Ketika satu hati menuntut untuk memiliki namun jarak tak memihaknya. Jarak tak kasat mata antara kamu dan aku.
***Maafkan aku baru up😂
****Gavin memasuki sebuah rumah megah bergaya klasik dengan pilar kokoh dibagian depan, yang keseluruhan sisinya dilapisi cat berwarna cream dan tampak begitu indah juga elegant. Ia keluar dari dalam mobilnya dan berjalan ke arah salah satu supir dirumahnya.
"Pak tolong masukin garasi ya. Mobil saya taruh dibelakangnya aja, besok pagi mau saya pakai" ujar Gavin pada Pak Sapto
"Baik tuan" Pak Sapto menganggukan kepalanya
Gavin melangkah kedalam rumahnya, 'mungkin udah tidur' batin Gavin melihat rumah yang begitu sepi. Ini sudah hampir tengah malam, dan Gavin baru saja sampai dirumahnya. Sebelum pulang, Gavin makan malam bersama kedua sahabatnya, setelahnya Ia mengantarkan mereka kerumah masing-masing. Lalu Gavin kembali ke rumah Fyra untuk menunggu Sarah, ia rasa Sarah masih berada dirumah Fyra, dan tebakannya benar.
Gavin ingin meminta penjelasan perihal pria yang tadi siang bertandang kerumah Fyra dan membuat kekacauan disana. Cukup lama Gavin menunggu didalam mobilnya, namun ternyata Sarah memberinya pesan bahwa ia akan menginap dirumah Fyra, dan tak memungkinkan menemui Gavin saat itu juga. Akhirnya Gavin memutuskan kembali pulang kerumah, jadilah ia sampai pukul 11 malam.
Gavin berjalan menaiki tangga ke lantai 2 rumahnya, ia mengetuk pintu kamar orangtuanya dan kamar adiknya untuk memastikan ketiganya sudah tidur. Mengetahui keluarganya sudah tertidur, ia berjalan ke arah kamarnya, menutup pintu kamar dan langsung menuju balkon kamarnya.
Gavin duduk dikursi balkonnya, ia mengambil kotak rokok dan pemantiknya, menarik satu batang rokok lalu membakarnya dengan pemantik sehingga terbentuk kepulan asap kecil dari mulut dan hidungnya. Gavin bukanlah seorang perokok aktif, ia melakukan itu hanya ketika ia stress atau sedang dalam beban pikiran.
Pria ini memperhatikan kepulan asap yang keluar setelah ia menghisap rokok itu dan menghembuskan nafas, ia mengikuti kemana asap rokok itu pergi, Gavin mengalihkan tatapannya untuk menatap langit malam, menyelami pemandangan bintang dan bulan.
Pria itu meraba saku celananya, ia mengeluarkan ponselnya dan mengehela napas panjang saat melihat tak ada satupun pesan dari seseorang yang ia tunggu, Fyra. Gavin khawatir dengan keadaan gadis itu, ia ingin bertanya pada Sarah namun diurungkan karena sekarang bukan waktu yang tepat.
Gavin membuka group chatnya, ia mengirim pesan disana, dan ia yakin kedua sahabat gilanya itu belum tidur.
Gavin G: gue ketemu Sarah bsk. Lo pd ikut?
Rayno Adipta: ikut lah, secara lo pasti mau nanyain cowok sialan itu kan?
Radit Han: ayo dah mumpung libur
Gavin G: gue blm nemu tempat. Saran?
Radit Han: cafe biasa aja Vin
Rayno Adipta: iya bener sekalian makan. Tapi jan lupa bayarin kita ya Vin
Gavin G: oke jam 12. Gaada jemput!
Radit Han: yaelah vin jemput dong
Setelahnya Gavin menutup group chat itu dan beralih pada kontak Sarah, ia ingin memberitahu Sarah untuk bertemu dengannya besok.
To: Sarah Clareeta
Sar bsk temuin gue jam 12. Gue share loc bsk. Jng ketauan Fyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.L.D.E.B.A.R.A.N
Teen FictionIni bukan kisah tentang dia, mungkin ia hanya sebagai bintang di rasi Taurus, Aldebaran. Aldebaran-ku yang hanya kepingan memori. Tapi takdir seolah mempermainkan hidupku. Aku pun tahu, seperti itulah cara bekerjanya takdir, membolak-balikkan sesuat...