"Aku mencintaimu yoon, kumohon lihatlah aku sekali saja. Hentikan perjodohan yang tak berguna ini dan larilah bersamaku" ,suara itu bergetar dengan kedua tangannya yang menangkup pipi pucat si lawan bicara.
"Maaf hoseok-ah, sebuah perasaan tak bisa dipaksakan. Meskipun berulang kali kau mengatakannya dan berulang kali aku mencoba belajar mencintaimu. Aku tak bisa, aku terlanjur menyayangimu sebagai sahabat. Sebagai orang yang paling berharga dalam hidupku. Kumohon.. jangan memaksaku untuk melihatmu dalam kasih sayang yang lain selain sahabat."
,si pemilik suara pun melepas genggaman tangan hoseok dari pipinya. Menggenggamnya hangat kemudian mendekatkan wajahnya hanya untuk mengecup pelan pipi sahabatnya. Ia tersenyum manis ketika jarak mereka tak lagi dekat."Dua minggu lagi hari pernikahanku, kuharap kau datang. Akan lebih baik jika aku melihatmu dihari bahagia itu nanti."
Sosok itu pun pergi berbalik meninggalkan hoseok dalam kesendirian dan lenyap dalam lingkaran cahaya putih.
.
"Permisi Tuan.. anda telah sampai." ,suara itu menyadarkan kembali hoseok dalam tidur siangnya. Pemuda itu menghela nafas pelan dan segera melirik rolex yang bertengger di pergelangan tangannya. 2:09 PM, setengah jam ia tertidur didalam mobil setelah tiba dari perjalanan London-Seoul nya. Mengusap wajahnya pelan lalu bergegas membuka pintu mobil dan melangkah turun dari kendaraan itu.
"Paman turunkan saja koperku disini, biar aku yang membawanya. Paman pulang saja dan kabarkan pada appa aku telah sampai di apartement."
"Baik tuan" ,supir itu pun menjalankan tugasnya mengeluarkan koper hoseok dari bagasi mobil kemudian membungkuk hormat lalu melaju meninggalkan tuan mudanya yang masih berdiri di depan gedung apartemennya.
Hoseok segera menyeret kopernya perlahan memasuki gedung tempat tinggalnya itu, hanya sedikit yang ia bawa dari london karena pada dasarnya hidupnya adalah di seoul dan barang-barang pentingnya masih tertinggal di negara aslinya ini. Pemuda yang berstatus putra sulung keluarga jung yang memiliki perusahaan bergerak di bidang fashion itu memasuki lift apartemen yang mengantarkannya menuju lantai 18 tempat kamarnya berada. Ia hanya termenung menatap layar kecil diatas pintu lift yang sedang menampilkan angka tepat dilantai mana lift itu akan menuju. Sekelebat mimpi itu kembali muncul dipikirannya, entah ia yang terlalu lelah akibat perjalanan atau memang hanya 'pemuda manis' itulah yang kini sukses menyita seluruh kerja otaknya hingga terseret pula kealam mimpinya. Ia tersenyum tipis ketika lift itu berdenting menandakan ia telah tiba dilantai tujuannya.
"I'm back home yoon.."
.
.
.Jimin masih setia memandang wajah yoongi. Ia bahkan tak sadar sudah lebih dari 10 menit ia melakukan aktivitas 'mari memandangi wajah min yoongi' itu. Sebenarnya terhitung dari 11 menit yang lalu ketika ia bangun dari tidur panjangnya dan langsung disuguhkan wajah malaikat cantik-yang ia sangkal setengah mati- terlelap disampingnya dengan kedua tangan yang menekuk dibawah kepala pemuda manis itu.
"Aaww.."
Denyutan dikepalanya tiba-tiba terasa dan membuyarkan kegiatan mengamati istrinya itu. Jimin dengan segera memegang dahinya yang masih terasa panas. Ah iya lupa kemarin malam ia mabuk dan tertidur dilantai ruang tamu yang dingin, tapi mengapa pagi ini ia bisa berada diatas ranjang king size nya ini. Dengan masih memegang dahinya, jimin menoleh kembali kearah istrinya yang nampak tak terusik sama sekali. Tak salah lagi si pelaku yang membawa ia kemari pasti orang yang tengah terlelap disampingnya ini, batin jimin berujar percaya diri sekali.
Tanpa melepaskan arah pandangannya dari posisi sang istri, jimin merenggangkan otot-otot tubuhnya dan beralih mengambil posisi duduknya sehingga menimbulkan decitan ranjang yang lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curtain Call ( MinYoon )
FanfictionHubungan kita hanya sebatas drama picisan, kau sebagai sutradara dan aku sebagai pemerannya. Pemeran yang hanya bergerak sesuai apa yang diperintahkan oleh sutradara, tanpa melibatkan hati dan perasaanmu. Memerintahkanku begitu saja seolah dirimu te...