Enam: Keributan

616 53 10
                                    

***

Sudah tiga hari sejak Sekar dirawat di rumah sakit. Sekarang kondisinya jauh lebih baik dan ia sudah pulang ke rumahnya dua hari lalu.

Zeryn tersenyum lega saat menerima kabar pulangnya Sekar. Ia janji akan meluangkan waktunya untuk berkunjung ke rumah Sekar.

Saat ini Zeryn sedang berjalan menuju kantin bersama Shanita dan Maudy. Ia sebenarnya mencari-cari keberadaan Naura. Sejak pelajaran pertama dimulai, Naura berulangkali mengusap wajahnya. Ia terlihat lesu dan cemas. Wajah manisnya terlihat murung. Zeryn ingin sekali menanyakan hal ini, tapi ia tidak ingin memerunyam suasana. Ia takut Naura akan marah, gadis itu kan sensian.

"Eumm Shan, Dy?" Zeryn menghentikan langkahnya, "gue ke toilet dulu yah, lo duluan aja."

"Oke, kita duluan."

***
Naura merasakan pening. Berulang kali ia memijit pelipisnya. Tenggorokannya juga terasa kering, tetapi ia sama sekali tidak ingin minum. Sudah lima belas menit ia duduk di sini. Di perpustakaan. Mood-nya benar-benar hancur.

Ia mengingat-ngingat kejadian semalam--kejadian yang membuat dirinya menjadi seperti ini. Naura mengusap wajahnya. Kemudian menyandarkan kepalanya pada dinding perpustakaan. Hari ini ia benar-benar lelah. Ia memejamkan matanya.

Tiba-tiba seseorang mencekal pergelangan tangan Naura. Hal ini tentu saja membuat Naura membuka matanya. Orang itu segera menyadarkan keterkejutan Naura.

"Lo harus ikut gue."

***

"Gimana lo sama dia?"

"Dia siapa." Nanda terkekeh pelan saat mendengar pertanyaan sahabatnya.

"Ahh ..., jangan pura-pura gak tau deh lo!"

"Boy, gue gak tau sekarang harus gimana lagi." Nanda menundukkan kepalanya dalam-dalam. Wajah manisnya seperti menyimpan gurat kesedihan.

"Gue yakin lo pasti bisa," ujar Boy--sahabat Nanda. Ia menepuk bahu Nanda, memberi keteguhan pada sahabatnya itu.

***

Setelah keluar dari toilet Zeryn memutuskan untuk tidak pergi ke kantin. Ia berniat menemui Naura di taman belakang. Barangkali saja gadis itu ada di sana. Merenung diri.

Zeryn memusatkan pandangannya pada salah satu kantin. Kantin yang letaknya jauh dari kelasnya--kantin dekat kelas XII--yang memang jika ingin ke taman belakang otomatis melewati kantin itu.

Satu setengah tahun Zeryn bersekolah di Nusa Bakti membuat ia hafal luar kepala denah sekolahnya.

Zeryn menyipitkan matanya. Sepertinya di sana ada keributan. Ramai siswa-siswi berkerumun. Zeryn yang merasa penasaran, langsung berlari menuju kantin tersebut.

"Ada apaan sih, Kak?" kata seorang siswi yang baru saja datang. Ia adalah kakak kelas XII, Zeryn tau itu. Zeryn yang notabene-nya masih kelas XI merasa canggung untuk bertanya.

"Itu ada yang lagi berantem."

'Itu siapa sih yang lagi berantem' Zeryn menerobos kerumunan. Bola matanya melebar saat mendapati dua orang yang ia kenal sedang berdiri di dalam kantin itu. Keadaan mereka benar-benar berantakan.

"Naura," desis Zeryn pelan.

Naura di sana berdiri dengan penampilannya yang sudah acak-acakan. Baju osis nya kotor seperti terkena tumpahan jus. Kuncir kudanya sudah terlepas. Semrawut. matanya merah.

Di hadapan Naura berdiri seorang gadis cantik yang tidak lain adalah Nadine. Kakak kelasnya yang diduga sebagai penyebab perselisihan ini terjadi. Naura belum menyadari kehadiran Zeryn, begitupun kak Nadine.

Zeryn mematung. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Dia tentu saja akan membela Naura, tapi keadaan benar-benar kacau. Dua orang itu kini saling menjambak rambut satu sama lain. Zeryn bingung setengah panik.

Zeryn melirik sekilas ke arah bangku kantin, ada Kak Angel. Tampaknya gadis itu hanya diam menonton pertengkaran antara sahabatnya sendiri dengan adik kelasnya. Asik sekali rupanya. Ia sesekali menimpali ucapan Nadine.

"Ze, itu Naura kenapa?" tanya Arsya yang baru saja datang. Wajahnya jelas-jelas menggurat rasa cemas. Zeryn mendorong bahu Arsya.

"Ehh, mereka tuh lagi berantem pake nanya lagi," jawab Zeryn kesal.

"Gak usah dorong-dorong bahu gue juga kali," balas Arsya sambil mendorong balik bahu Zeryn. Zeryn melayangkan tatapan sebalnya ke arah Arsya yang langsung dibalas dengan senyum mengejek.

"Oo ... oow ternyata ada yang lagi asyik bercanda nih," suara kak Nadine membuat Zeryn dan Arsya serentak meluruskan pandangan. Nadine dan Naura telah menghentikan acara tarik-menarik rambut yang mereka lakukan tadi.

Naura ikut menoleh ke arah Zeryn dan Arsya. Matanya berembun. Naura hampir menangis, tetapi ia buru-buru menyeka air matanya.

"Heh! Lo lihat kan lo itu emang gak punya sahabat, gak ada yang coba bela lo di sini!" seru Nadine menggebu-gebu. Ia tersenyum penuh kemenangan.

Naura mendelik. Namun diam-diam ia mencerna perkataan Kak Nadine. Benar juga, Zeryn yang sudah ia anggap sahabat terbaiknya, ternyata tidak melakukan pembelaan sama sekali. Buktinya gadis itu hanya berdiam diri bersama Arsya.

Zeryn memajukan langkahnya, ia melihat Naura yang sudah terisak. Ia yakin Naura kini telah berprasangka buruk pada dirinya. Ia menyentuh lengan Naura, dan langsung dibalas tatapan tajam Naura.

"Lo ..., gue kecewa sama lo," ujar Naura seraya menyentak tangan Zeryn.

"Udah deh, Ze." Naura mengembuskan napasnya kentara, "mulai sekarang, lo gak usah deketin gue lagi!" Bentaknya dengan napas memburu.

Zeryn jujur tidak suka dibentak, rasanya ia ingin menangis saat itu juga. Naura sebetulnya tahu hal itu, tapi amarahnya kali ini sepenuhnya memuncak. Naura meninggalkan Kantin dengan air matanya yang mengalir membasahi pipi pucatnya.

"Hah, lo emang pengecut kelas atas, dasar pengganggu hubungan orang lo." Kak Nadine berteriak dengan senyuman sinis yang tercetak di wajah cantiknya.

Zeryn hampir menangis, katakan saja ia cengeng. Naura tetap melangkah meninggalkan kantin, ia sempat berhenti di hadapan Arsya yang menatapnya lembut sekaligus kasihan. Kemudian Naura berlalu sembari menutupi mulutnya. Ia tidak ingin membuat orang lain khawatir pada dirinya.

Zeryn berlari menyusul Naura. Ia tak habis pikir dengan Kak Nadine, berani-beraninya gadis itu mencemooh Naura. Tidak tahu diri. Lihat saja nanti, Zeryn akan membalas perbuatan Nadine.

"Nadine!" Seru seorang wanita yang berdiri di pintu kantin. Ia menginterupsi anak-anak yang masih bergerombol, untuk segera pergi dari kantin.

"Hah? Iya Bu Risa apa kabar?" tanya Nadine basa-basi.

"Tuh, Nadine berantem bu sama adik kelas," tukas Angel yang beranjak dari duduknya. Wajah polosnya membuat Nadine geram.

"Nadine, ikut saya ke ruang BK, sekarang!" perintah Bu Risa sembari menarik tangan Nadine. Ketika keributan itu terjadi, guru-guru memang sedang mengadakan rapat, jadi ada pemotongan jam pelajaran.

"Hukum aja tuh bu, jangan sungkan-sungkan," ujar Angel dengan mengacungkan jari telunjuknya ke arah Nadine.

***

To be continue ...

Siapa yang sedang dibicarakan Nanda dan Boy?
Ada apa sebenarnya dengan Nadine dan Naura?
Next?

Best StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang