Rena memanggil-manggil nama Amuro berkali-kali dan tetap tidak mendapatkan respon dari si pemilik nama. Keadaan Amuro saat ini tampak mengkhawatirkan dengan luka di bagian kepala. Cairan merah kental mengalir dari sisi belakang kepala Amuro. Andai saja badan dan kaki Rena tidak sakit, maka ia bisa mencoba memapah badan Amuro ataupun pergi ke tempat lain untuk meminta bantuan. Namun, dengan keadaannya saat ini, Rena tidak dapat melakukan hal tersebut.
Gelombang perasaan bersalah dan takut akan kehilangan bermunculan di pikiran Rena. Ia menggeleng kuat-kuat untuk mengusir pikiran tersebut.
'Daripada berpikiran negatif seperti itu, sebaiknya aku melakukan sesuatu.' Pikir Rena.
Rena terdiam sebentar dan mencoba berpikir tenang. Ia menyobek sedikit bagian bajunya dan mengikatnya dengan hati-hati di sekeliling kepala Amuro untuk menghentikan pendarahan yang terjadi. Setelah selesai, Rena mencoba mencari alat komunikasi yang bisa ia gunakan untuk menghubungi orang lain dan meminta bantuan. Hp miliknya tidak bisa Rena andalkan karena memang baterainya sudah habis. Begitu juga dengan hp milik Amuro yang Rena temukan di saku jas milik Amuro, keadaannya tidak begitu beda dengan hp miliknya. Pada akhirnya Rena menemukan sebuah alat yang mirip earphone di saku jas Amuro bagian bawah.
'Mungkin alat ini bisa digunakan.' Pikir Rena.
Rena mencoba memperbaiki alat tersebut dengan teliti. Ia pernah mendapatkan pelatihan perbaikan alat komunikasi sewaktu di CIA jadi hal seperti ini bukan masalah baginya. Ketika alatnya sudah selesai diperbaiki, Rena mencoba melakukan panggilan.
~OOO~
"Halo. Apa ada orang di sana ?" Kata Rena begitu terdengar nada tunggu dari earphone yang dikenakannya.
"Halo. Di sini Shinichi. Ada apa Rena san ?" Tanya Shinichi begitu mengetahui kalau orang yang memanggilnya adalah Rena.
"Tolong aku, Kudo kun. Aku terjebak di lantai 3 bersama Amuro yang sekarang sedang terluka parah dan memerlukan pertolongan segera. Tolong kirim bantuan ke sini" Jelas Rena.
"Baiklah Rena san. Aku akan memberitahu Akai san dan yang lainnya untuk segera menuju ke situ." Balas Shinichi.
"Terima kasih, Kudo kun." Rena menutup panggilan. Setelah itu ia menunggu kedatangan Akai dan pasukannya.
5 menit kemudian
Akai dan pasukannya sampai di tempat Rena berada. Mereka segera bersama-sama mengangkat tubuh Amuro dan meletakkannya di atas tandu yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk keadaan darurat seperti ini. Sesampainya di bawah, Amuro segera dilarikan ke rumah sakit dengan menggunakan ambulance.
~OOO~
Di dalam ambulance, Rena dan Akai saling duduk berhadapan dengan tubuh Amuro sebagai pembatas. Tidak ada percakapan yang terjadi di antara dua orang itu. Mereka sibuk dengan pikiran melirik ke arah Rena yang sedang menundukkan kepalanya untuk melihat keadaan Amuro. Ekspresi sendu jelas tergambar di wajah Rena.
Akai sadar ia bukanlah tipe orang yang bisa mengekspresikan perasaannya lewat kata-kata jadi ia hanya diam melihat kejadian itu dan mengurungkan niatnya untuk menghibur Rena. Dalam hati, Akai merutuk dirinya sendiri yang bisa-bisanya melakukan tindakan pengecut seperti ini.
Kematian Akemi memiliki pengaruh besar terhadap perubahan sikap Akai menjadi seperti ini. Ia menjadi seseorang yang lebih tertutup terhadap perasaan orang lain terutama wanita. Diam-diam Akai menaruh rasa salut pada Amuro yang sudah bisa lepas dari bayang-bayang kematian Akemi. Tidak hanya sampai di situ, Amuro bahkan sudah bisa menemukan pengganti Akemi dan sosok pengganti tersebut adalah wanita yang ada di hadapannya sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love (Detective Conan Fanfiction)
FanfictionKeresahan hati Amuro justru membawanya menemukan hal yang sudah lama tidak dirasakannya. Yaitu perasaan cinta. Bagaimana kisah selanjutnya ? Read and comment please. Catatan : Di cerita ini saya menggunakan tokoh utama Amuro Tooru / Rei Furuya dan R...