Δ1 Shocked!

86 15 8
                                    

" Aku kan ada untuk dirimu dan bertahan untuk mu. "

Chena Clarra Aryfa itu nama lengkapku. Agar lebih akrab panggil saja Cece. Aku adalah seorang gadis remaja yang memiliki tingkat kepo yang sudah melebihi batas normal. Haha. Mungkin saja begitu. Maka tak banyak pula yang menjuluki ku sebagai Mrs. Stalker or something like that.

Aku sekarang duduk dikelas XI jurusan IPA. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki yang bernama Arka Giovanny Aryf,yang biasa ku panggil dengan sebutan 'Kak Arka'. Kak Arka sekarang sudah duduk dikelas XII.

Umur ku dan Kak Arka hanya selisih satu tahun. Maka, tak jarang perselisihan pendapat terjadi diantara kami. Biasalah, namanya juga adik kakak. Yang adik egois, yang kakak nggak mau kalah.

-

-

-

-

Aku pun terbangun seketika. Suara deringan itu memekakkan gendang telingaku. Sungguh! Aku pun melirik sekilas benda mungil itu. Jarum pendeknya menunjukkan pukul 5 dan jarum panjang pukul 12. Pukul 05.00 Pagi. Ini semua pertanda bahwa saatnya aktivitas di Senin pagi ini, akan segera dimulai.


Aku pun bangun dari ranjang, dan langsung membersihkan diri. Dengan langkah gontai, aku pun menggapai handuk yang tergantung tak jauh dari ranjangku itu. Setelah selesai menyiapkan diri, aku pun berkacak pinggang di depan cermin.

"Baju sudah! Rok sudah! Topi sudah! Dasi sudah! Ikat pinggang sudah! Sip. Semuanya sudah siap." Ucapku sembari mengabsen perlengkapan sekolah ku.

Aku pun menggapai tas dan menyandangnya sebelah bahu. Ceklek! Aku pun membuka knock pintu kamarku, lalu berjalan keluar dan turun ke bawah untuk sarapan pagi bersama.

Di bawah ternyata sudah ada Papa, Bunda dan kak Arka. Aku pun mengambil dua buah roti selai dan segelas susu coklat panas yang telah dihidangkan oleh Bunda.

"Ce, ntar kamu pergi sekolahnya dianterin sama kak Arka aja ya. Soalnya Bunda mau arisan dirumah Tante Yanti," Ucap Bunda sembari menyiapkan roti selai untuk Papa.

"Mm.. Yaudah deh bun.."

"Gue nggak mau nganterin lo Ce!" Ucap kak Arka, lalu menyeruput teh hangatnya.

"Dih kenapa?"

Kak Alfa pun membetulkan jambul di rambutnya yang nyatanya masih terlihat rapi. "Ntar temen-temen lo naksir gue lagi" jawabnya enteng.

"Dih kepedean amat lo.. Lagian mana bisa mereka naksir lo.. Lo kan nganterin gue pakai mobil,batang hidung lo aja mungkin nggak bakalan kelihatan sama mereka.."

"Bisa aja sih. Mana tau temen li penasaran, trus ngintip di knalpot mobil gue. Siapa yang tahu.."

"Anjir, yang ada sebelum ngeliat, muka mereka udah item semua kali.."

Bunda yang melihat aku dan kak Arka beradu argumen pun hanya menggeleng pasrah. Sebab, Bunda telah terbiasa dengan kelakuan dua orang anaknya ini. Setiap pagi pasti selalu ribut. Selalu saja ada masalah.

"Arka,kamu ini sudah dewasa nak. Ngalah sama adik. Punya adik satu aja ributnya tiap hari. Gimana mau punya adik tiga coba?" Ujar Bunda.

" Yaelah. cukup bun.. Cukup.. Cukup satu aja.. Jangan banyak-banyak. Kalo tiga, Arka bisa mati sebelum ajal kali bun, kan ribet ngurusinnya. "

I M P O S S I B I L I T YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang