What's Your Problem?

6 0 0
                                    

Ini sudah hari kedua semenjak aku kambuh dari alergi salmonku dan aku memutuskan untuk pergi saja ke kantor. Toh aku gabut banget di rumah seharian. Maklum, anaknya memang workaholics.

Aku bergegas mandi, sarapan, lalu pergi menuju basement. Saat aku membuka pintu, di depanku sudah ada bosku, Sam.

"Baru mau ngetok, eh udah keluar duluan"

"Kenapa? Mau nebeng?" Tanyaku.

Dia menggeleng, "engga, malah sebaliknya."

Hah? Gimana?

Aku menatapnya dengan kebingungan. Maksudnya, aku yang nebeng dia?

"Hah? Maksud kamu apa?"

"Ya, kamu berangkat bareng sama aku. Pake mobil aku. Aku yang nyetir. Ngerti? Udah yuk ah entar telat. Mau potong gaji?"

Lalu dia pergi duluan, sedangkan aku masih bingung (mungkin mukaku terlihat bego banget) dan segera menyusulnya.

Tumben amat.

~~~~

Selama perjalanan dari apartment menuju kantor, kami berdua hanya diam sambil menikmati lagu.

Aku tidak memulai percakapan, begitu pula dengan Sam yang fokus menyetir. Sampai pada akhirnya kami sampai di basement kantor.

"Flo" Sam memanggilku, "Kamu beneran udah sembuh?"

"Udah kok. Tenang aja, aku udah minum obat kok. Ngga mungkin kambuh lagi, kecuali kalau aku makan salmon."

Dia hanya terdiam lalu kemudian dia keluar dari mobil. "Ayo keluar. Bentar lagi kamu bakal dihitung telat loh."

Aku bergegas keluar dari mobil dan menutup pintunya. Tidak lupa dia mengunci mobilnya dan kami sama-sama menuju lift kantor.

Entah karena memang kita punya timing yang sama, tidak sengaja kami menyetuh tombol lift secara bersama. Membuat kami berdua sangat awkward.

Lift pun sampai dilantai kami, dan kami masuk lift. Aku ke lantai 7 dan dia ke lantai 8. Saat di lantai 1 atau dilantai lobby, para karyawan yang lain masuk ke lift kami. Dan pasti kalian tahu kan kalau yang naik ke lift bukan hanya satu atau dua orang saja, melainkan 8-10 orang. Dengan lift yang hanya memuat sekitar 13 orang saja, aku harus rela bersempit-sempitan disini.

Karena banyak dorongan dari orang-orang yang mau ke lift, aku mundur ke belakang hingga menabrak dinding lift. Ngga sakit sih, cuman membuatku sedikit bete.

Sama halnya denganku, Sam juga harus rela menabrak dinding lift karena mau tak mau dia harus mundur. Padahal dia bos disini. Kasihan.

Akibat penuhnya lift aku berdempetan dengan Sam. Disebelah kananku ada seorang pegawai lelaki yang juga berdempetan denganku. Agak risih sebenarnya tapi mau gimana lagi.

Tiba-tiba Sam merangkul pundakku dan menariknya untuk lebih dekat dengannya. Aku yang kaget ingin membentaknya akan tetapi karena di lift begitu banyak orang, aku tidak ingin membuat keributan.

"Hei apa yang kau lakukan?" Bisikku kepada Sam.

Dia melihatku dan menjawab,"Udah diem aja. Gausah protes."

Sampai akhirnya lift tiba di lantai 6 dimana lantai tersebut merupakan tempat karyawan bekerja maka orang-orang yang ada di lift langsung berhamburan keluar. Aku bernafas lega karena tidak usah bersempit-sempit ria dengan mereka. Untung saja masih pagi, jadi tidak ada yang bau badan. Ehe.

Di lift hanya sisa aku berdu dengan sam. Aku melepas rangkulannya yang ternyata masih dia lakukan.

Kenapa membuatku semakin canggung sih??

Lift pun sampai di lantai 7. Saat aku hendak untuk keluar dia menahan tanganku, otomatis aku melihatnya.

"Apa sih daritadi kamu kek gini?" Tanyaku tidak suka.

"Maaf. Aku cuman pengen liat muka kamu aja. Entah kenapa rasanya kita pernah ketemu."

Maksudnya?

"Ya jelas lah. Kamu kan bos aku. Kamu juga ketemu aku bukan pertama kali kan? Udah ya, aku banyak kerjaan." Ucapku meninggalkan dia.

Sebelum pintu lift menutup, aku membalikan badan dan mengucapkan terima kasih pada Sam karena telah mengantarkan aku ke kantor lalu pergi menuju ke ruanganku.

Apaan sih? Pernah ketemu? Kapan?

~~~~

Selama bekerja aku tidak bisa fokus. Di kepalaku terus terngiang-ngiang kata-kata Sam yang dia bilang bahwa dia pernah bertemu denganku sebelumnya.

Padahal seingatku, aku baru bertemu dengannya hari dimana dia jadi bosku, menggantikan ayahnya.

Dan di kepalaku, aku terus berpikir kenapa semakin lama perlakuan dan sifatnya mirip sekali dengan Tommy.

Muka mirip, sifat mirip.

Shit. Ngga mungkin Tommy hidup lagi terus tiba-tiba dia bilang padaku, "sorry ya flo, selama ini cuman prank ehe"

Bajingan banget kalau begitu.

Line!

Aku mengambil handphoneku untuk melihat notifikasi yang baru muncul. Dan ternyata orang yang membuat aku berpikir keras baru saja chat.

Samuel Wijaya : makan siang bareng yuk

Florinca Elisabeth : g

Samuel Wijaya: buset jutek amat dah. Kamu lupa ya sama perjanjian kita kalau kamu harus turutin semua yang aku mau??

Shit. Aku lupa.

Florinca Elisabeth: yaudah iya, mau makan dimana? Kantor?

Samuel Wijaya: bosen ah. Makan diluar yuk. Aku jemput di depan ruangan kamu ya.

Dan tidak lama kemudian ada seseorang yang membuka pintu ruanganku dan itu adalah Sam.

"Cepet amat" kataku.

"Aku sebenernya udah nunggu sih diluar soalnya aku yakin kamu ngga akan bisa nolak. Yuk turun, kita makan di luar"

~~~~

YAHH
SAMPE SINI DULU YAA, karena aku ngerasa ini udah lumayan panjang(iya ga sih?)
Kalo menurut kalian kaya belom panjang, comment yaaa
Nanti aku usahakan buat lebih panjang lagi tiap part nya

Dont forget to vote & comment & share juga

Thankyouuu

Luv u all❤️❤️❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay & ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang