Upacara hari itu benar benar melelahkan, semua murid tak kuat lagi berdiri apalagi dengan para petugas upacara yang harus disiplin keras saat melakukan kegiatan se sopan itu.
"Panas sekali".ucap Anneva Miranda (dibaca anniva miranda) sang pembaca undang undang.
Tiba tiba protokol di samping nya menjawab dengan hanya tersenyum. Itu benar benar aneh bagi Anneva ia lalu terdiam mematung memerhatikan kepala sekolah yang sedang membaca amanat yang panjang seperti dari bumi ke planet mars.
Giliran Anneva pun tiba. Ia keringat dingin karena tak sanggup berlama lamaan berada di kebanyakan orang apalagi grogi saat melihat seorang laki laki yang ia sukai sedang fokus melihat dirinya yang gentar membaca undang undang itu.
Ia membaca dengan pelan.Lengannya pegal karena membaca UUD 1945 itu tak seperti menghitung dari 1-10. Setelah membaca itu, Ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah laki laki yang ia sukai.
Ternyata di balik topi lelaki itu,ia diam diam selalu memerhatikan Anneva.atau apakah Anneva saja yang kegeeran?. Entahlah. Anneva melihat nya terlalu lama,sehingga tak sadar pembacaan janji siswa dimulai. Berarti itu saatnya ia memegang kan microfon untuk pembaca janji siswa.
"Neeva?!".Bisik Protokol yang berdiri di sampingnya.
Ia langsung tersadar dari lamunannya. Lalu melongo menghadap ke arah Protokol.
"I-iya?maaf".ucap Anneva takut.
Ia sudah mengerti bahwa ia diberikan microfon untuk memegangkannya untuk pembaca janji siswa,"okay jangan gugup Anneva,".gumamnya. ia dan pembaca janji siswa maju ke tengah lapangan upacara. Pembava janji siswa pun membaca nya sementara yang lain ikut membacanya,seperti pancasila,.
Setelah itu,Mereka pun kembali ke tempat semula. Saat Anneva mengarahkan pandangannya ke arah Lelaki itu,ia dan laki laki itu tiba tiba sama sama saling pandang. Anneva gugup,benar benar gugup. Kakinya dingin. Pokoknya tubuhnya merinding gugup.
Yang tadinya kepanasan,langsung di beri penyejuk oleh seseorang yang ia naksirkan. Akhirnya,pembacaan doa dimulai itu berarti upacara sudah hampir selesai. Anneva memasang wajah lega karena tidak berlama lamaan lagi disitu.
Yap,semua kelas sudah di panggil untuk memasuki kelas,sementara ia,laki laki yang ia sukai,juga memasuki sekolahnya. Sekolah mereka bertetanggaan. Sangat dekat. Bahkan sekolah mereka bersatu seperti satu sekolah padahal tidak.
Anneva mengenalnya lewat line.Tapi,menurutnya bukan hanya karena itu,tapi karena ia memang ada perasaan sejak lama. Bel jam pelajaran berbunyi yaitu tiga kali. Semuanya pun duduk.
Ibu sri datang ke kelas Anneva. Artinya,hari itu ada pelajaran matematika. Entah kemana pak guru nya yang slalu mengajar tiap hari. Memang pak Afri jarang mengajar karena ia sibuk. Ia kadang ada rapat di dinas soal untuk ujian sekolah.
Semuanya langsung membuka buku matematika. Pelajaran dimulai. Anneva duduk dengan Siska sahabat baiknya. Ia selalu curhat dengannya jika sedang ada masalh. Anneva tak pernah ragu karena Siska bisa di percaya.
"Neev!".panggil Siska ketika Anneva sedang melamun.Anneva seketika buyar dari lamunannya dan menghadap ke arah Siska yang memanggilnya tadi.
"Iya?lo kenapa?".jawab Anneva dengan wajah yang masih mengantuk dan kelelahan."Pr lo udah selesai belum?yang dikasih sama pak Afri".tanya Siska dengan wajah serius.
"Aduuuh Sis,gue belum selesai, liat dong!!".ucap Anneva memohon.
"Gue aja belum Neev!".bentak Siska dengan wajah santai.
"Eh,trus bagaimana nih".ucap Anneva yang tadinya malas langsung berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Perfect Girl
Teen FictionSalah,jika menyukaimu, salah jika terus terusan mengejarmu. tapi itu adalah perjuangan,perjuangan untuk mendapat kamu yang slama ini ku inginkan namun saat aku tau bahwa kau hanya mencintai sahabat ku,aku takkan mengganggumu lagi,selamanya.