Hamil? Tentu saja. Itu memang bukan hal yang mustahil mengingat berapa kali Sehun melakukannya. Sehun cukup sadar begitupun dengan Seulgi. Tapi Sehun tidak pernah berpikir akan menimbulkan benih secepat ini. Akhir - akhir ini Sehun sering pulang kerumahnya. Apa dia benar - benar datang tanpa alasan?
Sehun sangat ingat saat Jino dulu bahkan dia hanya melakukannya dua kali. Bodoh. Kenapa kau jadi sangat bodoh Oh Sehun? Bagaimana kau akan mengatakannya kepada kekasihmu? Apa yang akan kau katakan kepada hyung - hyungmu?
"Tuan??"
"Ah ne, sejak kapan? Maksudku sudah berapa bulan?"
"Oh kau belum mengetahuinya?" Sehun tersenyum miris.
"Sekitar tiga minggu. Tenang saja kau masih bisa melakukannya"
"Maaf?"
"Pinggang istrimu sedikit memar kau harus hati - hati. Dia tidak mengonsumsi obat, tapi kami harus tetap memantaunya. Dua hari kemudian dia baru bisa pulang. Sebaiknya dia memperhatikan pola makannya"
"Ne khamsahamnida"
Sudah jam lima dini hari dan Sehun masih belum bisa tidur. Kejadian hari ini benar - benar tidak terduga. Dilihatnya Seulgi yang terbaring diranjang rumah sakit itu. Kenapa Seulgi diam saja dan tidak memberitahunya?
Senang. Entah kenapa ada rasa senang yang Sehun rasakan. Sama seperti saat dia mengetahui bahwa Jino akan hadir saat itu. Tapi pikirannya kembali menolak. Seperti kerja otak kanan dan otak kiri. Hati dan pikirannya bekerja berlawanan. Yang satu menarik sedangkan yang lainnya mengulur. Dia tidak bisa mengendalikannya.
Sehun memutuskan untuk istirahat. Dia duduk dikursi dan tangannya bertumpu pada ranjang yang Seulgi tiduri. Tidak ada pilihan lain. Hanya itu tempat yang memungkinkan. Sehun terlalu enggan untuk tidur tergeletak di lantai. Dan dia terlalu gengsi untuk berbagi diranjang sempit itu bersama sang istri.
Banyak hal yang Sehun pikirkan selama ini. Dia juga memiliki perasaan. Memiliki perasaan sebagai seorang ayah. Tapi dia selalu buntu. Yang ingin dia lakukan selalu tidak sejalan dengan apa yang benar - benar dia lakukan. Dia tidak pernah memulainya. Yang dia pikirkan, dia sudah menjadi ayah yang buruk, dia bahkan tidak pantas untuk menjadi seorang ayah. Lalu apa ini? Kenapa tuhan seakan - akan menyangkalnya, Tuhan menitipkan malaikat lain untuk Sehun. Itu berarti Tuhan mempercayakankannya.
"Sehun?"
Seulgi terbangun dari tidurnya. Dan menyadari sesuatu yang tidak biasa. Bagaimana bisa Oh Sehun ada disampingnya? Bukankah inu dirumah sakit? Oh Sehun menemaninya dirumah sakit? Apakah ini mimpi? Seulgi tidak akan memikirkannya mungkin saja Sehun kasian kepadanya.
Seulgi mencoba untuk duduk. Menyingkirkan perlahan tangan Sehun yang sedikit menjepit bajunya.
"Aw..." suara Seulgi membangunkan Sehun.
"Kau sudah bangun?" Seulgi tertegun. Sehun baru saja bertanya kepadanya.
"Hm? Ne" Seulgi masih tidak percaya.
"Bisakah kau ambilkan aku minum?"
"Minum? Baiklah" mengapa suasana ini terasa akrab? Kenapa Sehun langsung pergi ketika dia menyuruhnya? Apa yang salah dengan Sehun?
"Terima kasih" Seulgi segera meneguk air yang Sehun sodorkan.
"Apa terasa sakit? Dokter bilang pinggangmu memar" kenapa Sehun menjadi begitu peduli?
"Tidak apa - apa. Aku sudah biasa"
"Kau memang sangat ceroboh" Sehun bahkan berbicara banyak.
"Se-sehun-ssi... Dimana anakku?" Sehun yang sedang melihat kearah lain langsung mengalihkan pandangannya kepada Seulgi. 'Anakku' kata itu benar - benar mengganggunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Jino
Fiksi PenggemarBecause, experience is the best teacher. copyright © 2017, -awessome.