BAB 10 (olivia)

31 10 4
                                    

Aku tak percaya ini sudah gelas kesepuluh natan meminum minuman dengan kadar alkohol paling tinggi. Aku melihat jiwanya sangat rapuh, apa ini jiwa natan yang sesungguhnya? Jiwa yang banyak orang tidak mengetahui.

"Satu gelas lagi." natan meletakkan gelasnya di hadapanku.

"Anda sudah sangat mabuk tuan apa tidak sebaiknya anda berhenti untuk minum." aku mencoba menghentikan acara minum gilanya ini.

"Buatkan aku satu gelas lagi!" teriak natan,
Sedikit orang melihat natan karena teriakannya.

"Tidak tuan anda sudah benar-benar mabuk."aku tidak tega melihatnya yang rapuh seperti ini.

"Aku mohon buatkan aku satu gelas lagi, akan ku bayar berapapun untuk satu gelas minuman yang kau racik karena aku menginginkannya." apa dia dalam keadaan benar-benar frustasi?

"Tidak tuan sebaiknya anda pulang. Akan saya panggilkan nick atau justin untuk mengantar anda." aku mencoba mencari nick dan justin di meja yang mereka tempati tadi. Tapi hasilnya nihil, akhirnya aku berlari ke ruangan nick tapi hasilnya juga sama tidak ada tanda-tanda keberadaan orang di dalamnya. Tidak mau menyerah aku tanyakan semua pegawai yang ada di club nick ini untuk mengetahui dimana keberadaan justin dan nick.

"Hai oliv kau mencari siapa?tanya nadia salah seorang pekerja di club ini.

"Mencari nick dan justin apa kau melihatnya?"tanyaku siapa tahu saja dia melihatnya tadi.

"Mereka sudah keluar sejak 1 jam yang lalu membawa wanita-wanita baru. Kalau kau tanya kelanjutnya pasti kau tau sekarang mereka sedang bergulat panas." nadia mengerling nakal padaku, membuat aku hanya menunduk malu.

"Baiklah terimakasih nadia." ku balikan tubuhku dan meninggalkan nadia yang sudah bergelayut manja dengan pelanggan lainnya.

Huffft bagaimana ini apa aku yang harus mengantarkannya. Tapi jika tidak ku antarkan kasihan juga dia. Emmm baiklah aku antarkan saja toh dengan aku menolong orang aku mendapatkan pahala dan imbalan kebaikan dikemudian hari.

Aku ambil dompet yang ada di dalam saku celananya. Bukan untuk mengambil uang dan kartu kredit limitidnya tapi untuk melihat alamat rumahnya. Perumahan etcon aku eja dengan pelan nama perumahan ini bagaimana bisa dia memiliki salah satu istana di deretan perumahan mewah ini.

Sekarang bagaimana aku mengantarkannya, dengan mobil? Aku tidak bisa menjalankan mobil apalagi jenis mobil mewah. Tak ada cara lain aku harus mencari taxi yang masih lewat pada waktu yang hampir pagi ini.

Ku lambaikan tanganku untuk mengentikan taxi yang melewati club milik nick. Hufftt untung saja masih ada taxi jika tidak sudah kupastikan dia akan kutendang saja sampai depan rumahnya.

"Maaf pak, apa bapak bisa mengantarkan saya." ucapku sopan pada supir taxi yang usinya sama seperti usia ibu saat ini.

"Bisa non, non ingin saya antarkan kemana? Balas supir itu dengan sopan.

"Tapi sebelum itu saya mohon bantuan bapak untuk memapah teman saya yang berada di club ini, dia sedang mabuk berat." aku mengucapkannya dengan penuh hati-hati takut dia menolak dan tidak mau mengantarkanku pulang.

"Baiklah akan saya bantu non." aku dan bapak supir tadi memasuki club dan memapah natan dengan masing-masing tangan natan yang di rangkulakn di bahuku dan bahu supir taxi tadi.

Ku letakkan kepala natan di pangkuanku untuk memudahkannya dalam posisi tidur saat di dalam taxi. Tidak membutuhkan waktu yang lama karena letak perumahan natan berada di pusat kota.

Ku ulurkan kartu identitas milik natan kepada penjaga agar dapat masuk. Perasaan kagum dan heran masuk dalam pikiranku bagaimana bisa natan memiliki istana terbesar di kompleks ini, dan untuk apa istana sebesar ini.

"Ada apa dengan tuan natan nona." tanya maid yang membukakan pintu untukku dan natan masuk.

"Tuan hanya mabuk, kalau saya boleh tau dimana kamar tuan natan bibi."tanyaku sesopan mungkin.

"Mari ikut saya nona." maid itu berjalan didepan memberikan arahan ke kamar milik natan

"Ini nona kamarnya." aku bingung dengan selera natan yang semua terlihat sangat moderen dan maskulin lihat saja pintun kamarnya sudah menggambarkan sekali kepribadiannya yang kokoh dan maskulin.

Aku masuk dengan natan yang masih dipapah olehku. Kuletakkan tubuhnya diatas tempat tidur dengan ukuran king size. Melepas sepatunya melonggarkan dasi dan sabuknya lalu keselimuti hingga sebatas dada.

Tak lupa aku juga meletakkan dompet yang sempat ku ambil untuk melihat alamat rumahnya di atas meja samping tempat tidur.

Huuueeekkk...

Natan memuntahkan semua isi perutnya hingga baju dan jas yang ia kenakan menjadi kotor. Aku ingin menggantikan bajunya tapi bukan wewenangku untuk menggantikannya. Tapi jika tidak aku gantikan itu sangat menjijihkan.

Dengan sedikit terpaksa aku melepaskan baju kotor karena muntahan yang melekat di tubuh natan dengan perlahan. Tidak ingin membuatnya terbangun dan melihat apa yang kulakukan. Memang bukan hal yang menjijihkan yang kuperbuat tapi bagaimanapun juga jika seorang wanita tertangkap basah sedang membuka baju laki-laki pasti membuat malu.

"Huhhhh semoga saja yang kuperbuat tidak salah di mata Tuhan." aku mulai membuka satu demi persatu kancing baju milik natan hingga terlepas.

Ya Tuhan bagaimana bisa kau menciptakan laki-laki dengan kesempurnaan seperti dewa yunani. Dengan lembut aku mengelus badannya. Ini pertama kali bagiku melihat tubuh laki-laki yang setengah telanjang.

Puas dengan mengelus dada bidangnya aku mulai mengelus wajahnya penuh kehati-hatian. Hidungnya yang mancung, alisnya yang indah, rahang yang tegas, bibir merah yang seksi rambut-rambut halus di sekitaran dagu membuat semuanya benar-benar sangat pas dan sesuai.

Entah setan darimana yang masuk ketububku membuatku ingin mencium pipinya. Dengan penuh tekad aku menangkupkan wajahnya dan mendekatkan bibirku di pipi kirinya .

Cupp

Tunggu dulu bukan pipi yang ku cium tapi ini bibir? Tapi bibir milik siapa? kubuka mata yang tadi sempat tertutup ketika akan mencium pipi mlik natan. Aku terkejut karena bibir yang saat ini menempel dbibirku adalah milik natan.

"Beraninya kau ingin mencium pipi orang yang sedang tidur." ucap natan dengan nada yang mengancam.

"Ma..maaf tuan sa..saya tidak bermaksud untuk mencium tuan." aku mengucapkannya dengan terbata-bata. Di saat seperti ini dia sangat menakutkan.

"Sebaiknya saya pulang tuan." ku langkahkan kakiku untuk meninggalkan kamar milik natan.

"Siapa yang menyuruhmu pergi dari kamarku." dia menghentikan langkahku dengan ucapannya yang dingin dan tajam

"Kembali kesini atau kau akan kulemparkan dari jendela kamar." mendengar ancamannya sungguh tidak ingin kubayangkan bagaimana mungkin aku akan dilempar dari jendela kamarnya yang berada di lantai 3 tamat sudah jika itu terjadi nanti.

Dengan langkah susah payah karena takut aku mendekatinya kembali ke posisiku semula sebelum aku pergi tadi. Natan masih menatapku dengan tatapan tajamnya menilai diriku dari atas kebawah dari ubun-ubun hingga ke ujung kaki.

Aaaaaa

Aku berteriak refleks karena natan menarik tanganku dan membuatku terjatuh diatas tubuhnya. Dia memeluk pinggangku dengan erat membuatku tidak dapat bergerak. Wajahku yang bersemu merah karena malu kuletakkan di dada bidangnya.  Bagaimana mungkin gadis seperti diriku berada di atas tubuh seorang lelaki dengan kesempurnaan deea yunani.

"Tetaplah diposisi seperti ini karena aku menginginkanmu tidur diatasku malam ini." dia mengatakannya seperti tanpa dosa, membuat jantungku memberontak ingin keluar dan kupu-kupu di perut ingin bertebrang. Ini semua seperti mimpi saja jika benar ini mimpi aku mohon jangan bangunkan aku, karena aku menyukai semua mimpi ini.

FACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang