"Apa hari ini kau akan bekerja di club milik Nick atau club milik Justin." tanya salah satu teman sang gadis yang diberi pertanyaan.
"Entah mungkin di club Nick mungkin juga di club milik Justin. Jika perlu aku bisa bekerja di kedua tempatnya yang terpenting aku bisa mendapatkan uang." jawab sang gadis yang masih menikmati kopi di tangannya.
"Aku heran padamu. Kenapa kau memilih pekerjaan seperti ini padahal kau masih muda dan pendidikanmu juga cukup tinggi dariku." kata seorang gadis yang sedang menikmati tehnya.
"Elsa apa aku bisa berhenti dari dunia ini aku rasa hidupku terasa semakin berat."tanya gadis penikmat kopi
"Jika yang kau maksud adalah ketika berhenti dari pekerjaan malammu kau bisa melakukannya tapi ketika kau berhenti dari takdir hidupmu kau tak bisa melakukanya dan yang perlu kau lakukan sekarang ini adalah menjalaninya Oliv." ucap Elsa seraya menggengam tangan Oliv mencoba untuk memberi kekuatan.
"Aku takut jika kebohongan demi kebohongan yang aku tutupi nanti terbongkar dan ibuku tau semuanya." tak terasa bulir-bulir air mata yang sempat tertahan, lolos begitu saja seiring dengan perasaan sakit yang dirasakan.
"Sepandai-pandainya kau menyimpan bangkai akan ketahuan jua, waktu itu akan datang Oliv tapi bukankah selama waktu itu belum datang kamu sudah mempersiapkan semuanya. Anggaplah hidupmu normal seperti lainnya. Ketika mereka tertawa kamu harus ikut tertawa dan ketika mereka sedih kamu usahakan jangan sedih karena kamu yang harus kuatkan mereka." nasehat Elsa membuat Oliv termenung menyerap setiap kata.
"Terkadang wajah harus mengkhianati hati Oliv, ketika hatimu sedih usahakan jika wajahmu terus tersenyum. Karena dengan begitu kesalahanmu saat ini akan tertebus sedikit demi sedikit." tambah Elsa
"Bagaimana dengan wajahku aku bisa menebus sedikit demi sedikit kesalahanku?" Oliv belum memahami maksud Elsa yang terakhir tadi.
"Kau tetap tersenyum sebagai kekuatan dan penyemangat orang lain walaupun kamu sendiri sedang merasa sakit yang mereka tidak tahu. Itulah penghapus dosamu sedikit demi sedikit."jelas Elsa dengan penuh pengertian bagai seorang kakak yang menasehati adiknya.
"Sepertinya apa yang kau ucapkan memang benar aku harus memberi mereka semangat hidup, karena jika aku memasang wajah seperti yang kau katakan akan membuat mereka hancur. Dan hancurnya mereka adalah ketamatan dalam hidupku." rasa kopi sudah tidak lagi bisa menenangkan rasa sedih Oliv, air mata yang tadinya jatuh dalam tempo lambat kini jatuh semakin cepat.
"Aku yakin kau bisa mengahadapi semuanya karena kau adalah pemberani tidak perlu kau takutan jika suatu saat rahasiamu terbongkar karena kau sudah menyiapkan semua penjelasanya." Elsa tersenyum tulus, senyum seorang sahabat.
Elsa lucian adalah teman kerja sekaligus sahabat ketika Oliv merasa semuanya akan hancur. Kesabarannya dalam memberi arahan dan didikan mana yang baik dan buruk membuat Elsa juga menjadi sosok ibu kedua bagi Oliv. Usia memang berbeda 4 tahun tapi tidak salah bukan? Jika menjalin persahabatan.Olivia atau yang kerap dipanggil Oliv adalah gadis yatim yang harus berjuang keras untuk membiayai dirinya dan ibunya yang sakit keras. Terkadang hidup bahagia kerap kali lebih memilih pergi menjauh dari seseorang untuk menguji, begitu juga yang dialami Oliv. Banyak harapan yang selalu dia panjatkan tapi seakan tidak pernah didengar oleh Tuhan karena jika Tuhan mendengarkannya seharusnya jalan takdir hidup Oliv berubah walau tidak berubah sepenuhnya.
"Ngomong-ngomong apa kau tidak berangkat kuliah?" melihat posisi Oliv yang dengan santainya duduk dibangku kafe bersama dengan Elsa.
"Tidak aku hari ini bolos."jawab Oliv enteng.
"Hai apa ini karena kau mahasiswa terpintar di universitasmu hah! Jadi seenaknya kau bolos." Elsa merasa heran dengan Oliv yang terlalu enteng menanggapi ketidak hadirannya. Memang Oliv adalah mahasiswa terpintar dikampusnya dia juga mendapat bea siswa penuh selama masa kuliahnya. Dan tahun besok adalah tahun bagi dirinya lulus.
"Tentu tidak hari ini aku bolos kuliah karena, ibuku mau pergi kerumah sakit untuk cek up pukul 10.00." Oliv selalu menyempatkan dirinya untuk mengantar ibunya cek up di rumah sakit.
"Ya ampun kau bilang pukul 10.00 apa kau tidak lihat jam sekarang menunjukkan pukul berapa cantik." sindir Elsa sambil melirikan matanya kearah jam.
"Astaga aku baru sadar sekarang sudah pukul 09.30, Elsa maaf aku harus pergi meninggalkanmu disini karena aku harus pulang kerumah untuk menemani ibuku." memasukkan ponselnya kedalam tas dan siap-siap untuk pergi meninggalkan kafe.
"Tak masalah, kau pergi saja sekarang titipkan salamku pada ibumu. Semoga ibumu lekas sembuh Oliv." Elsa memberi pelukan ringan pada Oliv sebagai tanda penguat bagi Oliv.
"Terimakasih atas do'amu semoga saja Tuhan mendengarkannya. Ini untuk membayar sarapan kita." Oliv meletakkan 2 lembar uang 50.000. "Dah sampai bertemu nanti malam." ucap Oliv seraya berlari meninggalkan kafe.
"Lihat dia masih saja sama tak memberikanku kesempatan untuk membayar makanan yang dinikmati selama ini."oceh Elsa lirih sambil memandang siluet tubuh Oliv yang semakin mengecil.
Setelah kepergian Oliv, Elsa masih tetap duduk di cafe sembari menikmati sarapan yang belum sempat tersentuh karena harus memberikan nasehat pada sahabatnya,Olivia.
Terlihat sangat rapuh jika orang lain sudah mengetahui kehidupan Oliv yang sebenarnya. Tapi tidak jika tidak mengenal baik kehidupannya. Karena yang akan tampak dari wajah Oliv hanya senyum bahagia dan wajah cerah ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
FACE
RomanceDibalik semua kebahagiaan yang ada di wajahku tidak selalu dengan benar melukisakan semua yang kualami dan rasakan di dalam hati. Banyak cara aku ingin mengubah wajah dan hatiku untuk tidak saling berkhianat . Tapi disisi itu juga aku tak ingin meli...