Fyra memasuki sebuah rumah dengan gerbang coklat tua yang lumayan besar. Dibagian depan terdapat taman yang begitu indah, karena memang mamanya sangat menyukai tanaman. Dibagian teras ada 4 buah pilar kokoh berwarna putih sebagai penyanggah rumah. Memang rumah tersebut secara keseluruhan bernuansa putih.
Papa Fyra bekerja sebagai seorang arsitek terkenal. Jasanya dihargai sekitar 70 juta/rumah, dan 80 juta/gedung. Papa Fyra juga mempunyai 2 buah hotel dikawasan Bandung dan Dubai. Itulah sebabnya Fyra beserta keluarganya mempunyai rumah besar ini.
"Loh Fyra udah pulang nak? Tumben cepet" ucap tante Lisa. Mama Fyra. Ia penasaran kenapa putrinya pulang cepat. Ini jarang terjadi. Karena jika sekolahnya dipulangkan lebih awal, pasti Fyra tidak akan langsung ke rumah. Dia akan pergi bersama Sarah atau sekedar menyendiri di tempat- tempat tertentu.
"Iya mah tadi cuma ada 2 guru yang ngajar. Setelahnya dipulangkan. Karena semua guru datang ke acara resepsi anaknya kepsek." Fyra menghampiri mamanya yang sedang duduk di sofa, kemudian menyalaminya.
"Oke, Fyra mau makan? Mama udah masak" tanya sang mama
"Iya mah, tapi aku ganti baju dulu ya" balas Fyra sembari menaiki tangga menuju kamarnya dilantai 2
"Iya" jawab mamanya
"Mama siapin ya" lanjutnya
****
Malam harinya Fyra sibuk dengan laptonya. Ia diminta sang papa untuk melihat pendapatan perusahaan hotelnya selama 2 bulan ini.
Ya. Fyra terkadang membantu papanya untuk mengurus hotel. Tapi, Fyra hanya mau mengurus hotel di Dubai saja. Karena ia tidak ingin terlalu dipusingkan dengan usaha perhotelan.
Sesekali ia bersenandung mengikuti irama dari ipodnya. Tampak kerutan didahinya, ia begitu serius memeriksa sederetan angka itu.
Fyra berdecak, sepertinya ada sedikit kesalahan disana. Setelahnya Fyra mengambil ponselnya di samping kanan laptop. Kemudian ia mematikan ipodnya, Fyra sedang menghubungi seseorang.
"Hubungi bagian Income Officers. Minta dia untuk merekap ulang." Ucap Fyra dingin pada orang sebrang.
"Baik nona" balas si lawan bicara
"Saya nggak mau ada kesalahan lagi dilaporan ini" balas Fyra masih dengan nada dinginnya
"Ini sudah ketiga kalinya." Lanjut Fyra.
"Akan saya sampaikan nona" balasnya
Fyra memutus panggilan tersebut. Ia tampak sedikit kesal. Orang yang tadi ia hubungi adalah Mr. Zio. Dia orang yang bekerja di hotel milik papanya. Dan memang sebagian besar pekerja hotel tersebut berasal dari Indonesia. Mereka cukup tau bagaimana sikap anak dari pemilik hotel tersebut. Maka dari itu tak ada yang berani membantah perintah Fyra.
Fyra kembali fokus pada laptop itu. Namun suara notifikasi line dari ponselnya mengganggu konsentrasi Fyra. Ia mengambil ponselnya kemudian membuka chat line yang baru masuk tersebut.
Fyra terlihat mengepalkan sebelah tangannya yang berada di atas meja, sebelum berkata
"Sialan!" Umpat Fyra setelah melihat pesan itu. Wajahnya terlihat begitu dingin, dan tatapannya sangatlah tajam, seakan hanya dengan tatapannya saja Fyra dapat membunuh siapapun.
Fyra menutup laptonya dengan kasar. Kemudian ia menyambar jaket bomber biru navynya dan topi hitam juga kacamata hitam. Sebelum itu ia mengikat rambutnya kuncir satu dibelakang dengan gerakan cepat
****
"Cawang, Restaurant seafood Aira. Sama dan banyak. Cepet!" Begitulah isi chat line yang Fyra lihat dan berhasil membuat amarah Fyra memuncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.L.D.E.B.A.R.A.N
Teen FictionIni bukan kisah tentang dia, mungkin ia hanya sebagai bintang di rasi Taurus, Aldebaran. Aldebaran-ku yang hanya kepingan memori. Tapi takdir seolah mempermainkan hidupku. Aku pun tahu, seperti itulah cara bekerjanya takdir, membolak-balikkan sesuat...