10 : Kejutan :

45.5K 8.1K 146
                                    


10

: k e j u t a n :


2014


Pagi itu, Leia datang ke kantor membawa kue di motornya.

Nirna ulang tahun hari ini. Para karyawan sedivisinya yang dekat dengan Nirna—atas persetujuan Aksel—sudah sepakat untuk membuat kejutan di kantor.

Sebagai orang yang ditugaskan membawa kue, Leia harus datang lebih awal untuk menyiapkan acaranya dan agar tak dicurigai oleh Nirna.

Sampai di parkiran basement, begitu mesin motornya dimatikan, Leia mencabut kunci motor dan membawa goodie bag serta kantung plastik besar berisi kue yang sudah dipesan olehnya kemarin. Dia menarik napas, berkaca sejenak untuk merapikan kepang-satunya dan poninya yang agak berantakan, memastikan penampilan.

"Lei, pagi amat datangnya."

Napas Leia tertarik spontan hingga bahunya naik. Jantungnya berdegup kencang, kaget menyadari suara siapa yang berbicara barusan.

Menelan ludah, Leia akhirnya berbalik, menemukan Bara Langit yang memandangnya.

Ada rasa ganjil yang muncul, mulai dari rasa hangat melihat Bara, serta rasa sempit di dada karena mengingat Bara kemungkinan besar tak membalas perasaannya. Akhirnya, dia memilih tersenyum kendati rasa tercubit di dadanya masih ada. "Ini, saya mau ada acara ultah temen. Saya yang bawa kue, makanya datang lebih pagi biar nggak ketahuan."

"Ohh, I see." Bara mengangguk. Tangannya terulur kemudian. "Perlu dibantu, nggak?"

Leia menggeleng. "Nggak usah. Nggak berat, kok."

"Nggak apa-apa. Sekalian saya mau ke ruangan Aksel," ujar Bara santai. Tangannya yang terulur masih urung turun.

Merasa tidak enak, akhirnya, Leia memberikan kantung plastik berisi boks kue kepada Bara. Mereka berjalan menuju lift ke arah lantai atas. Untuk menghilangkan rasa sunyi dan canggung dari dirinya sendiri, Leia pun bertanya. "Kenapa pagi-pagi ke sini, Kak?"

"Mau ngecek Aksel," balas Bara. Mereka lalu memasuki lift. "Itu anak hapenya mati apa, ya."

"Loh, ngapain Pak Aksel jam tujuh kurang udah di kantor?" tanya Leia heran. Seingatnya, Aksel biasa datang pukul delapan atau kurang.

"Aksel semalaman kan di sini, lembur terus nginep di kantor." Bara terkekeh. "Mama saya khawatir aja, sih. Soalnya hape dia nggak diangkat."

Leia membulatkan bibir. Dalam pencahayaan dalam lift yang lebih terang dibanding di basement, Leia dapat melihat garis wajah Bara lebih jelas. Kantung matanya makin tebal, dan mata Bara sendiri terlihat merah. "Nggak tidur semalaman, Kak? Matanya merah banget."

Bara terkekeh, menatap Leia dari ekor matanya. "Saya habis shift malam."

"Oh." Leia menatap ke depan. Merasa canggung bertatapan dengan Bara. Meski dia tahu bahwa jarang-jarang bisa bertemu Bara, bahwa ini salah satu kesempatannya untuk mengenali Bara, Leia justru bingung harus berkata apa. Dia nyaman dengan keheningan ini.

Begitu lift berdenting di lantai tujuan, pintu lift terbuka dan Leia mendapati sosok Asti sedang mondar-mandir dengan ponsel di telinga. Mata sepasang teman itu bertemu, lalu bola mata Asti bergeser ke arah Bara.

Asti terdiam sejenak. Sambungan lalu dia putus. Diulasnya senyum terbaik melihat Leia dan Bara. "Hai, Lei! Hai, Bar!"

Bara membalas dengan anggukan dan senyum, sedangkan Leia membalas dengan senyum kaku. Asti memang lebih sering berangkat lebih pagi dan sampai lebih pagi pula. "Hai, Ti," sapa Leia.

Asti beralih pada Bara. "Bar, lo mau ngapain pagi-pagi ke sini?" dia bertanya.

"Ibu saya khawatir Aksel sakit," jawab Bara. "Hari ini dia lembur sampai pagi, kayaknya ketiduran di kantor."

"Ohh, iya! Bos belakangan emang kelihatan sibuk banget." Asti manggut-manggut. Matanya lalu menangkap kantung plastik besar yang berlogo merek salah satu toko kue ternama di tangan Bara. "Eh, itu kue buat Nirna, ya?" tanya sambil menunjuk kantung plastik itu.

Bara mengangguk. "Ditaruh di mana kuenya?"

"Di meja Leia aja," Asti menjawab dengan tersenyum lebar. Dia lalu melirik Leia dengan tatapan menggoda. Leia sendiri hanya mendesah, pasrah. Lagi pula, tidak ada hal-hal yang mencurigakan di meja kerjanya, jadi ia tak perlu risau.

Bara bersama Asti dan Leia pun berjalan ke wing tempat divisi Aksel bekerja. Leia hanya mengikuti dari belakang, karena Bara sudah tahu tempat divisi Aksel. Dalam diam, dia memandangi punggung lelaki itu.  Dalam hati, dia bertanya-tanya. Bagaimana rasanya memeluk sosok Bara dari belakang?

Leia pun mendengus. Memeluk? Memang kamu pikir kamu itu siapa, Lei?

Begitu sampai, Leia menghela Bara ke meja kubikelnya. Bara meletakkan kue di meja itu, kemudian memandang Leia. "Ada yang perlu dibantu lagi?" tanya Bara. Alisnya terangkat seraya bertanya.

Leia mengerjap. Ada rasa bahagia membuncah meski hanya lewat hal sesepele ini. Namun, realisasi di otaknya berdering.

Bara melakukan ini karena lelaki itu memang baik, bukan karena menganggap Leia spesial. Bara menganggapnya biasa saja.

Tapi, justru itu, batin Leia. Justru itu yang bikin aku yakin bahwa Bara melakukan kebaikan karena dia ingin melakukannya, bukan melakukan kebaikan dengan pamrih.

Dan hal ini yang bikin kamu suka sama Bara kan, Lei?

Rasa sakit muncul di dadanya.

Beginikah?

Beginikah rasanya mengetahui bahwa lagi-lagi, orang yang dia suka tidak bisa membalas perasaannya?

Pelan, Leia menggeleng. Tersenyum tipis. "Nggak ada, Kak. Makasih, ya."

Bara mengangguk, kemudian dia melenggang ke arah ruang kerja Aksel.

Memegang pergelangan tangan Leia, Asti ikut melihat kepergian Bara ke ruangan Aksel hingga sosok lelaki itu lenyap di balik pintu ruang kerjanya. Dia tersenyum kepada Leia. "You two looks cute together."

Leia terdiam. Entah mengapa, matanya justru memanas kendati dipuji demikian. "Please don't say that."

"Why?"

"Jangan bikin aku ngarep berlebih."

Asti terdiam. Realisasi hinggap di otaknya hingga dia tersenyum tipis, meminta maaf. "Sorry, Lei. Gue tadi nggak bermaksud."

Leia hanya tersenyum. Dia lalu ke kubikelnya, membuka Path untuk mencari tahu tentang lokasi Nirna. Temannya itu cukup aktif di sosial media dan sering update Path-nya. Leia sudah bersiap dengan beberapa bahan dekorasi dari goody bag untuk mendekor meja Nirna bersama beberapa anak lainnya. Akan tetapi, sebelum dia menutup Path untuk mendekor, tubuhnya membeku begitu melihat post yang seketika mencuri perhatiannya.

Sebab, yang kemudian dia lihat di feed Path-nya sudah menerjunkan mood Leia hari ini hingga puluhan persen.

[ ].

Remediasi | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang