Eighteen • After Party

85 7 0
                                    

Hari Senin, Ash memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Dengan alasan tidak enak badan, dia meminta izin untuk istirahat beberapa hari. Yah, memang dia tidak enak badan. Sejak minggu sore kemarin, Ash terkena demam tinggi akibat tercebur di kolam renang sabtu malam saat pesta Halloween.

Will berkali-kali menghubunginya, tapi tidak digubrisnya. Ash merasa butuh waktu dan tidak mau diganggu oleh laki-laki itu. Namun, Ash memberitahu sahabat-sahabatnya terutama Karen kalau dia tidak masuk sekolah karena sakit demam tinggi akibat insiden kolam renang.

Karen sahabat paling mengerti sedunia, dia tau banget kalau Ash alergi kolam renang dan paling gampang demam kalau sudah kedinginan juga masuk angin. Kemarin Karen sempat ke rumah Ash untuk melihat keadaannya yang bahkan tetangganya datang menjenguknya saja tidak, hanya menanyakan kabar lewat pesan.

Ash menceritakan pada Karen kalau dia melihat Will dan Hannah berciuman, yeah tidak tahu beneran ciuman apa tidak karena dia melihat dari jauh dan saat moment itu terjadi dia tidak sengaja ditabrak oleh Jem yang akhirnya diceburkan ke kolam renang. Ash masih kesal sekali pada Jem, ingin rasanya dia memaki pria brengsek itu nanti saat masuk sekolah.

Untung saja Jackson menolongnya kemarin, Ash ingin berterima kasih sekali pada Jackson. Karen bilang Jackson sangat murka pada Jem, dia khawatir sekali padanya. Sepanjang perjalanan pulang kemarin saat mengantar dirinya, Jackson membicarakan Ash terus. Karen agak sedikit cemburu, sepertinya dia menyadari Jackson lebih tertarik pada sahabatnya itu daripada dirinya. Ash meyakinkan Karen bahwa dia sama sekali tidak tertarik dengan Jackson.

Satu hal yang pasti sekarang Ash memiliki rasa ketertarikan dengan Will, tapi dengan kejadian di pesta Halloween kemarin hatinya langsung menciut, agak kesal dan benar-benar tidak mau diganggu oleh Will. Entah dia harus sedih atau marah kepadanya. Karen menghibur Ash, dia pikir Will tidak menyukai Hannah dan tidak mungkin dia mencium Hannah. Ash tidak peduli. Kepalanya sendiri pusing karena sakit demam dan flu berat.

Ash memutuskan kembali istirahat dan memejamkan mata. Ibunya mengizinkan untuk istirahat beberapa hari, dia akan meminta surat keterangan dari dokter. Ash membayangkan murid-murid di sekolah sedang membicarakannya kini. Hannah, Jem, dan mungkin saja Will sedang mentertawainya karena insiden kolam renang itu. Diambil ponselnya yang ternyata ada satu pesan belum terbaca.

WillAlexander

Kulihat kau tidak masuk sekolah hari ini? Apa keadaanmu belum baik?
Aku sungguh ingin tahu keadaanmu, aku ingin bicara denganmu.
Aku akan datang menjengukmu nanti sepulang sekolah, ya?

AshThompson

Jangan datang ke rumahku Will.
Aku sedang tidak ingin diganggu.

Entah apa yang ada dipikiran Ash membalas pesan Will seperti itu. Jujur saja dia menginginkan sekali dijenguk oleh Will. Ingin sekali dia mengirim pesan kepadanya untuk datang kerumahnya, tapi sudahlah ... kalau memang Will benar-benar mengkhawatirkannya seharusnya dia akan tetap datang meski sudah dilarang.

∞ ∞ ∞

Will tidak sengaja melihat Karen di lorong sekolah saat hendak ke kantin. “Hai Karen!” sapanya, “aku ingin menanyakan keadaan Ash, kulihat dia tidak masuk sekolah hari ini? Apa dia baik-baik saja?”

“Ash masih sakit, kemarin dia kena demam tinggi dan flu berat.” Karen mendecak. “Yang benar saja, Will!? Kau mencium Hannah, tapi kau bersikap peduli pada Ash?”

“Mencium Hannah? Tunggu dulu ... kami memang berciuman, tapi aku tidak menciumnya!”

“Tapi itu yang dilihat Ash! Kau tahu? Dia mungkin sedang sakit sekarang, tapi dia juga sedih sekali mengingat kejadian itu! Ditambah kau tidak datang menjenguknya! Astaga Will! Kau, kan, tetangganya!”

“Aku sudah menanyai kabarnya berkali-kali! Pesanku tidak ada yang dia balas! Dan baru saja tadi dia membalas bahwa dia tidak ingin diganggu olehku!”

“Kau tidak serius, kan, Will? Apa kau percaya dia benar-benar mengirimkan pesan itu?” tanya Karen dengan wajah melongo.

“Dia memang mengirim pesan itu!” Will menegaskan.

“Maksudku … dia memang mengirimkan pesan itu, tapi bukan itu yang benar-benar dia inginkan!” Karen kembali mendecak. “Kalau aku jadi kau, aku akan tetap menjenguknya meski dia sudah melarang.”

“Maksudmu ... aku datang saja menjenguknya?”

Karen mengangguk tegas. “Kau harus menjenguknya!” Lalu dia menatap Will dengan tajam. “Jelaskan apa yang terjadi antara kau dan hannah di pesta Halloween! Jangan jadikan kesalahpahaman berlarut-larut!”

Will sepertinya mengerti apa yang dimaksud Karen. Jelas dia harus menjenguk Ash dan menjelaskan padanya apa yang terjadi saat pesta Halloween itu. Will melangkah perlahan ke arah kantin. Sesampai di sana dia melihat Jem sedang tertawa sambil menceritakan insiden kolam renang. Will kesal sekali, tapi tidak mau mencari keributan. Dia hanya mengingatkan Jem untuk tidak membicarakan hal itu kalau tidak mau melihat dirinya mengamuk, lalu Will pergi dari kantin melewatkan makan siang.

∞∞∞

Ash terbangun dan melihat keluar jendela yang sudah mulai gelap. Efek obat yang dia minum membuatnya kelamaan tertidur. Kepalanya masih terasa sedikit pusing, tapi demamnya sudah turun. Hanya saja flunya semakin berat. Diambilnya tisu di atas nakas lalu mengelap hidungnya. Kemudian dia mengecek ponselnya. Tidak ada pesan dari siapa pun, sahabat-sahabatnya, bahkan Will!

Dengan agak malas Ash duduk di kasur. Dia buka sedikit tirai jendela kamarnya untuk melihat ke kamar Will, tanpa sengaja  dia melihat Will sedang di sana bertelanjang dada. Langsung saja dia tutup tirai jendela kamarnya. Apa-apaan! Setelah beberapa hari dia menutup tirai jendela kamarnya langsung saja dia melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilihat. Oke, ini sepertinya Ash yang berlebihan. Karena, hello! Ini Amerika! Melihat cowok tanpa busana adalah hal biasa, kecuali yah tanpa pakaian dalam di bagian yang tidak perlu diperjelas lagi!

Ash mengintip sekali lagi dari balik tirai jendela kamarnya, mudah-mudahan saja Will sudah memakai bajunya dan sedang melakukan aktivitas tanpa menyadari kalau dia sedang mengintipnya, tapi yang Ash lihat, Will tidak ada di sana. Ash merungut. Dengan kecewa direbahkan lagi dirinya di kasur dan berselimut. Baru saja dia hendak memejamkan mata, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Ash kaget setengah mati melihat siapa yang sedang berada di ambang pintu.

“Will!? Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah sudah kubilang aku tidak ingin diganggu?” pekik Ash yang kaget juga sedikit senang Will ada di kamarnya. Dia mencoba sebisa mungkin menahan ekspresinya dan memasang tampang agak jutek kepadanya.

“Aku tahu kau tidak ingin diganggu, tapi aku mengkhawatirkanmu, aku benar-benar ingin menjengukmu.” Will berjalan mendekati tempat tidur Ash setelah menutup pintu.

“Kalau kau memang ingin menjengukku kenapa tidak dari kemarin? Kau, kan, tetanggaku?”

“Itu karena kau tidak menggubrisku! Kau tidak membalas semua pesanku!”

“Apa aku harus membalasnya? Kenapa kau peduli padaku? Kenapa tidak bersenang-senang saja dengan Hannah?”

Will menatap wajah Ash yang memberengut. Sungguh menggemaskan baginya! Senyuman tipis tersungging di kedua sudut bibirnya. “Aku sudah cukup bersenang-senang dengan Hannah di pesta Halloween kemarin.”

Sekonyong-konyong Ash memelototi Will. Apa maksudnya mengatakan hal itu? Lalu sorot matanya berubah menjadi sendu dengan ekspresi terluka. “Yeah, aku tahu Will … aku melihatmu mencium Hannah….”

Will menjadi salah tingkah mendengar penuturan Ash, apalagi dia menyadari Ash terluka karena kejadian itu.“Ash, maafkan aku ….”

“Kenapa kau minta maaf? Kau tidak salah apapun, kau tidak perlu meminta maaf atau menjelaskannya.”

“Tapi aku merasa bersalah dan aku ingin menjelaskannya!” tegas Will, “aku tidak berciuman dengan Hannah. Maksudku … kami memang berciuman, tapi aku tidak menciumnya. Kemarin saat pesta itu, Hannah mengajakku untuk berbicara. dia menanyakan hubunganku denganmu, tapi aku bersumpah! Aku tidak menciumnya! Dia yang menciumku lebih dulu!”

“Lalu … kau jawab apa?”

“Apanya?”

“Hubunganmu denganku? Kau jawab apa?”

Untuk beberapa saat, Will dan Ash tak memutuskan kontak mata dalam diam. Ash dengan serius memberi tatapan -tidak sedang ingin bercanda- kepada Will.

“Ash, aku jawab ... kalau aku berharap bisa punya hubungan lebih dari sekedar teman denganmu, aku serius….”

Kali ini Ash menangkap keseriusan dari ucapan Will. Namun, entah mengapa dia tidak lagi merasakan sensasi aneh itu. Dia hanya merasa senang sekali Will mengatakan hal itu dan ucapannya kini menjadi sebuah kenyamanan tersendiri untuknya.

“Will ... kalau kau ingin lebih dari sekedar teman denganku, kau harus berusaha lebih keras lagi.”

“Oh ya? Sekeras apa? Maksudku, apa yang harus aku lakukan?”

“Tidak ada, hanya saja … jangan terlalu sering menggodaku karena aku tidak bisa dirayu.”

“Benarkah? Baiklah, Mmm … kalau kau tidak bisa dirayu, lebih baik aku pergi dan membawa kembali pulang camilan yang kubawa.”

“Hei! Will ... tunggu! Kau boleh pergi, tapi camilannya untukku!”

“Apa-apaan! Jadi kau lebih memilih camilan daripada diriku?”

Ash menjulurkan lidah meledeknya. Will mendecak lalu tertawa melihat tingkahnya. Kali ini Ash benar-benar menyuruh Will untuk menemaninya. Ash tidak bilang kalau dia merindukannya, tapi sejujurnya dia sangat merindukannya. Ash dan Will saling berbincang sambil menikmati camilan, untung saja demam Ash memang sudah turun dan rasa pusingnya seketika hilang sejak dia melihat Will masuk kamarnya tadi, tapi flunya semakin berat. Beberapa kali dia mengambil tisu lalu mengelap hidungku. Tidak peduli lagi kalau ada Will di kamarnya. Mereka menghabiskan waktu makan malam di kamar Ash. Sebelum akhirnya Will berpamitan pulang. Tadinya dia mau bercanda, mencoba balik ke kamarnya lewat jendela kamar, tapi ternyata dia takut terjatuh dan di sangka maling yang memasuki kamar tetangganya.

Setelah dijenguk Will juga ucapan selamat malam langsung di tempat tidurnya -kali ini tidak melewati jendela kamar- Ash merasa lega dan malam ini dia merasa akan bermimpi indah, dengan flu berat yang dirasakannya.

∞∞∞

WINDSOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang