Tok tok tok
"Fyra papa bawa makanan kesukaan kamu nak" ujar papa Fyra mengetuk pintu kamar putrinya.
Cklek
Pintu dibuka. Nampak seorang gadis yang masih mengenakan baju seragamnya sebagai atasan.
"Kok belum mandi?" Tanya sang papa ketika melihat anak perempuannya masih memakai seragam sekolah, sedangkan sekarang sudah pukul 7 malam.
"Hehehe iya pah nanti Fyra mandi" jawab Fyra dengan cengiran kudanya
"Ya udah sana cepet mandi. Papa bawa makanan kesukaan kamu" ucap papa Fyra
"Mana pah?" Tanya Fyra yang tidak melihat papanya membawa kantung belanjaan apapun
"Ya dibawah Fyra." Ucap papanya
"Sana cepet mandi" lanjut papa Fyra sembari mendorong putrinya kearah kamar mandi yang terletak di kamar Fyra sendiri.
****
"Mamaaaaaaa kak Gavin senyum-senyum sendiri tuh" teriak seorang gadis yang sedang berlari kecil menuruni tangga untuk menuju dapur menemui mamanya.
"Berisik Sha!" Ucap Gavin menanggapi adiknya yang berteriak seperti cabe cabean. Gavin yang terlihat juga menuruni tangga membawa sebuah map coklat ditangannya.
"Ye lagi kak Gavin ngapain coba senyum-senyum sendiri didalam kamar" cibir Meisha yang sudah berdiri disamping mamanya
"Stop stop! Udah ayo kita makan" ucap tante Risa, mama Gavin
"Vin kamu panggil papa kamu gih di ruang tamu. Keasyikan baca koran itu papamu" ujar mamanya lagi
"Iya mah Gavin emang mau kesana. Cuma gara-gara Meisha aja nih jadi kelupaan." jawab Gavin melirik adiknya yang hanya bisa menampilkan cengiran kuda
"Ya udah cepet" ucap mamanya
Gavin membalikkan badannya, berjalan ke arah ruang tamu rumahnya.
"Pah ini udah Gavin periksa. Semuanya beres kok pah" ujar Gavin memberikan map coklat yang tadi ia bawa untuk papanya.
"Udah semua Vin? Tumben kok cepet?" Tanya om Dafa, papa Gavin
"Udah semua pah. Gavin lagi nggak ada tugas" jawab Gavin
"Ya udah pah kita makan dulu"
"Iya ayo"
"Sebentar Gavin!" Ujar Papanya memegang lengan Gavin
"Tangan kamu kenapa?" Tanya Papa Gavin melirik telapak tangan putranya yang terlihat sedang di tutupi kain kasa dan kapas
"Oh ini biasa pah" jawab Gavin santai
Papanya hanya bisa menggelengkan kepala mendengar jawaban Gavin
"Mama tau?"
Gavin menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Setelahnya mereka berlalu menuju meja makan
****
Fyra tak bisa tidur dengan nyenyak. Mulai dari telentang, miring ke kanan, miring ke kiri, tengkurap, sampai duduk menyandarpun sudah ia coba. Tapi tetap saja Fyra tak bisa menutup matanya.
Kejadian sore tadi terus berputar di kepalanya. Bukan. Bukan ketika pria misterius itu mencoba mencelakakan Gavin. Tapi ketika Fyra mengobati tangan Gavin yang terluka dan ketika ia diantar pulang oleh Gavin.
Entahlah. Fyra juga tak mengerti mengapa begitu. Fyra sempat terpesona ketika melihat Gavin dengan jelas. Jujur saja, Gavin sangat tampan. Bahkan melebihi batas ketampanan pria. Gavin memiliki mata coklat gelap, hidung mancung, alis tebal, garis rahang yang tegas, dan dada bidang kokohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.L.D.E.B.A.R.A.N
Teen FictionIni bukan kisah tentang dia, mungkin ia hanya sebagai bintang di rasi Taurus, Aldebaran. Aldebaran-ku yang hanya kepingan memori. Tapi takdir seolah mempermainkan hidupku. Aku pun tahu, seperti itulah cara bekerjanya takdir, membolak-balikkan sesuat...