CHAPTER 9

1.1K 57 2
                                    

Waktu tetap bergulir, menyongsong malam semakin kelam. Dua insan adam yang duduk di sisi ranjang di lain sisi saling terpisah, tampak sedang diam enggan saling membuka suara. Seolah keheningan di malam ini begitu mereka nikmati, tapi tentu saja tidak, saat kau pernah dalam situasi dimana dirimu dilanda rasa bingung marah benci dan rindu bersamaan.

"Kenapa kau menghindari ku, hyung?"

Pada akhirnya sehun memutuskan untuk membuka suara, saat tadi dia melirik kecil ke arah luhan yang tampak enggan membuat suara.

Luhan menggeleng lemah

"Tidak apa, aku... aku hanya butuh waktu"

Luhan beranjak dan membuka kopernya memilih pakaian miliknya, karna dia masih memakai bathrobe.

Sehun menghampiri luhan, meraih lengan putih luhan. Luhan dengan halus menarik tangannya dari genggaman sehun nyaris mencengkeram. Luhan cukup terkejut sebenarnya, menyadari perbedaan tubuh sehun yang begitu proposional bak model pria eropa. Memakai celana dalam dan kaus sutra jebolan Gucci itu yang terasa pas membalut tubuh ramping luhan. Saat hendak memakai celana capri putih tanggung miliknya, sehun menahan dan meletakkan kain celana itu di kasur.

"Maafkan aku hyung, aku memang egois. Ku mohon maafkan aku"

Luhan mematut atensinya sepenuhnya pada sang adik, sedikit mendongak karna perbedaan postur tubuh yang mencolok. Luhan mengagumi adiknya yang terlalu tampan luhan akui itu.

"Tidak apa sehun, hyung mengerti.hyung tidak menyalahkan mu"

Luhan berusaha menghindar lagi, sehun mengeram kesal.

"Lalu kenapa harus selalu menghidar?!"

Tak dapat menahan nada emosi itu keluar begitu saja, sehun bahkan agaknya kaget atas dirinya sampai tak terkontrol begitu. Luhan sedikit tersentak dan berusaha meyakinkan hatinya jika di depannya ini masih sehun. Oh sehun adiknya tercinta.

"Sehun aku rasa kita butuh waktu, waktu yang lebih tenang"

Secara tidak langsung itu adalah kalimat halus, jika sehun sedikit peka. Luhan bersedekap dada dan membelakangi sehun. Binar indahnya meredup menahan air mata agar tak berjatuhan, memandangi gemerlap lampu gemerlapan di luar dari kaca kamar hotelnya yang langsung menyorot keindahan kota dubai yang gemerlap.

Sehun tergagap kenapa dirinya bisa se begitu keterlaluan, lihat! Bahkan sendari tadi luhan berusaha lembut agar tak menyakiti perasaan sehun. Meski sebenarnya luhan sudah jauh lebih tersakiti. Akan selalu seperti itu, luhan si malaikat tanpa sayap terjebak dalam dosa indah bernama cinta. Sehun mendekat perlahan ingin merengkuh tubuh luhan.

"Hyung, ma..."

"Sudahlah sehun, berhenti mengatakan maaf"

Seolah dapat membaca situasi, luhan menoleh sedikit dan memotong ucapan sehun yang memang ingin meminta maaf entah yang ke berapa kalinya lagi. Sehun menggigit bibir tipisnya, dan menjatuhkan diri berlutut di belakang luhan. Sehun melakukannya hanya pada luhan,kekasihnya kakaknya segalanya.
Dengan inisiatif jika dirinya memang sudah keterlaluan, dan sehun pikir jika malam ini menjadi titik akhir dari kejenuhan luhan terhadap sikapnya. Sehun akan menerima asalkan luhan bahagia.

"Aku sudah banyak mengecewakan mu hyung, maafkan aku. Kata maaf memang tidak cukup atas semua yang kau lakukan untukku, aku egois dan kekanak-kanakan, tak mau repot-repot menyadari perasaanmu-"

Luhan tertegun, tapi tetap tak berbalik meski perlahan luhan merasakan tangan kasar sehun menyentuh jemarinya.

"Kalau hyung kecewa padaku katakan saja, aku akan menerima dan kalau hyung sudah tidak bisa mencintaiku lagi. Hyung tak perlu memaksakan dirimu, kalaupun ada yang lain aku tidak akan marah lagi, sekali lagi maafkan aku sudah mengambil kebahagiaan mu selama ini hyung, aku..."

I WILL CATCH YOU IF YOU FALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang