Take 3

1.5K 304 31
                                    

Seoul, 25 April 2017

"Morning jim.." ,lirih bibir yoongi yang sewarna cherry itu tertarik keatas membentuk lengkungan manis di wajah cantiknya itu. Dapatkah kita mengatakan begitu? ia terlampau cantik untuk ukuran seorang namja. Manis, mungil, dan tentunya memiliki hati yang jernih. Hanya orang sebuta park jimin yang tak mampu melihat segala keindahan dibalik sosok manis itu. Bahkan yoongi terlalu sempurna untuk disandingkan dengan sosok si laknat Park Jimin.
Jemarinya yang lentik bergerak mengusap surai sang suami, merasakan rambut halus bewarna dark blonde menyapa kulitnya. Menatap lamat-lamat bagaimana lekuk wajah park jimin, yang tanpa sadar membuat pipi pucatnya sedikit merona merah. Suaminya tampan dan berwibawa disaat bersamaan sekalipun dalam keadaan terlelap, ia tak dapat memungkirinya.
Pergerakan tangan yoongi terhenti, ia segera menjauhkan tangannya dari kepala jimin. Sekali lagi tersenyum lembut kearah suaminya yang masih berada dialam mimpinya.

"Ya.. aku bahagia. Asal kau tetap bersamaku jim, seberapa lama pun kita akan memainkan semua ini. Seberapa banyakpun sakit yang akan kuterima nanti. Aku akan baik-baik saja. ya.. aku baik-baik saja.."

Yoongi segera mengusap airmatanya. Ia berdiri menuju lemari pakaian, mengambil setelan pakaian suaminya hari ini kemudian meletakannya di sisi sudut ranjang. Baru jam 5 pagi, sebaiknya ia membuat sarapan untuk jimin atau jika bibi kim telah tiba ia bisa membantunya menyiapkan sarapan. Dengan masih terbalut piyama sutra berwarna hitam, yoongi beranjak keluar dari kamarnya.

.
--
.

Yoongi kini tengah sibuk dengan pekerjaan dapur, ia tengah membantu bibi kim menyiapkan sepiring salad untuk jimin. Sebenarnya itu semua idenya, bibi kim mengatakan jika jimin jarang sarapan dirumah. Selain itu ketika masih masa pertunangannya, ia juga pernah mendapati jimin sarapan diluar dengan menu junk food. Dan menurutnya itu sangat tidak sehat, bagaimana bisa seorang ceo muda keluarga park memakan makanan seperti itu setiap pagi. Dengan telaten tangannya memotong segala jenis sayuran kemudian dengan banyak bantuan bibi kim yoongi dapat menyelesaikan salad-nya. Maklumi saja, yoongi itu laki-laki tulen meskipun statusnya adalah seorang submisive tapi tetap saja ia tak terlalu pandai dalam hal memasak. Setelah rasanya cukup, ia segera mengangkat hasil masakannya-yang dibantu bibi kim- dan segelas susu vanilla untuknya dan jimin. Yoongi berjalan menuju meja makan yang tertata didepan sebelah kanan dapur, kemudian disusul bibi kim yang meletakan susu vanilla kemudian menata masakan yoongi diatas meja.

"Terimakasih bibi kim" ,pemuda manis itu tersenyum kearah bibi kim.

"Ini bukan apa-apa nak yoongi, bibi hanya sedikit membantu. Nak yoongilah yang patut diberi terimakasih karena telah membuatnya dengan penuh cinta untuk tuan jimin" ,bibi kim balas tersenyum. Wanita paruh baya itu merasa hangat ketika melihat senyuman yoongi. Ia berpikir yoongi adalah pemuda yang benar-benar baik dan sangat manis dalam kesederhanaannya.

"Ah iya, nak yoongi.. bibi bercerita tentangmu pada anak laki-laki bibi yang telah menikah dengan seorang pemuda juga. Ia ingin segera mengenal nak yoongi katanya"

"Benarkah? Kapan kami bisa bertemu bi?" ,tanya yoongi dengan penuh semangat. Ia senang mengenal orang baru, itu membuatnya belajar banyak  dari karakter berbeda masing-masing orang.

"Seminggu lagi ia akan tiba dari ilsan. Dan akan bibi pastikan kalian akan segera bertemu."

"Aku tak sabar menantikannya." ,bibir itu kembali melengkung manis hingga mata sipit yoongi hanya serupa satu garis kecil.

"Sepertinya bibi harus kebelakang, tuan jimin akan segera turun. Bibi mohon pamit nak yoongi"

Yoongi menganggukan kepalanya pelan, dan bibi kim segera beranjak dari tempatnya menuju halaman belakang mansion.

Curtain Call ( MinYoon )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang