Chapter 5 : Penyelidikan Conan

449 26 4
                                    

Pagi hari ini cuaca di kota Beika cukup cerah. Suasananya tenang karena banyak orang yang memilih bangun lambat di hari libur seperti ini. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan oleh anak berkacamata yang satu ini. Niat darinya untuk bangun lambat terganggu oleh sebuah suara yang hampir selalu didengarnya setiap hari.

"Conan, ayo turun. Sudah waktunya sarapan." Ran memanggil Conan dari ruang makan di lantai bawah.
Dengan malas, Conan bangun dari tempat tidurnya. Ia membuka-buka kedua matanya untuk menstabilkan cahaya yang masuk ke matanya. Setelah itu, ia berjalan ke kamar mandi sambil menguap sebentar,khas orang yang masih mengantuk. Memang harus Conan akui, ia kesulitan tidur seminggu belakangan ini karena pikirannya terbebani oleh fakta tentang Amuro dan Kir yang sudah menjadi sepasang kekasih. Pertemuannya dengan Amuro di Miracle Land seminggu lalu membuktikan kebenaran mengenai hal itu.

Conan tentu mengetahui kalau wanita yang bernama Rena itu adalah orang yang sama dengan Kir atau Rena Mizunashi. Perbedaannya hanyalah pada gaya rambutnya. Lalu kenapa Amuro harus mengenalkan lagi Rena di hadapan Conan,Ran, dan Paman Kogoro yang tentunya sudah tahu kalau wanita tersebut adalah Rena Mizunashi, reporter berita terkenal itu. Atau jangan-jangan Ran dan Paman Kogoro tidak mengetahui tentang hal itu. Selain itu, apa tujuan Amuro menjadikan Rena menjadi pacarnya? Apakah ia berniat memanfaatkan Rena agar dirinya bisa dengan mudah masuk ke anggota inti organisasi atau karena Amuro memang mencintai Rena?
Conan bukannya ingin berpikiran buruk terhadap Amuro, namun pengalamannya bertemu dengan Amuro membuat Conan merasa harus lebih berhati-hati kepada Amuro.
Conan mengenal Amuro sebagai orang yang memiliki kepribadian yang manipulatif, susah ditebak, dan mau melakukan berbagai hal untuk mencapai tujuannya tanpa memikirkan apakah cara yang dilakukannya baik atau tidak. Salah satunya buktinya adalah ketika Amuro berencana untuk menangkap Shiho di Kereta Bell Tree Express. Ia bahkan nekat menggunakan bahan peledak.
Namun untungnya, rencana Amuro terbaca oleh Conan dan ia sempat mengambil langkah antisipasi. Padahal Amuro tahu kalau Shiho adalah adik dari Akemi, orang yang sangat di sayangi olehnya. Memikirkan hal-hal itu justru membuat Conan menjadi semakin bingung.

"Conan, apa yang kamu lakukan? Ayo cepat, sarapan." panggilan dari Ran membuat Conan tersadar dari lamunannya. Ia pun segera membasuh muka dan turun ke lantai bawah untuk sarapan.

~OOO~

"Kak Ran, aku boleh tanya sesuatu tidak?" tanya Conan pada Ran di sela-sela waktu sarapannya.
"Mau tanya apa, Conan?" tanya Ran balik.
"Itu ... aku mau tanya tentang pacar Kak Amuro. Sepertinya aku pernah melihat wajahnya di suatu tempat tapi aku tidak ingat. Apakah kak Ran tahu siapa sebenarnya pacar kak Amuro itu?" tanya Conan dengan nada penasaran yang dibuat-buat.
"Tentu saja kau pernah melihatnya, Conan. Pacar kak Amuro kan Rena Mizunashi, reporter berita terkenal itu." jelas Ran yang membuat Conan terkejut.
"Darimana kak Ran tahu kalau dia Rena Mizunashi?" tanya Conan untuk mengorek informasi.
"Darimana lagi kalau bukan dari detektif hebat sepertiku, Mouri Kogoro. Hahaha." sambar Kogoro sambil tertawa, membanggakan dirinya sendiri. Ran dan Conan memutar matanya bosan melihat tingkah dari Kogoro.
"Ya, itu benar Conan. Aku mengetahuinya dari ayah, ketika akan masuk kafe. Dia bilang kalau wajah wanita yang duduk berhadapan dengan Amuro mirip Rena Mizunashi, lalu aku melihat sendiri ke arah wanita itu dan aku pikir mungkin ayah benar. Aku baru yakin setelah kak Amuro memperkenalkannya sendiri." jelas Ran.
"Oh, begitu. Terima kasih, ya kak Ran." ucap Conan.

~OOO~

Setelah selesai sarapan, Conan pamit pergi ke rumah Professor Agasa untuk bermain (yang tentu saja tidak sepenuhnya benar). Sepanjang perjalanan, ia mencoba mengambil kesimpulan dari informasi-informasi yang diperolehnya.
'Jadi Ran dan Paman sudah tahu kalau wanita itu adalah Rena Mizunashi. Hal itu sudah tidak membuatku penasaran lagi. Sekarang hal yang masih membuatku bingung adalah motif dari Amuro berpacaran dengan Kir dan penyebab ia begitu dendam pada Shuichi Akai. Kalau aku bisa mengetahui semua informasi itu, mungkin aku akan bisa membuat rencana untuk mendamaikan mereka berdua dan langkah untuk menghancurkan organisasi akan semakin mudah.' pikir Conan.
Conan sudah menyelidiki hal tersebut sejak seminggu terakhir ini. Ia selalu mengikuti dan memata-matai kegiatan dari Amuro dan Kir secara diam-diam ketika ada waktu luang. Namun hasilnya nihil, tidak ada kegiatan mencurigakan yang dilakukan oleh mereka berdua dan Conan tidak mendapatkan informasi tambahan yang berarti. Bahkan Amuro dan Kir pun tidak pernah bertemu dalam seminggu terakhir ini.
Tak terasa Conan sudah sampai di rumah Professor Agasa. Ia langsung masuk rumah tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Halo. Apa ada orang?" Tanya Conan.
"Setidaknya kalau mau masuk rumah orang lain, ketuk pintu dulu Kudo." kata Ai dengan ketus. Ia sedang bermain dengan laptopnya di ruang tamu.
"Ah, maaf Haibara. Aku lupa, sudah kebiasaan soalnya. Lagipula ini rumah Professor Agasa, rumah orang yang ku kenal, bukan rumah orang lain." Balas Conan.
Ai mendengus cukup keras. Ia cukup benci dan bosan dengan sikap Conan atau Shinichi Kudo yang satu ini, yaitu tidak mau mengalah.
"Jadi apa yang ingin kau lakukan di sini Tuan Detektif?" Tanya Ai pada Conan dengan malas. Ia tahu ujung-ujungnya kalau Conan datang berkunjung pasti ada hal yang diinginkannya.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya datang untuk berkunjung dan bertanya sesuatu boleh tidak?" jawab Conan.
"Boleh-boleh saja. Tanya apa?"
"Karena kau pernah mengenal Bourbon sebelumnya, apakah kau tahu, tentang masalahnya dengan Rye. Atau dengan kakakmu, mungkin?" tanya Conan.
Ai kaget dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan Conan. Ia juga sedikit sedih ketika nama kakaknya diungkit-ungkit lagi, apalagi kakaknya dituduh sebagai penyebab masalah antara Rye dan Bourbon. Namun itu tidak sepenuhnya salah, kan?
"Kenapa kau ingin tahu hal itu, Kudo?" tanya Ai balik dengan nada sedikit dingin.
"Aku hanya ingin membantu Bourbon untuk melupakan masalahnya dengan Rye ataupun kakakmu sehingga ia bisa fokus pada penyelidikannya di Organisasi. Itu saja, tidak ada niatan yang lain dan informasi tadi berguna untukku agar aku bisa membuat rencana yang tepat." jelas Conan.
Ia memang sengaja tidak menceritakan bagian mendamaikan Rye dengan Bourbon karena ia belum pernah menceritakan pada Ai tentang Rye atau Akai Shuichi yang ternyata masih hidup dan menyamar sebagai Okiya Subaru.
Ai sempat menimbang-nimbang sebentar sebelum bicara. Ia sebenarnya ingin Bourbon bahagia karena Bourbon sudah seperti keluarganya sendiri setelah Ai kehilangan orang tua dan kakaknya yang sangat berharga. Namun di sisi lain, ia sedikit khawatir pada keselamatan Conan apabila ikut campur dengan masalah yang dialami oleh Bourbon. Akhirnya ia memutuskan untuk menjawab pertanyaan Conan tadi.
"Baiklah aku akan menceritakannya sedikit. Tapi tolong dengarkan baik-baik." ucap Ai. Conan mengangguk sebagai jawaban ya.
"Untuk pastinya aku tidak tahu masalah antara Bourbon dan kakakku maupun Rye. Yang aku tahu Bourbon dan kakakku itu saling bersahabat baik. Mereka saling kenal sejak SMP, setidaknya itu menurut cerita kakakku. Bourbon sering main ke rumah untuk bermain dengan kakakku atau sekedar bercengkrama dengan ibuku. Hal itu menyebabkan ia sudah seperti anggota keluargaku sendiri. Namun kebersamaan kakakku dan Bourbon harus berakhir ketika kedua orang tuaku meninggal dan di hari itu juga pertama kalinya aku berkenalan dan bertemu langsung dengan Bourbon. Organisasi memutuskan untuk mengirimku sekolah ke Amerika agar aku bisa meneruskan jejak orang tuaku sebagai ilmuwan. Sejak hari itu, kakakku dan aku berpisah dengan Bourbon dan tidak pernah saling bertukar kabar lagi." kata Ai.
"Apakah kakakmu pernah bertemu dengan Bourbon setelah kau dan kakakmu kembalike Jepang?" tanya Conan dengan nada menyelidik mirip wartawan televisi. Anehnya Ai justru terhibur dengan aksi Conan tersebut. Ia berusaha keras menahan tawa.
"Emm ... mungkin pernah." jawab Ai sambil memasang pose berpikir.
"Mungkin?" tanya Conan memastikan.
"Iya mungkin. Beberapa hari sebelum meninggal, kakakku pernah pergi ke taman untuk bertemu pacarnya. Tetapi setelah pulang aku tanya tentang apa saja yang dilakukannya. Kakakku malah bilang ia habis bertemu teman lama. Mungkin teman lama yang dimaksud adalah Bourbon." ujar Ai.
'Jadi begitu rupanya' batin Conan. Ia menyeringai sedikit, mirip ekspresinya ketika memecahkan sebuah kasus.
Namun seringai di wajah Conan perlahan memudar dan digantikan ekspresi wajah khawatir begitu melihat raut muka Ai yang nampak sedih.
'Mungkin ia teringat kepada kakaknya dan orang tuanya yang telah meninggal.' pikir Conan.
Setelah berubah seperti sekarang, berteman dengan anak-anak Detective Boys, dan mengenal sosok Ai, Conan menjadi sedikit lebih peka terhadap keadaan orang di sekitarnya. Conan pun mengambil inisiatif untuk menghibur Ai. Ia duduk di sebelah Ai dan merangkul bahu Ai. Lalu ia menepuk bahu Ai perlahan-lahan untuk menenangkannya.
"Apa yang kau lakukan, Kudo ?" tanya Ai dengan nada marah yang dipaksakan.
"Tenanglah, Haibara. Aku hanya ingin menghiburmu. Aku lihat kamu kelihatannya sedih. Apa kamu teringat lagi dengan kakakmu dan orang tuamu?" tanya Conan.
"Sedih? Siapa yang sedih, aku tidak sedih kok." kata Ai menyangkal. Ia berusaha menyeka air mata yang mulai keluar. Conan mengambil tisu dari meja yang ada di ruang tamu tersebut dan mulai menyeka air matanya Ai. Mendapat perlakuan seperti itu membuat pipi Ai bersemu merah.
"Jangan bersedih lagi ya. Aku percaya orang tua dan kakakmu pasti sudah berada di tempat yang lebih baik di alam sana. Mereka pasti tidak ingin kamu bersedih seperti saat ini. Kau tidak sendirian di dunia ini, Haibara. Ada aku, Professor Agasa, anak-anak Detective Boys, dan orang-orang lain yang peduli padamu. Kami akan selalu mendukungmu dan berada di sisimu saat kau membutuhkannya. Kau harus yakin dengan hal itu, Haibara." kata Conan sambil menatap Ai dengan lembut. Tatapan yang teduh dan tenang seolah-olah mengatakan kalau tidak ada hal buruk yang akan terjadi.Melihat tatapan itu, hati Ai menjadi terharu. Ia tanpa sadar memeluk Conan dengan cukup erat.
"Terima kasih, Kudo." kata Ai.
"Sama-sama." balas Conan dengan gugup. Jantungnya berdetak lebih cepat setelah mendapat pelukan dari Ai.
"Um ... Haibara. Aku mau pulang sekarang," ujar Conan setelah beberapa menit.
"Oh, maaf." kata Ai salah tingkah.
"Aku pulang dulu. Sampai jumpa."
"Sampai jumpa." balas Ai.Begitu sosok Conan menghilang dari balik pintu, Ai kembali melanjutkan kegiatannya bermain dengan laptop. Ia merenung sebentar mengenai kejadian tadi.
'Terima kasih Conan. Kau adalah salah satu alasanku masih bertahan di kehidupanku yang menyedihkan ini. Aku tahu ini terdengar egois, tapi aku berharap kita akan bisa selalu bersama walaupun aku tahu dan sadar, mungkin kamu tidak akan pernah jadi milikku seutuhnya.' batin Ai dalam hati.

~OOO~

Sementara itu di Kafe Poirot
Amuro dan Azusa yang sudah selesai membereskan piring-piring dan gelas kotor, sedang mengobrol di salah satu tempat duduk karena sedang tidak ada pelanggan.
"Hei Amuro apa kau tahu ada yang aneh dengan Conan beberapa hari terakhir ini ?" tanya Azusa.
"Aneh? Aneh kenapa?" tanya Amuro balik.
"Ya aneh. Soalnya beberapa hari ini, aku sering lihat Conan mengamati keadaan kafe dari pintu atau jendela luar. Tapi bila mau aku datangi, ia sudah kabur atau menghilang duluan. Aneh kan?" kata Azusa.
Amuro cukup kaget mendengar penuturan Azusa, karena ia sendiri merasa diikuti seseorang beberapa hari ini. Tapi Amuro berusaha untuk menutupi ekspresi kagetnya.
"Mungkin dia hanya iseng. Maklum lah Conan kan anak kecil. Atau bisa juga dia sedang main permainan detektif bersama temannya." kata Amuro mencoba memberikan sugesti untuk meyakinkan Azusa.
"Bisa juga. Mungkin kau benar." kata Azusa akhirnya.
'Jadi orang yang mengikutiku adalah Conan. Lalu untuk apa ia mengikutiku. Sepertinya sudah lama aku tidak membuatmasalah dengan Akai dan anggota FBI lainnya. Jadi apa alasannya?' Amuro menerka-nerka tujuan dari Conan untuk menyelidikinya.
"Bukankah itu Conan?" ucapan Azusa membuat Amuro tersadar dari pikirannya sendiri. Ia menunjuk sosok anak kecil yangsedang berjalan menuju ke kantor detektif.
Amuro bergegas keluar dari kafe dan memanggil nama Conan.
"Oi, Conan." panggil Amuro.
Conan menoleh dan mendapati Amuro yang sedang berjalan menuju ke arahnya.
"Oh, kak Amuro. Ada apa kak?" tanya Conan.
"Bisa kita bicara sebentar?" kata Amuro.
"Tentu saja. Aku juga ingin membicarakan sesuatu dengan kak Amuro." balas Conan.

~OOO~

Sekarang Amuro dan Conan sedang duduk berhadapan di bangku yang tadi dipakai oleh Azusa dan Amuro. Sedangkan Azusa sedang pergi untuk membereskan dapur.
"Jadi, apa yang ingin Kak Amuro bicarakan?" Conan mulai membuka pembicaraan.
"Kau dulu. Sepertinya hal yang ingin kau sampaikan berhubungan dengan hal yang ingin aku tanyakan." ujar Amuro memberi Conan kesempatan bicara duluan.
"Baiklah, kalau begitu langsung saja ya. Sebenarnya apa tujuanmu berpacaran dengan Rena? Kau bukan ingin memanfaatkannya saja kan?" tanya Conanmenatap Amuro serius.Amuro mengerjap-ngerjapkan matanya, tanda ia bingung dengan pertanyaan Conan. Namun setelah mengerti maksudnya, Amuro malah tertawa terbahak-bahak.
"Tentu saja, aku berpacaran dengan Rena karena aku mencintainya. Aku tidak ada niatan sedikitpun untuk memanfaatkan Rena." jawab Amuro sambil menahan tawanya.
"Apa kau serius?" tanya Conan serius.
"Tentu aku serius. Kalau memang aku ingin memanfaatkan Rena harusnya sudah dari dulu aku menyerahkannya pada organisasi. Sejak aku mengetahui trik dari kematian palsu Shuichi Akai. Tapi pada kenyataannya aku tidak melakukannya kan?" jelas Amuro sambil berusaha meyakinkan Conan.
Conan berpikir sebentar. Benar juga yang dikatakan Amuro. Kalau memang ia ingin memanfaatkan Rena, harusnya sudah sejak dulu ia melakukan itu.
"Lagipula Rena sudah menyadarkanku untuk tidak menyia-nyiakan waktu dalam hidup ini. Dia sudah membuatku melupakan sedikit demi sedikit dendamku pada Akai dan dia juga yang berhasil membuatku melupakan orang itu. Orang yang dulu selalu berbuat baik padaku." gumam Amuro yang masih dapat didengaroleh Conan.
"Apa maksudmu 'orang itu' adalah Akemi Miyano." tanya Conan.
"Ya benar." Conan tersenyum tipis mendapat jawaban dari Amuro. Sepertinya ia terlalu berpikiran negatif terhadap Amuro.
'Masalah ini akan segera terselesaikan.' batin Conan senang.
"Kalau kau memang sudah melupakan dendammu pada Akai, kenapa kalian sampai sekarang belum berdamai." ucap Conan.
"Aku masih belum siap bertemu dengannya. Lagipula aku tidak tahu kekacauan seperti apa yang akan ditimbulkan jika kami berdua bertemu." kata Amuro. "Tenang saja, Kak Amuro. Aku sudah merencanakan tentang hal itu. Tinggal tunggu tanggal mainnya saja." ujar Conan sambil tersenyum misterius.
"Baiklah kalau begitu, aku pamit pulang dulu ya. Sampai jumpa" lanjut Conan.
"Sampai jumpa." balas Amuro.
Setelah Conan keluar dari kafe, Amuro tetap diam di tempat. Ia justru teringat dengan masa lalunya yang lain, masa lalunya dengan Akemi. Amuro menyunggingkan seulas senyum dan mengeluarkan sebuah foto dari dompetnya. Foto dari dirinya dan Kir sewaktu liburan di Miracle Land.
'Harapanku sudah terkabul, Akemi. Sepertinya aku sudah menemukan pengganti dirimu.' batin Amuro senang.

Unexpected Love (Detective Conan Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang