Five • Si Gadis Pirang

148 9 0
                                    

Jam beker di samping tempat tidur Will berbunyi. Laki-laki itu berusaha untuk menggapai dan mematikannya.

"Will! Bangunlah! Mom ingin minta tolong kau ke kota untuk membeli beberapa bahan kebutuhan!"

"Mhmm." Will menggeliat di atas kasurnya. "Baiklah, mom. Aku akan bangun dan bersiap-siap."

"Turunlah segera setelah kau bersiap-siap! Mom sudah menyiapkan sarapan untukmu!"

Will pun bangun dan menuju kamar mandi. Ibunya beranjak turun ke bawah.

Begitu selesai mandi dan bersiap-siap. Will membuka tirai jendela kamarnya dan melihat ke seberang, dilihatnya kamar gadis itu sudah kosong. "Mungkin dia sudah bangun, apa sebaiknya kuajak dia ke kota menemaniku?"

Refleks dia melihat jam bekernya, sudah menunjukkan pukul 9 pagi. "Mungkin sebaiknya aku ajak Ash ke kota menemaniku." Will tersenyum riang. Dia pun turun ke bawah sambil bersiul. Menuju ruang makan untuk sarapan.

Eleanor yang mendengar siulan dan melihat tingkah putra semata wayangnya itu menjadi terheran-heran. "Kau terlihat bahagia. Apa kau bermimpi indah, Will?"

"Iya, kah?" Will tampak tersipu. "Aku tidak ingat bermimpi apa semalam.." jawabnya terkekeh.

"Tidak biasanya kau bersiul-siul di pagi hari atau kau begitu senang mom menyuruhmu ke kota?"

Will hanya tersenyum. Pikirannya menerawang. Ini akan menjadi hari sempurna karena dia akan pergi seharian bersama Ash.

"Nah, aku sudah selesai sarapan mom." Will berdiri dan mengecup pipi ibunya.

"Oh, iya. Ini kunci mobilnya, hati-hati menyetir sayang," kata Eleanor sambil tersenyum kepadanya. "Ngomong-ngomong, kau tidak mau mengajak Ashilla ke kota bersamamu?"

Kedua sudut bibir Will naik ke atas. "Aku berencana mengajaknya mom."

Eleanor pun tertawa. "Dasar anak muda."

Will beranjak keluar dan menuju ke rumah Ash yang berada tepat di sebelah rumahnya. Sesampainya, dia pun memencet bel. Lalu, pintu rumah terbuka.

"Mencari siapa?" tanya Bibi Esperanza sambil memperhatikan Will dari atas ke bawah.

"Maaf, saya tetangga sebelah, baru saja pindah kemarin. Apakah Ashilla ada? Karena saya berencana mengajaknya ke kota." jawab Will agak canggung.

"Hmm, sayang sekali. Ashilla baru saja pergi ke kota bersama temannya, kira-kira setengah jam yang lalu. Mungkin kau bisa menyusulnya." jelas Bibi Esperanza.

"Ah, baiklah kalau begitu. Aku akan menyusulnya ke kota. Terima kasih, permisi." ucap Will sopan.

" Sama-sama." ujar Bibi Esperanza.

Will pun menuju mobilnya, dia agak kecewa tidak bisa mengajak Ash menemaninya ke kota. Tapi tidak apa-apa, mungkin dia bisa bertemu Ash di kota. Dia pun men-starter mobilnya dan mulai menuju kota sambil berharap dia bisa bertemu Ash di sana.

∞∞∞

Will sampai di kota, ia pun memarkir mobilnya. Sesaat setelah keluar dari mobil, dia melihat sekeliling. "Dimana aku harus belanja bahan-bahan?" Lalu dia melihat seorang gadis remaja turun dari mobil. Gadis itu cantik berambut pirang dan kira-kira seumuran dirinya. Dua gadis lainnya turun dari mobil, mereka adalah teman si gadis pirang itu, satu berambut cokelat dan satu lagi berambut hitam.

Will pun menghampiri mereka. "Maaf, apakah di sekitar sini ada supermarket?" tanyanya kepada si gadis pirang itu.

Gadis pirang itu, Hannah Conrad, agak kaget lalu terpana saat melihat Will. Dia agak canggung karena mungkin ketampanan Will membuatnya terpesona.

"Ada Hart Mart sekitar dua blok dari sini."

"Oh, terima kasih."

Will pun segera berlalu sebelum sepersekian detik Hannah mencegatnya.

"Maaf, kita belum berkenalan. Aku sudah membantumu, kan?" sambar Hannah. Jelas dia tidak mau kehilangan kesempatan untuk berkenalan dengan si pria tampan.

"Oh, iya maaf. Namaku William Alexander Hall. Panggil saja, Will"

"Aku Hannah Conrad. Panggil saja, Hannah. Bisa aku meminjam ponselmu?"

Will yang agak sedikit bingung tapi tidak curiga menyodorkan pondelnya dan Hannah pun mulai memencet nomor-nomor di screen-nya.

"Nih, nomorku." Hannah mengembalikan ponsel Will. "Aku sudah menyimpannya di buku teleponmu, kalau saja kau butuh bantuan lagi dariku," ucapnya dengan sedikit nada yang merayu dan lirikan mata.

Will sepertinya menyadari apa yang terjadi. Dia pun mengangguk dan tersenyum meninggalkan Hannah bersama kedua temannya; Sam dan Emily.

"Astaga! Pria itu tampan sekali! Apa dia orang baru di kota ini? Aku belum pernah melihatnya," ucap Sam.

"Apa dia akan menjadi targetmu, Hannah?" tanya Emily.

Hannah tidak menjawab pertanyaan kedua temannya. Tapi jelas senyum tersungging di bibirnya. Dia tertarik dengan pria itu, William Alexander Hall. Dan ekspresi juga tatapan Hannah seakan merencanakan sesuatu untuk bisa bertemu lagi dengannya. Hannah terus menatap Will yang semakin pergi menjauh lalu berbelok di blok pertama dan menuju Hart Mart.

Will agak kebingungan belanja bahan-bahan. Jujur saja ini pertama kalinya dia berbelanja. Biasanya dulu saat tinggal di apartement di New York, dia selalu memesan makanan yang kebetulan apartement itu punya fasilitas pesan antar fast food.

Braaakkk!

"Ah, maaf. Sekali lagi maaf, saya tidak sengaja," sahut gadis itu sambil membereskan barang-barang yang jatuh dari keranjangnya.

Will pun dengan sigap membantunya dan ketika sudah selesai memasukkan semua barang, mereka bertatapan. "Kau?"

"Astaga! Kita bertemu lagi di sini." ucap gadis itu yang ternyata adalah Hannah Conrad. Diam-diam dia mengikuti Will, menyuruh kedua temannya pulang duluan dan mengatur semua ini.

"Ah, iya, antara kita kebetulan bertemu atau kau mengikutiku?" tanya Will curiga.

"Yap! Aku ketahuan! Aku mengikutimu, tapi memang aku akan belanja di sini. Terima kasih sudah membantuku," jawab Hannah mengelak.

"Sama-sama. Kita impas sekarang," ujar Will santai.

"Jadi, kau orang baru di sini?"

"Yeah, aku baru pindah dari New York."

"New York? Aku berencana kuliah di sana," ujar Hannah, "ngomong-ngomong, bagaimana kalau kita mampir dulu ke kedai kopi di dekat sini?"

"Mm, sebenarnya aku harus langsung pulang...."

"Oh, ayolah Will! Tidak akan lama, aku janji! Dan ini adalah kedai kopi terbaik di kota ini, kau tidak akan menyesalinya! Aku yang traktir!" Hannah memaksa dan menarik lengan Will menuju Jeff's Coffee, salah satu kedai kopi terbaik di Windsor County, yang letaknya tidak begitu jauh dari Hart Mart.

Will pun mengikuti Hannah walau enggan. Dia sebenarnya ingin mencari Ashilla untuk menemaninya di kota hari ini. Tapi apa daya, takdir berkata lain. Will hanya bisa berharap di kedai kopi itu dia akan bertemu Ashilla.

∞∞∞

WINDSOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang