BAB 7 (Elsa)

22 9 0
                                    


Jam dinding dikamarku masih menunjukkan pukul 07.00 tapi olivia sudah memberikan pesan padaku untuk menemani ibunya kerumah sakit. Mau tidak mau aku harus memurutinya karena dia adalah sahabat sekaligus adikku. Keinginanku untuk membantu mungkin bisa melalui hal seperti ini karena bantuan berupa uang olivia tak pernah mau menerima dengan alasan dia masih mampu untuk mencarinya dan itu tandanya dia tidak perlu dikasihani.

Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan ibu olivia dirumah sakit ini. Olivia memang mengatakan di pesannya jika ibunya akan melakukan pengobatan, tapi pengobata apa? Dan sebenarnya penyakit apa yang di derita ibu olivia? Semua itu terus saja berputar dan memenuhi ruang otakku.

"Nak elsa apa via memberitahumu ibu akan melakukan apa dirumah sakit ini?" tanya ibu olivia padaku.

"Aku tidak tahu tante apakah sebelumnya tante tidak diberitahu oleh oliv untuk apa tante datang kerumah sakit ini?" aku juga bingung harus menjawab apa jadi kubalikan saja pertanyaannya.

"Panggilah aku ibu elsa karena via sudah menganggapmu kakak berarti kau juga anakku." ucapan ibu olivia sangatlah menyentuh. Sudah lama sekali aku tidak memanggil seseorang dengan sebutan ibu semenjak sepeninggalnya orang tuaku karena kecelakaan mobil.
Bahkan aku sudah tidak mengingatnya lagi, tapi disini ibu dari sahabatku menganggapku anaknya. Kebabagianku seperti kembali lagi setelah hilang terlalu lama.

"Terimakasih karena tante maksudku ibu sudah menganggapku sebagai anakmu." tak terasa air mataku menetes perlahan

"Hai jangan menangis nak, tidak baik untukmu jika menangis karena akan membuat mukamu jelek nanti." orang yang sudah kuanggap ibu sekarang memeluk dan mengusap lembut punggungku. Kasih sayangnya benar-benar sama dengan kasih sayang mom dulu. Perasaan hangat dari pelukannya menjalar dalam diriku dan rasa ingin melindunginya tumbuh dengan kuat dihatiku.

Dia adalah ibuku sekarang dan olivia adalah adikku maka aku akan menjaga mereka dari apapun yang membahayakan diri mereka. Karena aku tidak tahu jika mereka pergi apa yang akan terjadi padaku.

"Permisi apakah benar ini dengan keluarga pasien mrs. Rose?" tanya suster dengan sopan. Mrs rose sendiri adalah ibu olivia dan ibu baruku.

"Benar ada apa sus." semoga saja tidak ada hal buruk nantinya.

"Pasien harus dibawa ke ruangan untuk segera melakukan terapi."jelas suster masih dengan bahasa sopan santunya yang formal.

"Baiklah, kalau boleh susster bisa menunjukkan jalannya." suster itu hanya tersenyum mengangguk sebagai jawaban ya dan mari ikut saya.

Aku dan ibu rose berhenti di depan ruangan dengan pintu kacanya. Ku baca papan yang berada di atas pintu, membuatku terkejut dan harus melawan ketidak berdayaanku mengetahui kondisi ibu baruku ibu rose. RUANG KEMOTERAPI aku yang bukan lagi orang awam mengenai hal itu dapat menarik kesimpulan jika penyakit yang diderita olrh ibu rose adalah kaknker dan itu pasti sudah stadium terakhir karena kondisi tubuhnya yang kurus dan pucat.

"Silahkan masuk mrs rose." ucap sang suster mengintrupsi elsa untuk mengehentikan lamunannya.

"Terimakasih ya nak, kamu sudah mau mengantar ibu kerumah sakit." belum sempat aku menjawab sama-sama suster sudah mendorong kursi roda yang dipakai ibu untuk masuk kedalam ruangan tersebut.

Aku akan minta penjelasan ini nanti pada olivia bagaimana bisa dia menyembunyikan hal berat ini dariku, apa dia menganggapku sebagai sahabatnya jika beban amat berat ditanggung dirinya sendiri dan dengan egois setiap olivia ditanyai mengenai keadaan ibunya dia selalu memjawab hal-hal yang terkadang kurang pas atau sesuai dengan proporsi pembicaraan.

Disisi lain aku juga bangga padanya karena dia tetap tersenyum mengahadapi semuanya dan tidak menunjukkan beban hidupnya pada orang lain.

"Elsa, maafkan aku terlambat untuk datang kerumah sakit." ucap olivia dari kejauhan. Wajahnya saja bahkan masih terlihat tenang walau nadanya seperti khawatir.

"Tidak masalah ibumu baru saja masuk kedalam ruangan. Oliv apa maksud semua ini kenapa ibumu masuk kedalam ruang KEMOTERAPI." kata kemotrapi sangat dijelaskan ucapannya olehku karena aku tau pasti oliv dapat memahaminya.

"Maafkan aku Elsa jika baru memberitahumu saat kau sudah dapat memahami semuanya. Dan jawabannya adalah iya untuk apa yang kau pikirkan." aku hanya bisa menutup mulutku tak percaya, ibu rose ibu baruku harus mengalami ini semua. Sekaranga kau mulai berfikir kenapa Tuhan tega sekaki memberi cobaan pada oliv dan ibunya seberat ini.

"Maafkan aku juga oliv aku seharusnya membantumu, apalagi kau ini sahabatku dan adikku tidak sepantasnya aku membiarkanmu kesusahan." rasa menyesal menyelimuti hatiku, karena kurang tanggap untuk membantu oliv bukan dalam hal materi tapi dukungan dan semangat hidup.

"Kau tidak salah elsa. Terimakasih jika kau sempat memikirkan untuk membantuku, tapi maaf sebaiknya kau tidak perlu membantuku karena aku tidak ingin kau terjerat dengan masalah hidupku kau sahabatku dan aku tidak ingin membuatmu terbebani." Bahkan masih sempat-sempatnya oliv memikirkan aku akan menjadi terbebani atau tidak. Hatimu sangat baik oliv ..

"Tapi aku hanya ingin membantumu. Jika aku tak boleh membantu dalam hal uang aku masih bisa membantu merawat ibumu, dan jika masih tidak boleh aku akan membantu memberimu semangat tolong jangan larang aku. Aku ini sahabatmu dan seharusnya aku menolongmu " aku hanya ingin mengurangi beban dipundakmu oliv. Kau memang selalu tenang dan tersenyum tapi tidak bisa menutupk beban itu dari matamu. Matamu tidak bisa membohongiku.

Oliv akhirnya mengangguk setelah berkali-kali kubujuk syukurlah aku bisa sedikit membantunya merawat ibu rose.

Tak beberapa lama ibu rose keluar wajahnya masih sama tampak pucat dan kesakitan. Aku tak tega melihat kondisinya. Aku mendorong kursi roda ibu menuju taman sedangkan oliv sendiri sedang memenuhi pembayaran untuk kemoterapi di bagian administrasi rumah sakit.

"Terimakasih kamu sudah mau menjadi sahabat sekaligus kakak bagi via. Ibu sedikit merasa tenang jika ibu meninggalkannya." ucap ibu yang masih memandang lurus luasnya taman

"Apa yang ibu rose ucapkan. Ibu akan sembuh percayalah karena Tuhan akan menjaga dan melindungi ibu dari apapun."aku harus meyakinkan ibu untuk optimis sembuh.

"Tapi ibu merasa jika ibu dalam waktu dekat akan meninggalkan via dan ketika waktu itu datang tolong jaga via karena via tidak memiliki siapapun selain dirimu nantinya." tapi jika waktu itu datang ibu, aku akan memohon dengan sangat keras pada Tuhan untuk tidak mengambilmu. Karena kau sangat berharga bagi bia dan bagi diriku.

Aku berjanji akan merawatmu agar cepat sembuh. Akan ku tentang keras jika Tuhan mengambil nyawa orang yang aku kasihi kali ini karena aku belum cukup untuk menikmatk kasih sayang seorang ibu.

"Ibu harus tetap otimis untuk sembuh. Aku akan menjaganya kapanpun bu, karena dia adalah adikku termasuk separuh bagian tubuhku."aku mengucapkan janji itu dihadapan ibu rose.

FACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang