Tiga Belas : Sial Banget.

413 35 0
                                    

Zeryn mengusap punggungnya yang terasa sakit. Ia menjatuhkan tas hijau toscanya di atas kasur empuk miliknya.

"Huh! Sial banget gue hari ini!"

Mulai dari omongan menyebalkan Naura pagi tadi, hingga kepingan kejadian yang membuat Zeryn kesal bukan main, siang tadi.

***
Zeryn baru saja menginjakkan kakinya di depan gerbang sekolah, pagi tadi ia di antar oleh supirnya. Alhasil sekarang ia harus menunggu jemputan.

"Hai Ze, pulang yuk!" Maudy menepuk bahu Zeryn. Gigi gingsulnya menambah aura manis dari gadis tinggi itu.

"Eh, gue tunggu jemputan Dy, lo duluan aja," sahut Zeryn.

"Ya udah, gue duluan yah, babai!"

Zeryn hanya membalas dengan cengiran. Ia memutuskan untuk pergi ke kedai sebelah sekolah.

"Hsshh, kok pak supir nggak dateng-dateng yah," gerutunya sambil duduk di bangku yang telah disediakan oleh pemilik kedai.

Drrtt drrt.

Zeryn membuka smartphone-nya. Satu pesan diterima. Air mukanya tiba-tiba berubah. Sial, ternyata supirnya tidak dapat menjemputnya.

"Tau gini sih, aku ikut Naura aja, kalau nggak sama Maudy, kalau nggak terima ajakan kak Bagus tadi, masa iya aku jalan kaki."

Ia menengadahkan kepalanya. Menatap jalanan sekitar sekolah yang mulai lengang. Matanya menangkap sosok pemuda yang akhir-akhir ini jadi objek mata-matanya. Itu, Nanda.

Oh, Nanda menatap Zeryn. Namun ternyata ia hanya menekan klakson, dan melenggang pergi dengan kuda besinya.

Zeryn meringis. Padahal ia berharap Nanda akan mengantarnya pulang sampai ke rumah tercintanya. Tapi kenyataannya, hidup memang nggak seindah drama Korea.

"Hai bebep Zeryn." Seorang pemuda dengan gaya yang sedikit berlebihan kontan berdiri di hadapan Zeryn. Tangan kirinya bersembunyi di balik punggung kerempengnya.

Zeryn bergidik ngeri.

"Duh! Gaswat, nih makhluk astral ngapain sih, nambah kesel aja gue!" Zeryn membatin seraya mendelik pada Pemuda itu.

"Dih! Paan sih, ganggu aja lo!"

"Kok bebep Zeryn ngomongnya gitu, kan Dito pengin kasih sesuatu sama kamu." Dito mengerlingkan sebelah matanya.

"Dih... dasar cabe-cabean." Zeryn mendelik. Ia sudah punya firasat tidak enak.

"Kan aku cowok, masa dibilang cabe-cabean." Dito mulai gila. Tangannya meraih pergelangan tangan Zeryn.

"Aaaaa... gue nggak mau!" Zeryn langsung kabur. Lari masuk ke dalam sekolah. Dapat ia lihat spesies menyebalkan itu sedang mengejarnya.

Zeryn tidak mau tahu. Ia tidak mau berurusan lagi dengan Dito. Ia tidak peduli saat ini kecepatan larinya meningkat, sampai akhirnya ia menabrak seseorang di perempatan koridor sekolah.

Bruukk!

"Aduh, gimana sih lo kalau jalan!" Zeryn meringis kesakitan, ia mengusap lututnya yang sedikit memar.

"Eh, lo bantuin napa, udah tau gue jatuh, malah diem aja."

"Kamu nyuruh saya buat bantuin kamu?" Suara bariton nan tegas itu membuat Zeryn terbelalak. Zeryn langsung mendongak kaget.

"Eh... bapak ngapain di sini, Pak? Zeryn segera berdiri. Mengusap dahinya yang tidak gatal.

"Ha? Baju bapak kenapa? Kok item? Gosong ya pak kena setrika?" Zeryn melanjutkan ucapannya. Bodoh! Ia akan menerima akibatnya saat ini juga.

"Dasar murid tidak sopan, sudah tau kamu yang menabrak saya sampai kopi saya tumpah, malah ngomel-ngomel ke saya, harusnya saya yang kasih omelan ke kamu!" Pak Deo, guru killer yang usianya terbilang masih muda. Ia melotot melihat Zeryn yang dengan santainya cengar-cengir tidak bersalah.

"Duh, pak nggak usah marah-marah, nanti cepet tua loh, mau?" Zeryn mencoba membuat lelucon. Meskipun di hatinya ia merutuki perkataanya tadi.

"Kamu! Sekarang ikut saya! Saya kasih hukuman!" Pak Deo mencubit lengan kanan Zeryn.

"Duh pak sakit tau, kok nggak telinganya aja sih yang di jewer?"

"Oh iya saya lupa!"

Zeryn membulatkan mata. Salah bicara lagi dia.

Hosh hosh ss...

"Zer... ryn."

"Kamu lagi, ngapain? Oh ini pacar kamu iya?" tebak Pak Deo. Zeryn menggeleng tegas. Dito nyengir.

"Bukan."

"Iya."

"Bukan.

"Iya! Itu Zeryn kok di jewer sih pak, kan kasihan."

Zeryn memutar bola matanya malas. Gila. Hari yang menyebalkan.

"Kecil-kecil, jangan pacar-pacaran, udah sana kamu pulang!"

Pak Deo melangkah menjauhi Dito yang melongo. Tangannya masih setia menjewer telinga Zeryn. Zeryn sendiri sudah menjulurkan lidahnya ke arah Dito.

"Hush sana pergi"

***

"Duh, bener-bener dah, emang hari ini gue sial banget! Udah dikejar sama cowok gila, jatuh, nabrak guru, di jewer, di suruh bersihin ruang guru, mantap deh!"

Memang setelah ia mengikuti Pak Deo, ia dihukum membersihkan ruang guru. Dan membersihkan taman di depan ruang guru.

Zeryn menguap. Rasa kantuk kini bersarang di pelupuk matanya. Ia memutuskan untuk mengistirahatkan diri, bobo cantik dulu.

***

Nanda melajukan mobilnya ke arah minimarket. Ia disuruh membeli beberapa bahan makanan. Ia kaget melihat kotak musik warna merah muda yang tergeletak di bawah kemudi mobil. Kayak punya ... Zeryn!

Ya, Nanda ingat ia pernah mengantar Zeryn pulang setelah mereka berdua menghabiskan waktu di mall. Waktu itu ia tidak sengaja melihat Zeryn mengeluarkan kotak musik dari tas selempangnya. Dan ia yakin kotak musik yang saat ini ia pegang adalah milik Zeryn.

"Gue harus balikin nih."

***

Taraa...
Saya kembali update!
Maaf banget kalo slow update, ya aku bakal usahain buat nggak ngaret post lagi.
Udah sih gitu aja yah, tetep baca Best Stalker ya!

Salam manis, Alyssa.

Best StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang