"Aduh kenapa juga gue yang disuruh sih?" Keluh seorang gadis tanpa memperdulikan langkahnya yang sedikit berlari.
****
Flashback on"Fy lo disuruh nyerahin berkas yang tadi diminta Bu Sera" ucap gadis bernama Sarah pada sahabatnya yang sibuk dengan ponselnya.
"Fyra cepetan sana!" Sarah mengguncangkan bahu kanan sahabatnya itu. Namun, tak ada balasan dari si gadis yang tak lain sahabatnya.
"Ya ampun SHAFYRA VANDELLA!!" Teriak Sarah sembari menarik ponsel Fyra. Ia tampak kesal karena Fyra tak menggubris perkataannya
"Iya.iya.iya" ucap Fyra dengan wajah tak berdosanya. Fyra berdiri dari kursi yang ia duduki, kemudian ia melenggang pergi keluar kelas menuju ruang guru dengan membawa sebuah berkas bersampul hijau ditangannya. Kebetulan pada saat itu waktunya istirahat.
Flashback off
*****
Beberapa menit yang lalu ia diberitahu oleh salah satu temannya untuk segera memberikan berkas itu. Hingga jadilah seperti ini. Fyra berjalan dengan tergesa atau mungkin bisa dikatakan sedikit berlari.Ia diminta Bu Sera, salah satu guru sekolahnya untuk meminta tanda tangan pada seluruh ketua kelas disekolahnya. SMA Senopati 2. Bu Sera memberitahunya bahwa berkas itu digunakan sebagai data sekolah.
Sebenarnya sudah hampir seluruh ketua kelas ia mintai tanda tangan. Tapi ada 9 ketua kelas lagi yang belum ia minta. Dan sekarang ia harus meminta tanda tangan mulai dari ketua kelas 12 IPA 1 sampai dengan ketua kelas 12 IPA 9. Dan beruntungnya sederetan kelas itu berada tak jauh dari ruang guru.
****
Fyra terus berjalan dengan gerutuannya. Ia cukup lelah. Tapi masih ada 3 kelas lagi. Fyra terlihat sesekali mengusap keringat di lehernya dengan punggung tangannya.
Ia tak perduli dengan tatapan-tatapan memuja, iri, terpukau dan lain sebagainya yang dilemparkan oleh beberapa warga sekolah.
Ia dikenal sebagai gadis yang agak dingin, tapi ia juga dikenal sebagai gadis tercantik disekolahnya. Fyra terkenal bukan hanya karena kecantikannya, tapi juga karena kecerdasannya yang diatas rata-rata.
Banyak teman atau kakak kelas lelakinya yang mendekati Fyra. Tapi tak pernah satupun dari mereka yang berhasil mendapatkan hati seorang Fyra.
****
Fyra sampai pada kelas terakhir. 12 IPA 1. Ia berhenti sejenak sebelum mengetuk pintu kelas yang tertutup. Fyra tampak sedang mengatur napasnya yang tersengal-sengal akibat ia berjalan tergesa tadi.
Setelah merasa cukup baik, ia mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu itu. Tapi tangannya hanya sampai di udara, karena pintu tersebut sudah terbuka lebih dulu.
"Eh Shafyra, kenapa Fy? Tumben kesini" Tanya seorang lelaki dengan tatapan bingungnya. Ia cukup terkejut dengan kedatangan Fyra didepan kelasnya.
"Ketua kelas ada? Bu Sera meminta tanda tangannya diberkas ini" Ucap Fyra pada lelaki tersebut sembari menunjukkan berkas yang ia bawa
"Dia lagi keluar. Kenapa minta sama ketua kelas? Nih ada kakak yang kalo kamu minta jalan ayo aja hehehe" balas sang lelaki dengan cengiran kudanya.
"Ya udah ka makasih. Saya permisi" jawab Fyra dengan nada datarnya. Ia tahu, bahwa lelaki ini adalah salah satu diantara sekian banyaknya lelaki yang mendekatinya. Ka Satria.
Fyra meninggalkan kelas itu dengan tergesa. Waktu istirahat hampir habis. Ia tak ingin berlama-lama diluar kelasnya. Bukan. Bukan karena tak mau ketinggalan pelajaran. Tapi ia risih dengan tatapan warga sekolah dan juga ia lebih nyaman di dalam kelasnya.
Fyra semakin mempercepat langkahnya.
"Fy awas jatoh"
"Hey adik manis hati-hati"
"Wah bidadari lewat"
"Keringetan tambah cantik"
Dan blablabla. Masih banyak lagi perkataan orang-orang yang terdengar olehnya, tapi ia tak perduli itu.
Hingga....
BRUKKK
"Aduh" Fyra mengaduh
"Sshhh" desis seseorang
****
"Bidadari gue jatoh bro"
"Yah si cantik jatoh"
"Aduh adik manis jatoh"
"Bro ayo tolongin"
"Jangan! Liat tuh" tunjuk kakak kelas Fyra pada salah seorang pria yang sedang memegangi bahu kirinya.
"Bubar bro. Bubar!" Ucap kakak kelas itu setelah melihat tatapan tajam dari pria yang ditabrak Fyra.
"Sorry kak, saya buru-buru" Fyra mengambil berkas hijau itu yang tergeletak tak jauh dari tempat ia berdiri. Karena tadi sempat terjatuh.
"Berkas tanda tangan ketua kelas?" Tanya pria yang ia tabrak. Pria itu sempat melihat berkas yang ia pegang tadi sebelum terjatuh.
"Iya" ucap Fyra sembari menganggukan kepalanya. Ia belum mengarahkan kepalanya keatas untuk menatap pria itu yang memiliki tinggi melebihi dirinya.
"Saya belum" pria itu mengambil berkas yang dipegang Fyra
"Ini" setelahnya ia mengembalikan berkas yang telah ditanda tanganinya.
"Thank's kak" ucap Fyra yang masih menunduk merapikan roknya
"Hmm" ia hanya menjawab dengan dehemannya.
"Bu Sera nggak akan marah" ucapnya lagi.
Fyra menengadahkan kepalanya untuk menatap pria itu. Sekian detik mereka bertatapan. Hingga tatapan itu terputus karena sang pria meninggalkan Fyra. Fyra hanya mengedikkan bahunya atas sikap lelaki itu.
"Kak namanya belum!" Seru Fyra. Kemungkinan pria itu masih bisa mendengarnya, dilihat dari jarak mereka yang tak begitu jauh. Ia melihat di dalam berkas itu, pria tadi belum menuliskan namaya.
"Gavin.Gavin Ganendra." ucap sang pria tanpa menolehkan kepalanya kebelakang. Ia tetap menatap kedepan meneruskan langkahnya.
Setelah mengetahui namanya Fyra melanjutkan langkahnya menuju ruang guru
"Akhirnya selesai juga" ucap Fyra sembari menggoyangkan berkas ditangannya
******
Inilah dia. Batin Gavin
######
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
A.L.D.E.B.A.R.A.N
Teen FictionIni bukan kisah tentang dia, mungkin ia hanya sebagai bintang di rasi Taurus, Aldebaran. Aldebaran-ku yang hanya kepingan memori. Tapi takdir seolah mempermainkan hidupku. Aku pun tahu, seperti itulah cara bekerjanya takdir, membolak-balikkan sesuat...