Twenty Three • Kencan Ganda

75 7 0
                                    

“Will, aku ingin minta maaf padamu. Aku tidak ingin kau membenciku. Sungguh! Aku benar-benar minta maaf atas kejadian Halloween dan karena sudah memprovokasimu,” ucap Hannah dengan segala bujuk rayuan mautnya.

Will sebenarnya tidak peduli, tapi dia kasihan juga pada gadis itu. Dari semenjak kejadian Halloween, terus-terusan saja Hannah meminta maaf dan merayu padahal dirinya tidak menggubrisnya.

“Baiklah. Aku memaafkanmu Hannah. Lagipula aku tidak mau masalah ini berlarut-larut,” tukas Will

Hannah senang sekali akhirnya bisa merayu Will untuk memaafkan dirinya. “Baiklah Will, sebagai tanda terima kasihku karena kau sudah mau memaafkanku. Aku ingin sekali mentraktirmu nonton. Bagaimana kalau kita keluar bersama minggu depan?” tanyanya.

Will mengkerutkan dahinya. Dia tak habis pikir dengan apa yang direncanakan Hannah. Selesai merayu dirinya untuk memaafkannya. Gadis itu seperti ingin mengajak pergi berkencan dengannya. Will pun berpikir untuk menggoda Hannah. Ini benar-benar di luar rencananya.

“Bagaimana kalau kita berkencan? Cukup sehari saja. Hanya kau dan aku?” Will melancarkan aksinya.

Hannah kaget! Seorang William Alexander Hall mengajaknya berkencan? Memang hanya sehari saja, tapi pikiran Hannah langsung membayangkan –Bagaimana jika Ashilla tahu kalau dirinya yang diajak berkencan pertama kali oleh Will?– ini pasti akan menjadi hal yang menyenangkan untuk membuat gadis itu cemburu, pikirnya. Hannah pun tersenyum licik lalu menjawab, “baiklah. Aku terima ajakan kencanmu, William Alexander.”

∞∞∞

Jam istirahat tiba. Ash dan Karen keluar dari kelas. Mereka menuju kamar mandi sebelum ke kantin. Saat itu, Ash dan Karen tidak menyadari ada yang mengikuti mereka ke toilet. Yap, Hannah dan sekutunya.

Ash sedang di dalam salah satu bilik toilet, saat ingin membuka pintu sebelum tertahan dengan obrolan yang didengarnya dari balik pintu.

“Em, apa kau tahu? William Alexander mengajakku berkencan minggu depan.” Hannah berbicara kepada temannya Emily dengan volume suara yang sengaja dibesarkan dengan penyebutan nama William Alexander. Jelas Hannah sengaja, karena dia tahu Ashilla sedang berada di salah satu bilik toilet.

“Apa kau serius Hannah? William Alexander? Aku pikir dia menaksir gadis itu! Kau tahulah, namanya siapa? Ah! Ashilla!” kata Emily dengan nada menyindir.

“Mungkin Will hanya sekedar suka? Faktanya aku, kan, yang diajak kencan olehnya, bukan gadis itu. Mungkin karena efek kami berciuman waktu pesta Halloween. Sudah yuk! kita keluar,” ujar Hannah mengajak sekutunya keluar dari toilet.

“Kau baik-baik saja, Ash?” tanya Karen, ketika dirinya sudah keluar dari salah satu bilik toilet.

“Yeah, tentu saja aku baik-baik saja. Memangnya kenapa?” jawab Ash dengan senyum yang dipaksakan.

“Sungguh kau baik-baik saja? Will mengajak Hannah berkencan dan kau akan berkencan dengan Jackson. Bagaimana bisa hubungan kalian jadi begini?”

“Entahlah.” Ash mengendikkan bahunya. “Mungkin aku akan mengikuti saranmu. Mencoba jalani dulu dengan Jackson.”

∞∞∞

Akhir pekan ini Ash akan berkencan dengan Jackson. Sudah seminggu ini dia menghindari Will. Di sekolah dia sama sekali tidak bertemu dengannya. Mereka pun tidak berangkat ke sekolah bersama. Ash meminta ayahnya untuk mengantarnya dan pulangnya dia selalu bersama Karen.

Will beberapa kali terlihat seperti ingin bicara dengannya. Dia juga beberapa kali mengirim pesan whatssap sekedar mengucapkan “selamat malam” tapi tak dibalasnya. Ash merasa bersalah memperlakukan Will seperti itu. Sekali lagi, dia mengacuhkannya tanpa penjelasan. Ash yakin Will pasti frustasi dan merasa dirinya melakukan kesalahan padanya.

Ingin rasanya Ash berbicara pada Will. Menanyakan apa benar dia mengajak Hannah berkencan. Tapi diurungkan niatnya itu. Toh, dia ini bukan siapa-siapa Will? Ash merasa tidak ada hak untuk mempertanyakan siapa yang akan dia ajak berkencan. Bukankah ini yang selalu Ash pikirkan? Bahwa Will dan Hannah serasi? “Mereka sempurna. Seakan memang di takdirkan bersama.”

Ash tidak memberitahu Will bahwa akan berkencan dengan Jackson. Untuk apa? Tidak penting bukan? Karena Will juga tidak menceritakan apapun kalau dia mengajak Hannah berkencan. Entah kenapa hatinya menjadi panas mengingat kenyataan itu. Jika memang dia memilih untuk mencoba menerima Jackson, bukankah setidaknya hatinya ini bisa menerima kenyataan Will dan Hannah akan berkencan?

Ash yang sedari tadi berpikir di atas kasurnya tidak menyadari kalau Will sedang memperhatikan dirinya dari kamarnya. Ash belum menutup tirai jendelanya, bahkan jendela kamarnya sedikit terbuka. Angin dingin berhembus mengenai beberapa helai rambutnya. Ash bergidik. Kemudian menoleh ke arah jendela yang sedikit terbuka, tapi dia terpaku dengan kehadiran Will di seberang.

Ash memandangnya untuk beberapa saat. Will memberi kode ingin berbicara padanya. Namun, langsung saja Ash beranjak menutup jendela kamar dan tirainya. Tanpa penjelasan. Ash seakan-akan tidak mengenal tetangga di seberang kamarnya itu. Bersikap tidak peduli kepada seseorang yang sudah mengisi hatimu itu sungguh kejam, tapi tak lebih kejam ketika kau buat seseorang jatuh cinta lalu kau bermain-main dengan perasaannya.

WINDSOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang