Joanna dan Evan duduk berdua di halaman belakang, sementara Jonathan sudah beralih ke ruang tengah, bermain PS. Ia tidak mau meninggalkan kakaknya sendirian, sejujurnya ia jadi ikutan khawatir mengenai Evan, bagaimana jika apa yang dirasakan Joanna ada hubungan nya dengan masa lalu mereka dan saat ini kakaknya tidak bisa mengingat apapun mengenai masa lalunya. Jonathan sesekali melirik kearah mereka berdua.
"Hari ini kamu gak kemana-mana Jo?" Tanya Evan
Joanna menggelengkan kepalanya, "Tadi Bunda pesan supaya aku dan Jhon tidak kemana-mana hari ini. Bunda pulang cepat katanya, mungkin ada yang mau di omongin"
Evan manggut-manggut mendengar jawaban Joanna.
"Apa kamu belum juga mengingat sedikitpun tentang aku?" Tanya Evan penuh selidik
Joanna kembali menggeleng, "Nope". Jari jemarinya masih mengelus-elus cangkir tehnya yang sudah kosong, ia berusaha menghilangkan kegugupan dalam dirinya. Sementara Evan menghela napasnya sambil tersenyum, Joanna tidak mengerti apa arti helaan napas itu.
"Terus hubungan kita gimana Jo?"
Pertanyaan Evan membuat keadaan menjadi hening seketika, Joanna sudah mengambil keputusan mengenai hubungan mereka, tapi tetap saja lidahnya berat untuk berkata-kata. Ia khawatir akan menyakiti hati Evan, tapi ia juga tidak mau terus menerus terbebani dengan keraguan yang menggelayuti hatinya.
"Evan, sebelumnya aku minta maaf. Aku harap kamu tidak marah"
"Ada apa, apa kamu mau mutusin aku?"
"Bukan seperti itu.Bukan nya aku tidak ingin melanjutkan hubungan kita, tapi aku pengen kita mulai lagi dari awal"
"Maksud kamu?"
"Kondisi ku saat ini seperti ada di ruangan kosong, berjalan meraba-raba ke arah mana aku akan melangkah. Masa laluku belum kuingat sama sekali, segala hal tentang kita pun tidak aku ingat sama sekali. Jika sebelumnya kamu mampu membuatku jatuh cinta saat inipun pasti tak sulit untukmu membuat aku jatuh cinta lagi kepadamu. Aku hanya ingin semuanya dimulai dari awal lagi. Apakah kamu mau melakukan itu untukku?"
Joanna dapat melihat rahang wajah Evan tampak mengeras, "Apa kamu tidak punya perasaan apa-apa lagi padaku?"
"Jujur, saat ini aku tidak merasakan apa-apa. Maafkan aku, lebih baik aku berterus terang, aku tidak bisa selamanya menghindari kamu. Demi hubungan kita di masa lalu, makanya aku ingin kita mulai dari awal lagi, benar-benar dari awal lagi saat aku bukan menjadi milik siapa-siapa, dan jika kamu ingin aku kembali mencintaimu seperti dulu, maka lakukanlah seperti dulu aku memilihmu menjadi calon pendampingku"
Joanna sebenarnya sangat sangat gugup mengatakan itu semua, tapi dengan lancarnya ia mencurahkan semua isi hatinya. Baginya masa depan adalah hal yang penting, ia tidak mau ambil langkah keliru dengan salah memilih pendamping.
"Baiklah Jo, aku pasti bisa memiliki kamu seperti dulu. Dan kali ini aku harap kamu jangan menghindari usaha-usahaku untuk mendapatkan hatimu kembali" jawab Evan sambil menangkup tangan Joanna dengan kedua tangan nya.
Joanna terkesiap seketika, ia meremas-remas sendiri tangan nya yang mulai berkeringat. Tak lama ia melepaskan pegangan Evan saat Jonathan memanggil dirinya dan Evan untuk makan siang. Joanna menghela napas lega saat Jhon memanggilnya di saat-saat tepat. Sebenrnya Joanna merasa sangsi bisa berhubungan dengan Evan karena tubuhnya ini tidak bisa di ajak kompromi, memangnya apa yang membuat tubuh ini begitu tegang saat berada di dekat Evan? Joanna tidak bisa menemukan jawaban nya,ia harus menunggu Melanie mengingat semua kejadian di hari naas itu.
***
Setelah makan malam, Joanna, Jonathan dan Bunda Mona duduk bersama di ruang tengah. Jonathan duduk di lantai yang dilapisi karpet bulu tebal di depan TV, menonton kartun favoritnya, Naruto. Joanna dengan manjanya memilih berbaring di sofa dan meletakkan kepalanya di pangkuan Bunda Mona.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Not Me (End)
General FictionCERITA PERTAMA DAN TULISANKU YANG PERTAMA :D *Tidak berminat revisi, biar senyam-senyum terus liat ini. Inilah tulisan pertamaku yang ilmu nulisnya masih cetek banget. I did it, and proud of it* Highest rank #37 at 28/08/2017 Dulu dia hanya seorang...