Eps 9: I Don't Know

37 3 1
                                    


Setelah aku berpisah dengan Noel, aku langsung menuju rumah. Dalam perjalanan, aku berpikir bagaimana caranya aku meminta maaf kepada Sam atas perbuatanku.

Aku memarkirkan mobil dan langsung menuju ke rumahku. Aku menatap pintu rumah Sam yang ada di sebelah rumaku.

Dengan berani, aku menekan bel pintu rumahnya, berharap dia bisa keluar dan mendengarkan penjelasanku.

"Mau apa?" Ujar Sam sambil membuka pintu.

"Eh.. aku.." kataku gagap.

"Kalau kau mau mengejekku lagi, besok saja. Aku lelah"

Sam menutup pintunya tapi aku menahannya, " Tidak! Aku tidak akan mengejekmu lagi!"

Dia terdiam. Aduh, bagaimana caranya? Kenapa ini begitu sulit?

"Aku.. aku mau meminta maaf.. atas perkataanku tadi siang, aku memang salah berkata.."

"Tidak, kau tidak salah." Sam menyela ucapanku. "Semua orang, bahkan temanku sendiri sering berkata seperti itu. Aku-lah yang seharusnya meminta maaf padamu. Aku sudah seenaknya padamu."

Sam hanya menatap bola mataku dengan mimik muka sedih. Dia benar-benar serius meminta maaf, aku bisa melihat dari raut wajahnya yang menyesal.

"Keluargaku bukanlah keluarga yang memang kaya sejak awal. Ayahku itu susah payah membangun perusahan sampai akhirnya dia bisa sangat maju seperti sekarang. Itu terjadi saat aku di sekolah menengah. Yang berawal aku hanya punya teman setidaknya 3 orang, tapi semenjak mereka tahu aku orang kaya, mereka yang aku dari awal tidak tahu malah mendekatiku." Ujar Sam.

Aku terdiam memperhatikan Sam, tidak berani untuk menyelanya.

"Tapi semua berubah." Lanjut Sam," Aku mulai merasa mereka hanya mendekati semata untuk memerasku. Tapi bodohnya, aku diam dan merasa nyaman, karena aku jadi populer dan banyak disukai. Akhirnya aku membuat sebuah geng dengan isi anak-anak kaya dan pemberontak. Aku bahkam pernah membully temanku dulu yang menemaniku saat aku belum sekaya ini. Aku memang jahat."

Sam tersenyum sedih mengingat kejadiannya dulu lalu menatap keatas langit. "Bahkan aku dulu punya banyak pacar, dan mereka semua sama. Hanya ini uangku. Tidak ada yang benar-benar tulus padaku. Sampai akhirnya aku berpisah dengan mereka dan memilih kuliah di luar negeri, dan baru sekarang ini aku kembali ke Indonesia."

Sam menanatapku, membuatku canggung, " Perkataanmu memang benar. Terima kasih sudah mengingatkanku lagi untuk tidak berbuat seperti itu."

"Lalu kau mau bagaimana?" Tanyaku.

Dia menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu. Rasanya dosaku terlalu berat, sekarang mengingat teman-temanku yang dulu aku bully, aku seperti ingin menonjok diriku sendiri."

Sekarang aku mengerti. Sam sebenarnya adalah orang baik, namun akibat banyak orang yamg memanfaatkannya, dia tidak percaya lagi dengan orang lain, bahkan temannya sendiri.

Aku mendekatinya, dan mengelus punggungnya. " Kau bisa percaya padaku."

Dia menoleh padaku dengan tatapan bingung, "maksudmu?"

"Aku percaya padamu kalau sebenarnya kau adalah orang baik. Kau bisa berubah menjadi tidak seenaknya lagi. I trust you." Ucapku sambik tersenyum tulus padanya.

"Terima kasih karna kau sudah percaya padaku." Balas Sam yang ikut tersenyum," Aku tidak akan mengganggumu lagi. Sudahlah, ini sudah malam. Pulanglah"

Aku menganggukan kepala lalu pergi meninggalkan Sam dan masuk ke rumahku.

Akhirnya aku bisa berbaikan dengannya.

~~~~~

Keesokan harinya, hariku berjalan seperti biasa. Tidak ada yang aneh seperti kemarin. Tidak ada yang patut di curigai.

Stay & ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang