Six • Bantuan Tak Terduga

137 9 0
                                    

"Jadi, bagaimana menurutmu? Apa kita harus berkumpul di markas hari sabtu nanti? Aku akan menghubungi Danny dan Alex."

"Bukankah Alex masih magang?"

"Dia sudah selesai hari jumat nanti, mana mungkin dia masih terus magang sedangkan hari senin depan kita sudah harus kembali ke sekolah."

"Ah, benar juga. Aku penasaran bagaimana dia mengerjakan makalahnya...."

"GILA! Ngapain dia ke sini? Apa dia mengikuti kita? Segala dia bawa pacarnya!" gerutu Karen hampir saja berteriak.

"Siapa?" tanya Ash sambil menoleh ke belakang. Dia melihat Hannah Conrad di pintu masuk bersama seorang pria tampan. Ash memperhatikan si pria itu, tunggu dulu....

"ITU WILL!" Kedua bola mata Ash membulat sempurna.

Bagaimana bisa Will bersama Hannah? Kapan mereka bertemu? Di mana? Atau mereka memang sudah saling kenal? Semua pertanyaan-pertanyaan itu bermunculan di kepalanya.

Jelas Ashilla kaget, tetangga barunya itu datang ke kedai kopi bersama Hannah, cewek paling populer di SMU Windsor High School dan bahkan di kota ini. Dia pasti akan langsung jadi buah bibir begitu dia masuk ke sekolah minggu depan.

Ash kembali menatap Will dan kali ini laki-laki itu tanpa sengaja melihatnya. Will hendak memanggilnya tapi Ash buru-buru memalingkan muka.

Kalau saja Will tidak sedang bersama Hannah, Ash pasti menyambutnya. Tapi melihat situasi antara sahabatnya, Karen dan Hannah. Lebih baik dia pura-pura tidak mengenalnya.

"Tampan juga pacarnya. Aku penasaran apa dia tahu bagaimana kelakuan Hannah?" tanya Karen sambil mendengkus.

Ashilla hanya mendengarkan. Tidak tahu harus berkata apa. Dirinya juga bingung bagaimana mereka bisa saling mengenal? Atau mereka punya hubungan saudara? Sepertinya tidak, Ash sama sekali tidak tahu. Dia menoleh lagi untuk melihat Will dan ternyata laki-laki itu sedang memperhatikannya. Sekejap dia kembali memalingkan muka.

"Karen, sebaiknya kita pergi dari sini. Aku tidak mau kau terbawa emosi karena Hannah. Dan aku harus mengerjakan makalahku, kumohon," ucap Ash panik.

Karen tidak menjawab tapi Ashilla melihat ekspresi muka sahabatnya itu agak bingung sambil melihat ke arah belakangnya. Dia pun menoleh, Will menghampiri tempat duduknya. Hannah ternyata sedang ke toilet.

"Ash, syukurlah aku bertemu denganmu di sini. Kupikir aku tidak akan menemukanmu," sapa Will dengan senyum semringah.

"Ah iya, sebenarnya aku sudah akan pulang. Kulihat kau datang bersama seseorang, jadi aku tidak mau mengganggumu," balas Ash dengan panik sambil melirik ke arah Karen yang memicingkan mata curiga.

"Kau akan pulang? Bagaimana kalau kuantar? Kita tinggal bersebelahan, bukan?"

"Iya, sebenarnya ... aku akan pulang bersama temanku...."

"Ash, kau pulanglah bersamanya," sambar Karen, "tiba-tiba aku teringat harus ke suatu tempat," lanjutnya kemudian dia memperkenalkan diri kepada Will.

"Aku Karenina Willow, sahabatnya Ash. Panggil Karen saja. Kulihat kalian sudah saling mengenal?"

"Aku tetangga barunya, William Alexander Hall."

"Oh, jadi kalian tetangga? Baguslah kalau begitu, aku serahkan Ash padamu. Tolong antarkan dia pulang dan saranku, tinggalkan saja gadis pirang yang datang bersamamu tadi," ucap Karen sambil terkikih.

Sesaat Will terlihat bingung lalu dia tersenyum.

"Gadis pirang mana yang kau maksud, Karen?" Tiba-tiba saja Hannah menyambar. "Dan kau Ash, memangnya Will supirmu? Kau bisa, kan, pulang sendiri dengan kedua kakimu?" ucapnya sinis.

Ash terdiam. Baru saja dia akan membalas kata-katanya, tapi Will sudah lebih dulu berbicara.

"Maaf Hannah, terima kasih kau mengajakku ke sini sehingga aku menemukan Ash, tapi aku rasa, aku harus mengantarnya pulang. Rencanaku memang ingin pergi dengannya hari ini, tapi sekali lagi maaf. Terima kasih traktiranmu. Dan ingat, kita sudah impas, bukan?" jelas Will panjang lebar dengan santai dan tetap menjaga ketampanannya.

Oh, ya ampun! Siapa yang tidak akan terpesona? Bahkan seorang Hannah Conrad pun hanya bisa menganga dan tidak bisa membalas perkataan Will.

Ash dan Karen saling bertatapan sambil tersenyum geli melihat ekspresi Hannah.

"Yuk, kita pulang?" ajak Will.

Ash menurutinya. Karen pun ikut bersama Will dan Ash meninggalkan Hannah sendirian. Sesaat Karen tertawa mengejek kepadanya. Ash hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya. Mereka bertiga keluar menuju lapangan parkir. Ash berpisah dengan Karen, lalu dia masuk ke dalam mobil Will. Mereka pun meluncur kembali ke rumah.

"Bagaimana kau bisa kenal Hannah Conrad?" tanya Ash penasaran.

"Hannah itu, bagaimana bisa kenal denganmu?" Will malah balik bertanya.

Ash yang agak kesal ditanya balik mencoba menjelaskan.. "Hannah Conrad itu cewek populer di SMU Windsor High School, bahkan di kota ini. Dia dan sahabatku, Karen, adalah musuh bebuyutan dari zaman SD. Jadi, begitulah dia mengenal diriku."

"Oh, jadi Hannah ini cewek populer?"

"Yeah, kau beruntung Will! Mungkin kau akan jadi buah bibir di sekolah, kulihat Hannah menaksir dirimu. Kalian cukup serasi, tampan dan cantik."

Will terdiam. Dia menatap Ash."Gadis seperti Hannah sudah sering kutemukan di New York, mereka tidak menarik buatku."

"Oh, ya?" Ashilla mendecak. "Aku penasaran gadis seperti apa yang menarik buatmu?"

"Gadis sepertimu."

"Hah?"

"Kaulah gadis yang menarik, Ash ... setidaknya buatku," ujar Will sambil tersenyum.

Untuk sesaat jantungnya berdegup kencang. Ada sensasi aneh di hatinya. Ashilla tersipu. "Apa dia bilang? Aku menarik?"

"Bagian mana dari diriku yang menarik?" tanya Ash pada Will. Berharap cemas atas jawabannya.

Will tersenyum dan menatapnya. Senyum dan tatapannya membuat sensasi di hati Ashilla semakin tidak bisa dikendalikan. Dia berusaha menahannya. "Jangan menunjukkannya Ash!" Tapi Will sepertinya sudah menangkap apa yang terjadi pada dirinya. Dia tersenyum lalu tertawa geli melihat tingkah Ash yang tersipu.

"Kalau kuberitahu, kau tidak akan penasaran," kata Will menggoda.

Ash terdiam sejenak. "Dasar kau, Will!" Dia memukul bahu laki-laki itu tiada ampun begitu menyadari dirinya telah dikerjai.

"Eh, Hey! Aku sedang menyetir!"

"Biarin! Kalau kecelakaan itu salahmu!"

"Bagaimana itu salahku? Kau yang memukulku!"

Mereka bertengkar di sepanjang perjalanan pulang. Kemudian saling menggoda dan tertawa. Will menceritakan bagaimana dia bisa berkenalan dengan Hannah. Ash menjelaskan pada Will bagaimana Hannah sebenarnya. Dia menasihatinya untuk berhati-hati.

"Nah, kita sudah sampai."

Ash bergegas turun, Will pun mengikutinya."Eh kau tidak perlu mengantarku."

"Tidak apa-apa."

"Mmm, Will. Bolehkah aku meminta bantuan?"

"Yeah, tentu saja boleh."

"Apa kau bisa membuat makalah?"

"Makalah?" Will tertawa geli. "Kau ingin aku membantumu membuat makalah?"

Ashilla menyengir dan mengangguk. Lalu, dia mengajak Will masuk ke dalam rumahnya. Syukurlah Will memang benar-benar pintar membuat makalah. Ash berterima kasih sekali padanya. Mengingat minggu depan dia akan kembali ke sekolah.

Makalahnya selesai dalam beberapa hari. Mereka mengerjakannya bersama-sama di akhir sisa liburan. Will sendiri tampak senang bisa membantu Ash membuat makalah dan Ash tidak perlu cemas lagi soal tugas itu.

∞∞∞

WINDSOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang