6.Belum Terlambat

65 23 9
                                    

Zakki berjalan keluar rumah sambil membenarkan letak pecinya. Sampai pada jalan raya yang berada di depan rumahnya ia berhenti. Menatap keluarga yang baru saja keluar dari rumah yang hanya berjarak 2 rumah dari tempatnya berdiri saat ini.

Tatapannya lurus. Entahlah apa maksud dari tatapan itu. Bahkan ia melupakan jika niatnya tadi ingin pergi ke masjid untuk shalat dhuhur berjamaah.

"Ngapain berdiri di sini zak? Mas kira kamu sudah duluan ke masjid." Syahrul, kakak laki-laki Zakki berdiri di samping Zakki. "Kamu lihat apa sih?" Syahrul menatap Zakki heran. Pasalnya adiknya itu hanya diam. Tatapannya lurus kedepan.

"Kamu ngapain lihatin keluarganya pak Aryo kaya gitu?" tanya Syahrul ketika tahu apa yang menjadi fokus adiknya itu.

"Mas kenal mereka?" Zakki bertanya tanpa menoleh.

"Pak Aryo itu teman seperjuangan ayah sama pak Syarif di pesantren dulu."

Diam. Itu yang dilakukan Zakki. Ia masih sibuk menatap pak aryo dan keluarganya yang sudah pergi meninggalkan pekarangan rumah Zidna. Berbagai macam pertanyaan muncul di kepalanya.

"Jadi ke masjid tidak?" tanya syahrul membuyarkan pandangan Zakki. Pertanyaan itu hanya dijawab dengan anggukan kepala. Setelah mobil yang di tumpangi pak aryo dan keluarganya sudah tidak terlihat lagi. Barulah Zakki mengikuti langkah kakaknya ke masjid yang sudah berjalan lebih dulu.

Zakki memghembuskan nafasnya kasar.

Semoga yang saya takutkan tidak terjadi.

***

As subhu bada' min tala'atihi
wal laylu dajaa min wafaratihi

Cahaya fajar adalah dari pancaran wajahnya
kilauan malam adalahdari secercah rambutnya

Fa aqa-ar rusula fadhlan wa'ala
Wa hadaa subulan bidi laa latihi

Kerasulan di akui karena kelebihan
Ketinggian membawa ke jalan kebenaran

Kanzul karami maulaaniami
Haadi'l umami bisyarii 'atihi

Ia adalah harta kasih karunia, harta rahmat
panduan bangsa menuju syariah-Nya ( hukum islam )

Adzkan nasabi a'lal hasabi
Kullun 'arabi fi khidmatihi

Keturunan yang baik keturunan mulia
Semua kaum arab mengikutinya

Sa'atis shajaru nataqal hajaru
syu'qol qamaru bi'isyaratihi

Pohon mulai berjalan, batu mulai berbicara
bulan terbelaah menjadi dua pada perintahnya

Jibriilu ataa lailal isra'i
wa rabbu da'ahu lihadratihi 

Jibrilpun datang di malam isra'
Maha kuasa mengundangnya ke surga 
  
Lantunan shalawat assubhubada yang merupakan puisi yang di tulis oleh Hasan Bin Tsabit, seorang sahabat Nabi Muhammad Saw mengalun merdu dari pengeras suara masjid Baiturrahman.

Siang ini semua pengurus masjid berkumpul di masjid Baiturrahman. Karena nanti malam akan di adakan pengajian isra' mi'raj.

Semua mengerjakan tugas masing-masing. Termasuk Zidna yang sedang fokus menghias dekorasi untuk panggung. Tangannya dengan lihai menempelkan huruf-huruf yang di susun menjadi satu tulisan dalam kain lebar yang akan di pasang di atas panggung sebagai background.

"Pak Aryo tadi datang silaturahmi han?"

"Melamar Zidna untuk anaknya." jawab Farhan terus terang.

Percakapan dua orang yang tiba-tiba berada di sebelahnya itu sedikit mengganggu Zidna.

"Yang benar kamu?" Syahrul kembali bertanya

"Tanya aja sendiri sama orangnya." jawab Farhan lantas menunjuk Zidna dengan dagunya.

Syahrul mengikuti arah pandang Farhan. Kemudian tersenyum jahil lalu berkata. "Duh yang sebentar lagi udah mau jadi istri." goda Syahrul kepada Zidna. Yang di goda hanya mendengus kasar. Kebiasaan sekali kakaknya itu menceritakan hal-hal yang tidak seharusnya di ceritakan kepada sahabat karibnya. Siapa lagi kalau bukan syahrul. Yang tak lain juga merupakan kakak dari Zakki.

"Dia menolak lamaran itu." Farhan kembali menyahut. Tangannya masih sibuk ikut menempelkan tulisan yang sama dengan Zidna.

Syahrul terperangah mendengar jawaban dari Farhan. Ia kira lamaran pak aryo untuk anaknya di terima oleh Zidna. Namun lagi-lagi Zidna menolak lamaran itu. Bukan rahasia lagi jika selama ini sudah ada keluarga yang datang untuk melamar Zidna. Namun lamaran itu selalu di tolaknya.

"Kamu ini cari yang bagaimana na, anak ustadz kamu tolak juga." syahrul bertanya setengah bergurau.

Zidna bangkit dari duduknya. "Mas Farhan bisa nggak, nggak membicarakan kejelekan aku di depan mas Syahrul terus." ungkapnya jengkel lalu melangkah meninggalkan kedua orang itu.

Farhan dan syahrul hanya cekikikan melihat Zidna yang kesal karena perbuatan mereka. Syahrul sudah seperti keluarga jika dengan keluarga Farhan. Sejak kecil Zidna sudah di anggap seperti adiknya sendiri.

Tanpa mereka ketahui. Berdiri mematung seorang laki-laki yang semenjak tadi mendengarkan percakapan mereka. Zakki berdiri 2 meter di belakang mereka.

Ya. Laki-laki itu adalah Zakki.

Seulas senyum terukir di bibirnya. Kemungkinan-kemungkinan yang sejak tadi ia pikirkan tidak benar-benar terjadi. Memang benar Dava datang untuk melamar Zidna. Yang Zakki syukuri adalah zidna yang menolak lamaran itu.

Zakki tidak memperdulikan alasan apa yang Zidna gunakan untuk menolak Dava. Yang terpenting adalah Zakki masih ada peluang untuk memperjuangkan cintanya.

Tunggu saya.

***

Believe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang