"Sayang," Panggil Nam Joon dan bergelayut manja di lengan ku. ku lirik sambil menatapnya sinis sembari menghela napas kasar.
"Honey, I'm sorry for that," Nam Joon memegang kedua pipiku dan dengan segera ku tepiskan kedua tangan nya dengan kasar.
Tanpa repot-repot menceramahinya. Nam Joon menghela napas, "Kau tau, saat kau marah adalah hal yang menyedihkan untuk ku,"
Mendengar hal itu aku memutar kedua bola mataku kesal.
Oke. Bilang aku 'lebay' atau semacamnya. Kalian tau semalam setelah menyelesaikan "Permainan kami " dan kemudian dia jelas-jelas tertidur di samping ku. Dan apa yang terjadi? Pada jam 3 pagi, aku melihatnya duduk dan bekerja dengan kacamatanya yang bertengger disana.
What the hell?!
Padahal aku sudah menyuruhnya untuk beristirahat. Dasar keras kepala.
Oke-oke aku tahu aku ini lebay atau apalah itu. Aku juga tau dia membanting tulang juga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kami. Tapi dia juga harus menjaga kesehatan.
Kesehatan harus dinomor satukan. Kesehatan itu mahal.
"Honey, I'm so sorry okay? " Nam Joon menarik tubuhku dan membiarkan ku bersandar pada dadanya.
Tanpa ku sadari air mataku meluncur dengan derasnya dan memukul pelan dadanya berkali kali melampiaskan amarahku yang membuncah.
Nam Joon mengelus rambutku "Please don't cry." Bisiknya lembut sambil mencium dahiku lembut.
"Kau tau Nam Joon-ah betapa khawatir nya aku dengan mu," sambil seunggukkan membiarkan air mata ku membasahi kemejanya.
"Belakangan ini kau terus lembur. Aku khawatir kau akan jatuh sakit," bisikku lirih melampiaskan kata demi kata yang sedari tadi ku pendam.
Nam Joon tersenyum kecut. "Aku tau Ye Rin-ah. Kau memang sangat perhatian padaku, beribu-ribu terima kasihku tentu tak cukup untuk membalas semua perlakukan mu," Nam Joon masih tetap memeluk ku dengan eratnya.
"Kau tau? Akhir-akhir ini perusahaanku sedikit kacau. Itulah yang membuat ku harus turun tangan untuk menyelesaikannya. Dan karena itulah aku harus lembur," Lirih Nam Joon menyenderkan kepalanya di atas bahu ku.
"Aku tak tau harus berbuat apa." Kini aku melihat tubuh Nam Joon mulai bergetar dan sesuatu yang dingin menyentuh pundakku setetes demi setetes.
Aku mengelus punggungnya pelan. Meyakinkannya bahwa semua nya akan baik-baik saja.
Pastilah beban yang dibawanya sangatlah berat. Aku tak tau bahwa dia bisa serapuh ini di balik sifatnya yang tegas, dan kuat seperti benteng.
"Maafkan aku Nam Joon-ah aku telah egois. Aku belum cukup baik untuk mu," Ucapku lirih sambil menahan air mataku yang lagi-lagi terus mendesak keluar.
"Kau bilang apa? Belum cukup baik?" Nam Joon mengangkat kepalanya dan menatap ku intens. "Kau sudah sangat baik bagiku Ye Rin-ya, kau sangat berharga di mataku, oleh karena itu aku tak akan membuatmu menangis lagi tak akan ku biarkan air matamu jatuh dengan sia-sia." Nam Joon menghapus air mataku dengan kedua jari tangannya.
Mendengar hal itu membuat ku semakin terharu dengan kata-katanya.
"I'm sorry Kim Nam Joon. And Thank you for all,"
"Me too my precious wife."
Kami pun untuk kesekian kali nya berpelukan erat seakan-akan kami berbagi kekuatan satu sama lain.
I'm so lucky to have you, Kim Nam Joon.
.
.
.
.
.A.n
Yo masbro. Ea so sweet ya kim namjoon jadi pengen deh milikin nya. Wkwkwkwk. Ini ceritanya masih lanjutin di chap 1.Sebelumnya maaf ni baru bisa lanjutin wkwkwk. Gue akhir akhir ini rada sibuk. Dan gue males buat ngeditnya 😂apalagi yang bahasa korea sama inggrisnya harus di italic. Ah ribet. 😂😂
Btw karena gue gak jago jago amat B. Inggris mohon dikoreksi ya takutnya salah grammar atau apalah gitu.
Udah ah sekian cuap cuap nya terima kasih telah membacanya. Dan untuk silent readers semoga diberi pencerahan ya. Hehehe gak deng canda. Pokoknya trims deh untuk semuanya.
Salam,
Bini mphi selingkuhan suga :v
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Marriage Life
FanfictionBagaimana Kehidupan Bts setelah menikah bersama dengan istri dan anak-anaknya? Apakah damai sejahtera? Ataukah semua itu malah mendatangkan bencana? Kita tak akan pernah tau... . . . . . Penasaran? Just read and voment.