It Hurts : END

5.9K 251 16
                                    

Hari ini Emily pulang.

Dad bilang, pertunangan akan di laksanakan tiga hari lagi-lebih cepat lebih baik, katanya. Ha-ha, basi.

Aku dan Xavier sekarang-benar-benar jauh. Aku sudah benar-benar sendirian sekarang. Kalau ibaratkan bintang, bahan bakarku sudah habis-hanya menunggu sedikiit lagi waktu untuk meledak-yang berujung menjadi black hole. Miris. Kapan juga hidupku tidak miris?

***

Dua hari sebelum pertunangan Xavier dan Emily.

Emily masih sibuk dengan gaunnya-tampak begitu bahagia. Sangat kontras dengan diriku.

Aku belum juga bertemu Xavier sampai detik ini sejak insiden itu. Rasanya, seperti sudah beribu-ribu tahun aku tidak bertemu dengannya.

Aku merindukannya. Ya, tentu. Tapi sampai kapanpun, aku akan memilih untuk diam.

***

Satu hari sebelum pertunangan Xavier dan Emily.

Aku semakin-merasa sekarat. Merasa.. akan kehilangan nyawaku dalam hitungan detik-atau pada kenyataannya, dalam hitungan jam.

Sedangkan Dad, Tante Lis, dan Emily, tampak sangat-sangat bahagia. Oh, sebegitu terbuangnya kah aku? Jawabannya, ya.

Aku membutuhkan Xavier sekarang juga. Tapi, dua bukan lagi Xavier-ku. Dalam hitungan jam, dia akan menjadi Xavier milik Emily-tidak peduli bahwa hatinya adalah milikku--dan begitu sebaliknya.

***

Hari pertunangan Xavier dan Emily.

Kalau bagi mereka ini adalah hari yang sangat berbahagia, ini adalah kiamat untukku-akhir dari hidupku.

Kenapa, aku harus merasakan begitu indahnya, hangatnya, saat-saat aku bersama Xavier kalau pada akhirnya ini semua akan terjadi?

Kenapa, kenapa, kenapa, kata itu terus berputar di kepalaku.

Aku sudah siap dengan balutan long dress putih yang sederhana-dan elegant pada saat yang bersamaan.

Hatiku merasa tercurangi; seharusnya, aku yang akan berdiri di samping Xavier, saling bertukar cincin. Bukan Emily, bukan.

Kenapa, ini semua terasa tidak adil?

"Non, tamu-tamu sudah datang. Non di minta turun ke bawah," suara Mbok Min.

Aku mengangguk, "Aku turun, Mbok."

Dan, aku turun ke lantai bawah.

Tamu memang sudah berdatangan.

Tapi, dari sekian banyak tamu yang hadir, mataku bertemu juga dengan matanya. Mata birunya. Mata dari sosok yang aku rindukan.

Aku menahan napas saat dia berjalan ke arahku.

Dia berhenti di depanku. Membisikan kalimat di telingaku, "Satu-satunya yang aku sayang, cuma kamu. Dan, selamanya akan begitu."

Dengan itu, suara sang pembawa acara terdengar. Bersamaan dengan Xavier yang berjalan meninggalkanku.

"Acara pertunangan Xavier Lember dan Emily Rose Lynn akan di mulai," samar-samar aku mendengar suara sanng pembawa acara.

Dengan itu, aku benar-benar kehilangan sumber cahaya-ku. Dan sekarang, aku bukan lagi bintang yang menunggu untuk meledak. Tapi, aku sudah menjadi black hole.

Sekarang, aku sendiri.

Sendiri.

Here, in the shadow,

And i need someone by my side.

THE END

===============================

HAAAA! akhirnya selesai juga. makasih, buat yang udah baca cerita yang abal-abal ini. yang omong-omong, bisa ngetik kata 'the end' tuh udah seneng banget.

daaaan, rencananya sih mau buat sequelnya. gimana?

It HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang