"Kau tak bisa mencintaiku Min Yoongi, tak akan bisa."
.
.
.Yoongi masih terdiam dalam posisinya, namja manis itu duduk dengan menekuk kedua kakinya dan memeluk erat tumpuannya itu. Ia menyandar di kaki ranjang tanpa isakan, hanya saja airmatanya tak berhenti mengalir sejak ia berhadapan dengan sang suami.
Ia sungguh lelah, lelah mencintai orang yang tak pernah menganggapnya ada. Lelah dengan semua perilaku dingin orang yang dicintainya. Lelah dengan tindak-tanduk orang yang bertingkah semaunya itu. Disisi lain ia hanya berharap ada sedikit harapan Jimin mencintainya juga, tak peduli berapa lama ia membutuhkan waktu itu, ia akan menunggunya. Menunggu Jimin balas mencintainya.
Namun dari awal ia tahu benar ini memang hanya sandiwara, dan bodohnya ia melibatkan hatinya terlalu jauh. Kini ia dihadapkan pilihan, Tetap bersama orang yang ia cintai dan membuat ayahnya bahagia meskipun ia harus menutup mata atas seluruh perlakuan kasar suaminya atau Ia pergi meninggalkan cintanya dan membuat ayahnya kecewa.
Getaran ponsel membuat Yoongi tersadar dari acara termenungnya. Ia mengusap airmatanya kasar, kemudian menghelas nafas untuk menetralkan suasana hatinya.
"Kau kuat Min Yoongi.. aku namja lalu mengapa aku secengeng ini?" Sosok cantik itu bertanya pada dirinya sendiri, sebelum ia mengangkat benda persegi yang sedari tadi terus-menerus bergetar.
"Hallo?"
"Yoongi-ya.."
Sejenak yoongi tercekat mendengar suara pelan si penelpon diseberang sana. Ia segera mengecek id caller si penelpon dan seulas senyum perih terpakir disudut bibirnya.
"Hoseok-ah?""Aku merindukanmu Min Yoongi.."
.
.
Yoongi tergesa-gesa memakai kaos hitam lengan panjangnya. Tak lupa tangan mungilnya meraih snapback hitamnya dan sebuah masker mulut berwarna senada untuk melengkapi penampilannya. Ia berpakaian serba hitam, mulai dari jeans, t-shirt, snapback, masker dan tentu converse-nya juga. Tak peduli pendapat orang yang akan mengiranya akan pergi berkabung toh hipotesis mereka tak sepenuhnya salah. Nyatanya ia juga sedang berkabung dengan perasaanya pada sang suami.Langkahnya berat menuruni tangga rumah megah itu. Setelah setahun terakhir kini ia bertemu dengan sahabat karibnya yang tanpa kabar sebelumnya, tiba-tiba mengajaknya meet up. Ia merasa senang mendengar kabar Jung Hoseok, sahabatnya yang kembali dari London. Tapi hati mengingkarinya, moodnya down dan itu tak membantu sama sekali.
Pijakannya terhenti di tangga terakhir yang langsung ia langkahkan menuju ruang tamu Mansion itu. Tanpa peduli siapa atau apapun yang dilakukan seogok jiwa diruang itu, Yoongi melangkah melewatinya begitu saja. Melewati seorang Park Jimin yang memandang kepergiannya dengan tatapan yang tak terbaca."Tolong kau ikuti istriku, ia pergi 3 menit yang lalu."
Pip
.
."Kau masih ingat pesananku?"
Yoongi memandang datar pria didepannya yang dengan santai menyesap latte-nya pelan."Tentu..satu tahun waktu yang terlalu singkat untuk melupakan kenangan yang telah terjalin 12 tahun hyung."
Ia meletakan cangkir yang masih mengepul itu keatas mejanya, beralih menatap sosok manis didepannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Curtain Call ( MinYoon )
FanficHubungan kita hanya sebatas drama picisan, kau sebagai sutradara dan aku sebagai pemerannya. Pemeran yang hanya bergerak sesuai apa yang diperintahkan oleh sutradara, tanpa melibatkan hati dan perasaanmu. Memerintahkanku begitu saja seolah dirimu te...