"Oh Sehun, menikahlah"
"Tapi Aboeji, kekasihku belum siap"
"Menikahlah dengan wanita pilihanku"
---
"Kau tidak harus mengikuti keinginan Aboeji"
"Aku akan menikah Nuna"
---
"Itu adalah pria yang akan menikah denganmu"
"Ne Eomma"
---
"Seulgi-ya Maafkan Appa"
"Gwaenchana Appa"
.
.
.Seulgi masih ingat saat - saat berat dia mengandung. Sehun yang tak pernah pulang ke rumah dan ada saatnya Seulgi menginginkan sesuatu, dia mencari sendiri sampai sesuatu itu ia dapatkan. Bukan seperti suami lain yang kewalahan dengan sang istri yang minta ini itu saat ngidam, Sehun bahkan tak tahu perkembangan jabang bayinya saat itu. Seulgi melaluinya sendiri dan tak pernah mengeluh tentang itu.
Hari itu, seperti biasa disaat bahan makanan habis Seulgi harus membelinya, bahkan dalam keadaan tidak baik pun dia lakukan. Dalam perjalanan hal yang tak terkira pun terjadi. Dia menyebrang disaat lampu pejalan kaki merah, si pengendara pun tak bisa menghentikan dan berakhir dengan senggolan motornya mengenai perut Seulgi.
Ketubannya pecah, untung saja si anak masih terselamatkan. Kandungan Seulgi baru menginjak tujuh bulan membuat Jino lahir prematur. Itu adalah empat tahun yang lalu, beberapa jam sebelum kelahiran Jino yang tak pernah terprediksi sebelumnya, padahal saat itu dia belum membeli beberapa baju bayi dan perlengkapan bayi lainnya.
"Apa Eomma sedang melamun?" Seulgi menoleh, lamunannya terhenti saat mendengar suara cadel yang dikenalinya.
"Jino-ah" Seulgi menghampirinya, mengangkat Jino ke pangkuannya, dan menampilkan senyum indahnya.
"Jino sayang Eomma" Seulgi memeluk Jino.
"Eomma sayang Jino juga"
Di umurnya yang masih balita, dia selalu meniru dan mengingat apa yang telah orang - orang sampaikan kepada, hal itu yang membuat dia bisa belajar lebih cepat daripada anak - anak seusianya. Jino sudah lancar berbicara walaupun cadel dan kadang sering salah melafalkan suatu kata.
"Eomma, Jino akan sekolah?" mata bulatnya memandang Seulgi. Seulgi mengangguk.
"Jino akan belajar lebih banyak dan mempunyai teman baru"
"Disana juga akan ada banyak mainan" tambah Seulgi.
"Jino akan menjadi orang pintar" ucap Jino.
"Iya, seperti Eomma bilang, jika Jino ingin menjadi orang pintar maka Jino harus rajin membaca buku dan mendengar dengan baik, Arra?" Seulgi mengelus puncak kepala Jino diiringi dengan anggukan Jino.
"Eomma, dimana Appa?" Jino memandang ke segala arah.
"Appa masih bekerja, mencari uang untuk Jino" Jino mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Jino
Hayran KurguBecause, experience is the best teacher. copyright © 2017, -awessome.