah memelasnya lagi.
tidak. Aku takkan terjebak lagiiii!!!! "aku tidak bisa ingat!! Aku tidak bohong!! Maksa banget sih?!" teriakku kesal.
"sungguh sama sekali tidak ada yang kau ingat? Bagaimana dengan cuaca saat itu? Saat kau menghilangkannya?"
"hmm...... hujan salju?" jawabku (tanyaku) lagi.
"ah! Iya! Hujan salju! Lalu, apakah ada kejadian menarik sebelum kau menghilangkannya?!!" Tanya Kazuma gembira. Aku tak mengerti kenapa dia bisa se-senang itu. Tapi ya sudahlah....
"kejadian menarik ya.....? hmmm.........."
"iya! Iya! Kejadian menarik!"
"sepertinya tidak ada. Samar2 yang kuingat saat itu hujan salju amat besar dan... saat itu... aku pulang dari sekolah tanpa memakai paying ataupun jas hujan menerobos hujan salju..... lalu..... aaahh!! Aku ingat!!!"
"apa?! Apa?!"Tanya Kazuma penasaran.
"saat itu aku berkelahi!! Ya! Aku berkelahi!!"
"berkelahi.....?" Tanya Kazuma bingung sambil menaikkan sebelah alisnya.
"iya! Aku berkelahi dengan sekelompok anak SMA! Karena anak SMA itu mengeroyok seorang anak SMP!! Huh! Mengingatnya saja aku masih kesal!"
"ya! Lalu, apa yang terjadi pada anak itu?!" kata Kazuma semakin gembira.
"anak itu...... tidak sadarkan diri. Dan aku menggendongnya ke taman di dekat rumahku, taman tempat aku pernah mengobati punggungmu dulu itu...." Jawabku.
"apakah kau berkata sesuatu pada anak itu?" Tanya Kazuma lagi.
"engg.... Rasanya tidak." Jawabku ragu.
"tidak?! Kau tidak bilang apa2 pada anak itu?!"
"iya.... Rasanya tidak.... Ah! Tapi anak itu mengatakan sesuatu padaku!"
"iya! Apa itu?!"
"bunuh aku."
"hah?" Kazuma heran sambil mengangkat sebelah alisnya.
"iya! Dia berkata begitu! Ehm... sebentar, ah aku ingat! Aku juga berkata pada anak itu!! Aku berkata,' jangan takut, kamu tidak sendirian.......lagi......?"
tunggu- aku jadi bingung dengan ucapanku sendiri... tunggu- tunggu- kalau tak salah kata Kazuma Hyori juga berkata begitu pada Kazuma... berarti.......?
Tiba2 Kazuma memelukku, Memelukku eraaaat sekali. Aku tersentak.
"Ka- Kazuma....? Kamu kenapa....?" Tanyaku gugup.
"itu kamu... itu kamu... itu memang kamu....." kata Kazuma. Bisa kudengar kerinduan yang begitu dalam dari suara Kazuma. Tapi aku masih tidak mengerti apa yang terjadi. Samar2 aku memang mengerti, tapi aku tidak sungguh2 paham akan apa yang terjadi.
"ternyata... sejak dulu aku tak pernah mencintai perempuan lain selain kamu.... Itu kamu...." Katanya lagi. suara Kazuma dengan kerinduan yang begitu dalam merasuki tubuhku dengan begitu hangatnya. Entah mengapa, rasanya aku pernah merasakan perasaan ini. Perasaan yang sudah sangat familiar bagiku.
Kazuma melepaskan pelukkannya dan bertanya," lalu, apa yang kau lakukan pada cowok itu?"
"yang kulakukan...? Hmm... aku membawanya ke taman, mengambil Hp-nya dan menelpon temannya. Tak lama setelah itu, ada seorang gadis yang mengenal cowok itu, jadi aku meninggalkan cowok itu padanya." Jawabku.
Kazuma memelukku lagi, sama eratnya dengan pelukkan yang sebelumnya.
"kenapa kau berikan cowok itu padanya? Harusnya kau terus bersamanya sampai dia bangun! Dasar bodoh!
aku melepaskan diriku dari pelukkan Kazuma," bodoh katamu?! Gadis itu mengaku sebagai pacar cowok itu! Terang saja kalau kubiarkan mereka bersama!"
"pacar.....? cih, dasar rubah sial. Dia merusak segalanya." Gumam Kazuma.
Rubah sial....? Maksudnya Hyori......? Tunggu-
Ingatanku tentang hari itu seakan terulang sekali lagi di depan mataku. Saat aku berkelahi dengan sekelompok anak SMA, saat aku menggendong cowok itu, setiap percakapanku pada cowok itu, seakan terulang kembali dan berputar di ingatanku. Aku ingat semuanya!
Aku ingat saat dimana dadaku bergedup kencang seakan mau pecah, aku ingat saat dimana aku merasakan kehangatan yang familier dengan kehangatan Kazuma, dan aku ingat saat2 dimana aku memaksa diriku untuk melupakan semuanya. Ya, saat itu aku memaksakan diriku untuk melupakan semuanya. Tak heran, selama ini aku tidak ingat akan hal itu. Karena itu adalah kenangan manis sekaligus pahit tentang cinta pertamaku yang takkan pernah sampai... dan ternyata, cowok yang kutolong saat itu adalah Kazuma...?
"jadi..... cowok itu..... kamu.....?" tanyaku tak percaya kepada Kazuma.
"iya.... Dan ternyata, orang yang memebaskanku dari neraka kesendirianku adalah kamu. Ternyata aku sudah mencintaimu semenjak dulu... Asuka...." Kata Kazuma dengan senyum termanisnya.
Kazuma memelukku lagi. perasaan yang familier, perasaan yang kudapat dari cowok 3 tahun lalu itu tidak pernah berubah. Selalu sukses dalam menenangkanku, dan memberiku rasa aman. Ya, kehangatan yan bisa kudapat hanya dari Kazuma. Entah kenapa aku tidak menyadarinya sejak dulu. Padahal kehangatan seperti ini hanya dapat kurasakan saat2 aku bersama Kazuma. Ternyata cinta pertamaku adalah Kazuma, cinta pertama yang selalu tersimpan dalam lubuk hatiku yang paling dalam
Kazuma melepaskan pelukannya, dan memandangku lekat. Dia berbisik,"terimakasih atas selama ini......" dan dia memegang wajahku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Tanpa kusadari, bibirnya sudah menempel dengan bibirku. Bibir Kazuma terasa begitu manis, lembut, dan hangat.Rasanya begitu sempurna. Bisa kurasakan jantungku berdetak tidak karuan bereaksi dengan sentuhan Kazuma. Kazuma memelukku lebih erat lagi, tangan kanannya menekan tengkukku agar lebih dekat kepadanya. Sesaat aku tersentak dan membuka mata. Aku terkejut melihat Wajah Kazuma begitu dekat dengan wajahku. Matanya terpejam, bahkan aku bisa melihat betapa lembut kulitnya. Aku memejamkan mataku lagi, memeluk Kazuma berharap waktu akan berhenti untuk kami berdua. Aku tak menyangka ternyata semua kerinduanku akan Kazuma dan kerinduan Kazuma akanku ternyata bisa tersampaikan melalui ciuman ini. Kerinduan yang telah kami simpan begitu lama, ingatan tentang cinta pertamaku yang selalu kusimpan dalam hati, semuanya tersampaikan melalui ciuman ini. Aku mendorong Kazuma dan memecahkan ciuman kami untuk mengambil nafas. Kazuma memandangku dalam2 sambil berusaha mengatur nafasnya kembali. Jadi kurasa, memecahkan ciuman kami untuk mengambil nafas bukanlah tindakkan yang salah.
Aku mengelap bibirku, dan bisa kurasakan wajahku memanas saking malunya. "da... dasar mesum...." Kataku.
"mesum apanya?! Kau juga membalas ciumanku kok!" balasnya.
"aaaaahh!! Berhenti! Jangan bahas lagi!! dasar mesum!!" kataku sambil mengibas2kan tanganku saking paniknya.
Kazuma menarik tanganku, dan menciumku lagi. walaupun ini yang kesekian kalinya, sensasi hangat dan menggetarkan masih terasa dalam tubuhku. Aku mendorongnya lagi.
"ap- apa2an kau?! Da- dasar genit!" teriakku sambil bangkit berdiri.
"siapa yang genit? Kau pasti juga menikmatinya bukan?" ejek Kazuma.
"a- apa- apa katamu?! Ukh, huh! Terserah!!" teriakku sambil berjalan kea rah pantai meninggalkan Kazuma.
"hei! Asuka! Tunggu aku! Tunggu suamimu yang begitu pintar mencium ini!!" teriak Kazuma sambil mengejarku. Tapi aku tak peduli, lebih jelasnya, TERLALU MALU UNTUK PEDULI, dan terus berjalan meninggalkannya.
Mungkin setelah ini, kami masih akan bertengkar dan mendapat masalah-masalah lain yang tak pernah kami pikirkan sebelumnya. Tapi aku yakin, dalam pertengkaran2 dan masalah2 yang akan kami hadapi kedepannya, takkan membuat kami berpisah malah akan membuat hubungan kami semakin kuat. kuakui, Kazuma merubah hidupku. Membuat hari2ku yang biasa2 saja menjadi berarti. Kesenangan2 dan kegilaan2 yang kami lewati, akan selalu hidup menjadi kenangan manis bagiku. Bisa dibilang, Kazuma membuatku jadi GILA! Akannya ;)

-the end-

CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang