Chapter 9

46 2 0
                                    

Erland POV.

Disini aku sekarang, dirumah tempat aku di besarkan dari kecil. Tempat yang dulu masih ada kehangatan didalamnya. Namun sepertinya kehangatan itu sudah hilang.

Tidak ada yang berubah dari rumah ini. Masih sama seperti saat terakhir aku meninggalkan tempat ini. Nyatanya saat aku berdiri disini kilasan masa lalu kembali berputar di pikiranku. Jujur saja membuatku rindu sekaligus benci akan kenangan tersebut.

Waktu sudah pukul 8 malam, saat mataku menatap jam yang berada disamping tempat tidur. Mommy tadi bilang padaku, untuk ke ruang makan saat jam 8. Dan itu artinya sekarang aku harus kebawah.

"Baru Mommy pengen panggil kamu." Ucap Mommy sambil meletakan menu-menu dimeja makan, saat melihatku sudah muncul di ruang makan. aku juga meliha Bi Surti sedang membantu Mamah. Sedangkan di meja makan aku hanya melihat punggung Eren yang sudah duduk di kursinya. Mataku tak melihat keberadaan Daddy di kursi makannya.

Tidak selang beberapa menit Daddy muncul dari arah kamarnya menuju ruang makan. Langkahnya mendekat dan duduk di kursinya. Ini pertemuan pertama kami saat aku sampai di rumah ini. Tidak ada sapaan seperti dulu yang kami keluarkan saat bertatap muka. Sekarang hanya ada tatapan biasa saja.

"Ayo sekarang kita makan." Suara Mommy dimulainya acara makan malam kami. Hanya keheningan dan sendok yang menemani kami.
Sampai akhirnya suara Daddy mulai terdengar.

"Bagaimana kabar kalian selama tidak pulang kerumah?."

"Daddy!." Suara Mommy.

Tanya Daddy dengan kalimat menyidir padaku dan juga Eren. Sambil menatap kami sekilas dan melanjutkan makannya kembali. Tanpa peduli dengan tatapan yang Mommy memperingatkan untuk Daddy.

"Maaf Dad. Dan kabarku baik." Suara Eren menjawab pertanyaan Daddy. Aku hanya diam dan melanjutkan makan tanpa mau menjawab.

"Dan kau, Erland?." Ucap Daddy menyudahi makannya karna tidak mendapatkan balasan atas pertannyaannya yang pertama.

Mataku menatap lurus kearah mata Mommy yang saat ini menatapku gelisah. "Aku baik." Jawabku dengan biasa, lalu melanjutkan makanku lagi.
Meskipun hubunganku dan Daddy tidak baik. Tapi sebisa mungkin aku masih mengormatinya. Begitupun sebaliknya Daddy masih meperhatikan keadaanku sampai saat ini.

"Saat acara lusa, Daddy akan mengenalkanmu sebagai anak Daddy, Erland." Ucapan Daddy langsung membuat nafsu makanku menjadi hilang.

"Kenapa harus diperkenalkan? Aku lebih suka kehidupanku yang sekarang! Tidak dikenal sebagai keluarga Kenzie." Jawabku emosi menatap Daddy. Aku tidak suka indentitasku terbuka sebagai bagian keluarga Kenzie. Dan itu artinya aku harus menjaga nama baik keluarga Kenzie.

"Erland!." Ucap Eren memperingatkan agar aku lebih sopan saat berbicara pada Daddy.

"Tidak ada bantahan Erland, kau adalah anakku. Aku harus mengenalkanmu pada rekan kerjaku." Jawab Daddy menatapku sama dinginnya sepertiku. Membuatku mulai bisa mengendalikan emosiku.

"Baiklah. Dan aku hanya minta, jangan katakan jika kami bersaudara kembar." Ucapku menatap Daddy dang Eren dengan dingin. "Aku selesai." Ucapku Menyudahi acara makan malam. Dan melangkah kelantai atas, kamarku sendiri.

*****

Author POV.

Erland melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Rumahnya sudah gelap dan sepi, mungkin waktu sudah tengah malam, dirinya tidak melihat jam dikamarnya karna sibuk mengerjakan pekerjaan kantor yang dibawanya.

For You Ai (FYA) - [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang